14/07/2025
Suara Dari Bumi Cenderawasih: Harapan Seorang Prajurit
Di tengah sunyi hutan dan dinginnya malam, aku berdiri sebagai penjaga mimpi bangsa.
Aku bukan siapa-siapa, hanya anak kampung yang memilih mengangkat harga diri leluhurku dengan senjata dan keyakinan.
Di setiap langkahku, ada air mata ibu, ada doa dari nenek yang selalu menanti pagi kemerdekaan tiba.
Ketika dunia memilih diam, aku memilih bersuara.
Ketika dunia memilih nyaman, aku memilih berkorban.
Karena aku percaya, kebebasan tidak datang dari pemberian, tapi diperjuangkan dengan darah, air mata, dan semang*t yang tak pernah padam.
West Papua bukan sekadar tanah, ia adalah jiwa, budaya, dan sejarah panjang yang sedang berteriak untuk pulang pada kemerdekaannya.
Kami tahu jalan ini berduri, tapi kami tak gentar.
Kami tahu musuh datang dengan senjata lengkap, tapi kami punya satu hal yang mereka tak miliki — hati yang mencintai tanah ini dengan segenap jiwa.
Kepada saudara-saudaraku di Melanesia dan seluruh Pasifik, kami menatap ke arahmu, bukan dengan tangan meminta-minta,
tapi dengan harapan: dengarkan jeritan kami, lihat penderitaan kami, dan doakan perjuangan kami.
Kami bukan hanya pejuang bersenjata — kami adalah anak-anakmu, daging dari dagingmu, darah dari darahmu.
Kami tetap menunggu, tetap berdiri, tetap bertahan.
Karena West Papua akan merdeka.
Bukan hari ini mungkin, tapi esok yang pasti akan datang.
Dan ketika bendera bintang fajar berkibar di tanah ini,
dunia akan tahu: West Papua tak pernah menyerah.