
11/07/2025
Daeng Pamatte adalah sosok legendaris yang dalam tradisi lisan masyarakat Makassar dipercaya sebagai pencipta atau pengembang awal aksara Lontara versi Makassar. Meskipun tidak banyak bukti tertulis sejarah yang menjelaskan secara detail kehidupannya, ia dihormati sebagai seorang cendekiawan atau pujangga istana yang berjasa besar dalam sistem tulis-menulis masyarakat Makassar.
Daeng Pamatte adalah seorang tokoh penting dalam sejarah Kerajaan Gowa, Sulawesi Selatan, yang dikenal sebagai pencipta aksara Lontara. Selain itu, ia juga merupakan seorang pejabat tinggi kerajaan, menjabat sebagai sabandara' (syahbandar) dan Tumailalang (Menteri Dalam Negeri) pertama di Gowa.
Pencipta Aksara Lontara:
Daeng Pamatte diakui sebagai pencipta aksara Lontara, sistem tulisan tradisional masyarakat Makassar. Aksara Lontara awalnya terdiri dari 18 huruf dan berbentuk seperti burung (Lontara Jangang-Jangang).
Pejabat Kerajaan Gowa:
Daeng Pamatte menjabat sebagai sabannara' (syahbandar) dan Tumailalang (Menteri Dalam Negeri) pada masa pemerintahan Raja Gowa IX, Daeng Matanre Karaeng Manguntungi Tumaparisi Kallonna.
Tanggung Jawab Luas:
Sebagai sabannara', Daeng Pamatte bertanggung jawab atas perdagangan di pelabuhan Makassar dan berperan sebagai mediator antara penguasa Gowa dan bangsawan Bate Salapang.
Karya Tulis:
Selain aksara Lontara, Daeng Pamatte juga menulis buku yang berjudul "Lontara Bilang Gowa Tallo".
Inspirasi dan Perkembangan Aksara:
Aksara Lontara yang diciptakan Daeng Pamatte mengalami perkembangan dan perubahan seiring waktu, termasuk perubahan bentuk dan jumlah hurufnya.
Daeng Pamatte dikenal karena kepandaiannya dan perannya dalam mereformasi pemerintahan Gowa. Ia juga dikenal sebagai sosok yang berpegang teguh pada tugas dan tanggung jawabnya, serta mampu memenuhi amanah dari raja.
Ciri-ciri sosok Daeng Pamatte (berdasarkan tradisi):
1. Seorang bangsawan atau tokoh istana dari Kerajaan Gowa.
2. Ahli ilmu dan pengetahuan, terutama dalam hal tulisan dan sastra.
3. Dikenal karena membuat dan menyusun bentuk aksara Lontara Makassar.
4. Berperan besar dalam melestarikan sejarah, silsilah, dan hukum adat melalui tulisan Lontara.
Perannya dalam sejarah:
Membantu mentransformasikan budaya lisan menjadi budaya tulis di Sulawesi Selatan.
Aksara Lontara kemudian digunakan dalam berbagai naskah seperti:
Lontara Patturioloang (kitab sejarah/silsilah raja-raja)
Lontara Jangang-Jangang
Lontara Bilang
dan naskah-naskah hukum adat, syair, maupun keagamaan.
Status sejarahnya:
Ia tidak selalu tercatat dalam catatan sejarah kolonial atau akademik Barat.
Lebih dikenal melalui kisah turun-temurun, dan disebut dalam beberapa kajian budaya lokal sebagai "pengarsip" awal pengetahuan Makassar.
-