
17/07/2025
AKU TERPAKSA MENJADI PEMU-4S N4F-SU BERB4HAYA TUAN MUDA ... (1)
Tu bu hmu lebih jujur dari lid4hmu,” bisik pria asing itu sambil meny3ret jemarinya di sepanjang ku lit Sofia yang mu lus dan lembut.
Sen tu han itu benar-benar mem ba kar langsung ke seluruh saraf. Sofia me ng ge liat ge li sah tatkala sapuan hangat berembus pada ce ruk leh3rnya.
“Hngh ….”
Dia mengangkat tangan untuk mend0rong pria itu dari atasnya, tetapi justru ujung jari-jarinya bagai ters3ngat aliran listrik merasakan ku lit da da yang k0koh dan panas. Namun, dia tidak kuasa menjauhkannya seolah-olah terdapat magnet di antara mereka.
Sofia menggeleng. “Jangan lakukan itu,” tolaknya dengan b!bir bergetar hebat karena sensasi luar biasa yang baru diterimanya.
Sial, ucapannya sama sekali tidak berguna, bahkan pingg4ngnya did3kap er at oleh sepasang lengan yang makin mendekatkan satu sama lain tanpa celah sedikit pun.
Sofia mengg!git ku at bib!rnya bersamaan dengan air mata yang mer3mbes keluar saat bagian dari ra ganya dik0yak tanpa ampun.
Sungguh Sofia ingin memaki pria itu, tetapi dia justru mel3nguh beberapa saat setelahnya, seakan meresapi setiap dinamisme yang tercipta.
Entah bagaimana, tub uhnya benar-benar berkh!anat.
Padahal sebelumnya, dia hanya menenggak sedikit minuman ber4lk 0hol.
Dalam hati, Sofia mencurigai bahwa seseorang mencampur minumannya dengan ob at.
Samar-samar dia mengingat seorang pria tambun membawanya secara p4ksa ke dalam kamar, menjatuhkannya tepat di hadapan seorang pria yang berdiri menjulang di depannya.
Dia tidak menyangka niatnya untuk melepas kegundahan hati karena ulah sang tunangan berujung kelam. Calon suaminya ternyata sudah menikah dengan wanita lain, dan parahnya lagi mereka akan memiliki an4k. Selama ini dia ditipu oleh tunangannya, dua tahun lamanya.
Dan kini, Sofia terjebak dalam malam pa nas bersama seorang pria asing....
**
Pagi itu, Sofia terbangun dengan t*buh yang terasa remuk. Kilasan kejadian semalam membayang, membuat hatinya ikut terasa nyeri.
Dia mengedarkan pandangan dan menatap j!jik pada pakaiannya yang tercecer di atas karpet. Bahkan tidak ada siapa-siapa di ruangan itu. Pria semalam sudah pergi.
Ya, bukankah pria ber3ngsek akan pergi begitu saja setelah mendapatkan yang dia mau?
Dengan perasaan hancur luar biasa, Sofia mencoba bangkit kendati rasa nyeri menyerang tu buhnya. Baru saja duduk, kepala wanita itu langsung berdenyut hebat dan perutnya mual. Tub uhnya ambruk kembali ke ka sur. Dia menutup mata, berusaha mengatur napas yang agak sesak.
Mungkin pengaruh obat semalam belum hilang sepenuhnya.
Entah berapa lama berlalu, barulah perlahan dia bisa menggerakkan tubuh, meskipun nyeri menu suk di setiap ruas tulang.
Ketika Sofia memunguti pakaiannya, dia mendengar suara seorang pria dari arah kamar mandi.
“Itu … bereaksi.”
Sofia mer3mas pakaiannya. Apa maksud ucapan pria itu?
Sungguh, dia ingin membuat perhitungan karena orang itu sudah merenggut kehor ma tannya.
Dengan tertatih, Sofia melangkah menuju kam ar mandi dan membuka pintu.
Seketika dia membelalak melihat tu buh atl3tis pria berbalut kain handuk putih di depan cermin besar sedang memegang ponsel.
Pria itu memiliki postur tu buh tinggi juga tegap, dengan ba hu le bar dan ot0t-ot0t k3ras yang tampak terpahat sempurna. Rambutnya cokelat tua, ba sah dan tergerai acak karena baru selesai mandi. Manik biru terangnya seakan bisa membaca isi hati Sofia hanya dengan sekali tatap. Meskipun ekspresinya datar, aura dom!nan dan misteriusnya membuat bu lu ku duk wanita itu berdiri.
“Man di lah!” titah pria asing itu berintonasi rendah.
Sofia mengerjap dan mengumpulkan keberaniannya. Dia mendekat dengan mata cokelat karamelnya yang memancarkan lu ka.
“Kamu!” tunjuk Sofia. “Apa yang kamu lakukan padaku? Kamu penj4hat wanita!”
Sofia meluapkan am4rah yang menggelegak dalam da da, dia mem uk uli pria itu dengan sisa tenaga dan air mata yang men3rjang tanpa henti.
