
20/09/2025
PRIA YANG MENJUAL CERMIN PECAH 🪞
Di sebuah jalan berkerikil di kawasan Palermo, Buenos Aires, tepat di samping kios tua yang sudah tutup, terdapat sebuah kios kecil yang ditutupi terpal abu-abu. Dia tidak menjual buah, buku bekas, atau kerajinan tangan. Dia menjual cermin. Tapi bukan cermin baru atau berkilau melainkan cermin pecah.
Pemiliknya bernama Fermín. Dia memiliki janggut yang acak-acakan, mata yang sedih, dan suara yang begitu lembut sehingga seolah-olah selalu meminta izin saat berbicara. Tidak ada yang tahu dengan pasti tentang sejarahnya, tetapi ada rumor yang beredar bahwa dia pernah menjadi psikolog, atau penyair, atau keduanya sekaligus.
Setiap cermin direkatkan dengan potongan-potongan selotip, kawat tipis, atau bingkai yang diambil dari sampah. Tidak ada yang sama satu sama lain. Semuanya memantulkan bayangan dalam potongan-potongan yang tidak sejajar.
"Dan siapa yang mau membeli cermin seperti itu?" tanya seorang turis yang penasaran suatu hari.
Fermín mendongak, seolah-olah menjawab dari tempat lain.
"Mereka yang bosan mencari kesempurnaan. Mereka yang lebih s**a melihat diri mereka dalam potongan-potongan... tetapi mengenali diri mereka yang sebenarnya.
Awalnya, orang-orang lewat tanpa mengerti. Namun, sedikit demi sedikit, rumor itu menyebar: ada seorang pria yang, dengan harga sangat murah, menjual cermin dengan pesan tersembunyi di baliknya.
Ya, setiap cermin disertai dengan catatan tulisan tangan. Kadang berupa puisi, kadang berupa pertanyaan, kadang hanya satu kata.
Suatu sore, Martina, seorang gadis berusia dua puluhan, datang dengan jiwa yang kacau dan harga diri yang terkubur dalam keheningan. Dia berhenti di depan kios, tanpa niat untuk membeli.
"Bolehkah saya melihat?"
"Boleh," kata Fermín. "Tapi hati-hati. Cermin-cermin ini tidak memantulkan apa yang Anda lihat... melainkan siapa Anda."
Dia tersenyum sedih.
"Jadi mungkin cermin-cermin ini kosong."
Dia menawarkan satu cermin, yang terkecil. Cermin itu memiliki retakan yan