03/09/2025
Kritik rakyat adalah salah satu bentuk kecerdasan sosial yang paling vital dalam menjaga kesehatan suatu negara.
Kritik bukan sekadar serangan atau bentuk kebencian, melainkan tanda kepedulian dan kesadaran rakyat terhadap jalan-Nya kekuasaan.
Ketika rakyat berani bersuara, itu arti-Nya ada partisipasi aktif dalam mengawal keadilan dan kebenaran.
Namun, jika rakyat berhenti mengkritik, maka kekuasaan berjalan tanpa pengawasan, dan ini-Lah titik berbahaya yang bisa melahirkan tirani.
Kebodohan yang dimaksud Montaigne bukanlah kurang-Nya pengetahuan, melainkan ketidakpedulian yang disengajai atau sikap pasrah terhadap ketidakadilan.
Rakyat yang berhenti mengkritik penguasanya seakan menyerahkan sepenuhnya kendali kepada mereka yang berkuasa.
Padahal, penguasa bukanlah makhluk sempurna; mereka tetap manusia yang bisa salah, khilaf, atau bahkan sengaja menyalahgunakan wewenang.
Tanpa kritik, kesalahan itu dibiarkan berulang hingga menjadi budaya yang sulit diperbaiki.
Kritik sesungguh-Nya adalah cermin moral rakyat.
Ia menunjukkan sejauh mana masyarakat berani melawan ketidakbenaran demi masa depan bersama.
Negara yang sehat adalah negara yang membuka ruang bagi kritik, bukan menutupnya.
Sebab dengan kritik, ada koreksi, ada dialog, dan ada perbaikan.
Rakyat yang berani mengkritik menunjukkan bahwa mereka masih peduli, masih memiliki harapan, dan masih percaya bahwa suara mereka dapat mengubah keadaan.
Jangan pernah berhenti mengkritik ketika melihat ketidakadilan.
Diam hanya akan memperpanjang penderitaan dan memperkuat cengkeraman penguasa yang lalim.
Mengkritik bukan berarti membenci negeri, melainkan tanda cinta terhadap-Nya.
Dan kebodohan paling berbahaya adalah ketika cinta itu hilang, berganti menjadi kepasrahan yang membiarkan keburukan berakar semakin dalam.