03/08/2025
Menutup periode semester I-2025, industri perbankan mencatatkan kinerja keuangan yang terbilang cukup variatif.
Meski demikian, dari sisi pertumbuhan laba, bank-bank milik swasta mampu melesat lebih kencang dibandingkan dengan bank-bank milik negara. Bahkan, mayoritas dari bank-bank negara justru mencatatkan penurunan laba sepanjang enam bulan pertama di 2025 ini.
Ambil contoh, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) yang mencatatkan penurunan laba 11,5% YoY jadi Rp 26,53 triliun dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) yang turun 5,6% YoY jadi Rp 10,69 triliun.
Adapun, penurunan yang dialami oleh bank-bank pelat merah ini lebih banyak dipengaruhi oleh beban provisi yang meningkat. Ini menjadi pertanda bahwa ada risiko yang meningkat di portofolio kredit mereka.
Secara rinci, beban provisi dari BRI mengalami kenaikan sekitar 25,8% YoY menjadi Rp 23,3 triliun di periode Januari-Juni 2025. Sementara itu, beban provisi BNI mengalami kenaikan 7,9% YoY menjadi Rp 3,78 triliun.
Ini berbanding terbalik dengan kinerja bank-bank swasta yang justru mampu mempertahankan profitabilitas mereka. Di mana, bank-bank swasta ini telah berhasil menekan beban impairment yang mereka miliki.
Sebagai contoh, ada PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang telah membukukan laba senilai Rp 29 triliun atau naik sekitar 8%. Beban provisi dari bank swasta terbesar ini telah turun 43,4% secara tahunan.
Hal serupa terjadi di PT Bank CIMB Niaga Tbk dengan laba bersih senilai Rp 3,45 triliun dengan tetap tumbuh 1,4% YoY. Salah satu penopang pertumbuhan labanya juga berasal dari turunnya biaya provisi sekitar 24,9% YoY.
Pengamat Perbankan Moch. Amin Nurdin mengungkapkan bahwa kalau secara umum dari sisi kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) sejatinya mengalami kondisi sama, baik itu bank swasta maupun bank pemerintah. Namun, yang menjadi pembeda adalah bagaimana kualitas kredit yang mereka salurkan.
Dalam hal ini, Amin mengungkapkan jika kualitas kreditnya baik, maka pembentukan pencadangan yang berasal dari biaya provisi tak perlu banyak dilakukan.
Di sisi lain, ia melihat bank-bank swasta ini tidak terbebani oleh program-program pemerintah. Sebab, Amin tak memungkiri salah satu penyebab kualitas kredit di bank-bank negara memburuk adalah karena kewajiban menjalankan program pemerintah.
“Karena ini sifatnya kewajiban bagi bank milik negara, maka margin setipis apa pun juga tetap mereka laksanakan, dan ini makin menekan kinerja,” ujar Amin.
Sementara itu, Direktur Utama BRI Hery Gunardi pun menegaskan bahwa pihaknya selalu mengambil peran penting dalam mendukung keberpihakan pada sektor produktif dan juga ekonomi kerakyatan.
“BRI tidak hanya tumbuh secara sehat, tapi juga mendukung keberpihakan pada sektor produktif dan juga ekonomi kerakyatan. Ke depan, BRI akan terus menjaga kualitas asetnya dan meningkatkan pertumbuhan secara berkelanjutan,” ujar Hery.
________________
Artikel selengkapnya di https://keuangan.kontan.co.id/news/kinerja-bank-swasta-lebih-unggul-dari-bumn-pada-semester-i-2025
Sumber: kontan.co.id