21/07/2025
Seminggu lalu,
seorang teman lama datang ke rumah saya.
Dia bukan datang untuk meminjam uang...
bukan juga menagih hutang.
Dia hanya ingin... pendapat.
Saya sambut dia. Kami duduk. Dia mulai bercerita.
Dan ketika ceritanya selesai, saya... diam.
Padahal dia tidak minta bantuan,
dia hanya minta satu hal kecil: saran.
Tapi entah kenapa...
bibir saya pun tak mampu memberi pilihan.
Mungkin kalian yang mendengar ini... pernah merasakannya juga.
Saat ingin membantu… tapi bahkan kata-kata pun terasa berat.
Dia cerita:
Sebulan lalu, anaknya minta sepeda.
Capek, katanya...
karena harus lari-lari mengejar teman-temannya yang punya sepeda.
Anaknya bilang:
“Sepeda bekas pun tak apa, Yah... asal bisa ikut bermain.”
Dia janji,
"Bulan depan, ya Nak… Ayah belikan. Ayah cari uang dulu."
Dan janji itu dia pegang.
Hari ke-27, dia berhasil kumpulkan uang:
700 ribu.
Hasil menyisihkan gaji demi satu sepeda.
Tapi saat sedang melihat-lihat gambar sepeda di handphone...
telepon berdering.
Ibunya menelepon.
"Assalamualaikum, Bu..." katanya.
"Waalaikumsalam, Nak… sehat."
Lalu suara di seberang berkata:
"Begini, Nak...
adikmu yang paling kecil mau ujian semester.
Ibu sudah coba pinjam ke sana sini, tapi belum ada yang kasih.
Kamu pegang uang 700 ribu, kan?"
Dia terdiam...
Lalu hanya menjawab,
“Nanti ya, Bu… saya kabari.”
Uang ada di tangannya.
Tapi kini dia harus memilih:
Menepati janji kepada anaknya…
atau membantu adik kandungnya…
keduanya… orang yang dia cintai.
Satu keputusan,
akan menyakiti satu hati.
Lalu dia menatap saya dan berkata:
“Kalau kamu di posisi saya… apa yang akan kamu pilih?”
Dan saya?
Saya tetap diam.
Kadang... bukan karena kita tak peduli,
tapi karena jawaban yang benar…
tidak selalu mudah.
Kalau kamu yang duduk di kursi itu,
siapa yang akan kamu dahulukan?
Dan... kenapa?