Anehnya, pria itu diam saja, dan justru memandang lekat wajah Sofia. Setelah puk ul an Sofia melemah, pria itu meng un ci tangannya.
“Aku sudah memb4yarmu,” sahut pria itu, nada bicara pelannya men u suk relung hati Sofia.
Dengan suara bergetar, Sofia menjawab, “Aku bukan wanita mu ra han! Aku tidak butuh u4ngmu itu, Tuan!”
Sudut bibir pria itu berkedut samar, lalu tangannya yang k4sar meny3ntuh da gu lan cip Sofia. “Model sepertimu, sudah biasa dib3li.” Pria itu menatap ke bawah, dan berbisik, “Kamu berhasil.”
Sofia sempat mengerutkan kening, tidak paham dengan perkataan pria itu. Namun, ketika pria itu hendak mer3ngkuh paksa ping gul nya, Sofia mend 0rong k3ras t*buh k3kar di depannya.
Pria itu tahu profesi yang dilakoninya selama tiga bulan ini? Sungguh meng3rikan!
Pria itu bergeming dan tatapan taj4mnya bagai ran jau yang siap menj3rat mangs4 di depan mata.
Sofia berusaha tidak gentar, dia kembali mem uk uli t*buh menjulang tinggi itu dengan kepalan tangannya untuk melu4pkan am4rah.
“Aku bers um pah tidak akan memaafkanmu!” s3rgah Sofia.
“Kita akan menikah,” ujar pria itu dengan intonasi dingin dan mem4ksa yang membuat kepalan tangan Sofia melonggar, lalu menatap tidak percaya.
Sontak saja dia menggeleng. Tidak, Sofia sama sekali tidak membutuhkan pertanggungjawaban macam itu. Dia juga tidak sudi diperistri pria ib lis di hadapannya ini yang seenaknya mengucap pernikahan!
Lelaki yang sudah dikenal lama olehnya saja bisa berdusta, apalagi orang asing. Terlebih setelah apa yang terjadi semalam, itu membuat Sofia ingin pergi saja dari dunia ini.
“Jangan berani menolak, Sofia Morales!” Pria itu meny3ringai dan membuat Sofia mer!nding ng3ri, sebab sosok itu mengetahui namanya.
Ah, sudah pasti melihat dari tanda pengenal atau SIM-nya.
“Dengar, Tuan Arogan. Aku tidak mau menikah denganmu!” tolak wanita itu. Dia ingin pergi dari k4mar ini secepatnya.
Akan tetapi, ketika dia berbalik, justru pria itu meraih pergelangan tangannya dan men4riknya hingga tubuh Sofia yang masih setengah polos me nab rak d4da b!dang k3ras dan hangat.
Aroma mas ku lin dari sampo dan sabun menyergap indera penciumannya. Seketika hawa panas seolah membakar seluruh permukaan ku lit nya, tetapi dingin meng hu jam relung hatinya.
“Aku bisa memberimu u4ng lebih banyak,” bisik pria itu. Ucapannya mengh4ntam logika Sofia.
Pria itu langsung menyerahkan beberapa lembar foto pada Sofia.
Mata wanita itu memanas dan penglihatannya mengabur oleh air mata. Ada wajah ibunya yang tergolek lemah di ranjang perawatan panti jompo, serta bukti hu tang sang ayah yang menjaminkan rumah mereka.
Tubuh Sofia makin gemetar karena tidak menyangka pria arogan ini mengetahui semuanya.
Tak lama, telepon genggam Sofia bergetar di dalam tasnya. Dia melihat d4gu pria itu terangkat seolah-olah memberinya perintah tanpa bicara.
Dia segera memeriksa ponselnya dan memb3-lalak melihat pesan singkat dari pengurus panti jompo sang ibu.
[Nona Morales, kami mohon maaf tidak bisa merawat ibu Anda. Harap selesaikan tung ga kan lebih dulu.]
Pandangan nanar Sofia yang semula tertuju layar ponsel, sekarang bergeser pada pria itu. Dia yakin semua ini bukan kebetulan semata.
Pria itu tampak puas melihat wajah lesu Sofia yang kini kehilangan seluruh keberaniannya.
“Kita berm ain tanpa peng ama n. Bagaimana kalau kamu h4mil?”
Mendengar ucapan itu, dunia Sofia hancur berkeping-keping. Dia tidak boleh h4mil. Apalagi anak orang asing. Hidupnya saat ini sedang susah, dan memiliki an-4k tanpa suami adalah kes!4lan baginya.
“Anda benar-benar l!cik, Tuan,” protes Sofia, dan tub uhnya hampir luruh karena seluruh tenaganya seakan ters3dot habis berdebat dengan pria j4-hat ini.
Pria itu menj3-pit d4gu Sofia dan mengangkatnya. “Kita menikah. Sekarang!”
*
Judul : SENTUHAN BERB4HAYA TUAN MUDA
Penulis : NACL
Baca selengkapnya di aplikasi Goodnovelâś…