Karsig Chanel

  • Home
  • Karsig Chanel

Karsig Chanel Channel Hiburan & Edukasi

Daeng Pamatte adalah sosok legendaris yang dalam tradisi lisan masyarakat Makassar dipercaya sebagai pencipta atau penge...
11/07/2025

Daeng Pamatte adalah sosok legendaris yang dalam tradisi lisan masyarakat Makassar dipercaya sebagai pencipta atau pengembang awal aksara Lontara versi Makassar. Meskipun tidak banyak bukti tertulis sejarah yang menjelaskan secara detail kehidupannya, ia dihormati sebagai seorang cendekiawan atau pujangga istana yang berjasa besar dalam sistem tulis-menulis masyarakat Makassar.
Daeng Pamatte adalah seorang tokoh penting dalam sejarah Kerajaan Gowa, Sulawesi Selatan, yang dikenal sebagai pencipta aksara Lontara. Selain itu, ia juga merupakan seorang pejabat tinggi kerajaan, menjabat sebagai sabandara' (syahbandar) dan Tumailalang (Menteri Dalam Negeri) pertama di Gowa.

Pencipta Aksara Lontara:
Daeng Pamatte diakui sebagai pencipta aksara Lontara, sistem tulisan tradisional masyarakat Makassar. Aksara Lontara awalnya terdiri dari 18 huruf dan berbentuk seperti burung (Lontara Jangang-Jangang).

Pejabat Kerajaan Gowa:
Daeng Pamatte menjabat sebagai sabannara' (syahbandar) dan Tumailalang (Menteri Dalam Negeri) pada masa pemerintahan Raja Gowa IX, Daeng Matanre Karaeng Manguntungi Tumaparisi Kallonna.

Tanggung Jawab Luas:
Sebagai sabannara', Daeng Pamatte bertanggung jawab atas perdagangan di pelabuhan Makassar dan berperan sebagai mediator antara penguasa Gowa dan bangsawan Bate Salapang.

Karya Tulis:
Selain aksara Lontara, Daeng Pamatte juga menulis buku yang berjudul "Lontara Bilang Gowa Tallo".

Inspirasi dan Perkembangan Aksara:
Aksara Lontara yang diciptakan Daeng Pamatte mengalami perkembangan dan perubahan seiring waktu, termasuk perubahan bentuk dan jumlah hurufnya.
Daeng Pamatte dikenal karena kepandaiannya dan perannya dalam mereformasi pemerintahan Gowa. Ia juga dikenal sebagai sosok yang berpegang teguh pada tugas dan tanggung jawabnya, serta mampu memenuhi amanah dari raja.

Ciri-ciri sosok Daeng Pamatte (berdasarkan tradisi):
1. Seorang bangsawan atau tokoh istana dari Kerajaan Gowa.
2. Ahli ilmu dan pengetahuan, terutama dalam hal tulisan dan sastra.
3. Dikenal karena membuat dan menyusun bentuk aksara Lontara Makassar.
4. Berperan besar dalam melestarikan sejarah, silsilah, dan hukum adat melalui tulisan Lontara.

Perannya dalam sejarah:
Membantu mentransformasikan budaya lisan menjadi budaya tulis di Sulawesi Selatan.
Aksara Lontara kemudian digunakan dalam berbagai naskah seperti:
Lontara Patturioloang (kitab sejarah/silsilah raja-raja)
Lontara Jangang-Jangang
Lontara Bilang
dan naskah-naskah hukum adat, syair, maupun keagamaan.

Status sejarahnya:
Ia tidak selalu tercatat dalam catatan sejarah kolonial atau akademik Barat.
Lebih dikenal melalui kisah turun-temurun, dan disebut dalam beberapa kajian budaya lokal sebagai "pengarsip" awal pengetahuan Makassar.
-

Berikut adalah kisah heroik aliansi Raden Trunajaya dan Karaeng Galesong melawan VOC dan Amangkurat II, dalam salah satu...
11/07/2025

Berikut adalah kisah heroik aliansi Raden Trunajaya dan Karaeng Galesong melawan VOC dan Amangkurat II, dalam salah satu episode paling berani dan dramatis dalam sejarah Nusantara abad ke-17:

🛡️ Aliansi Trunajaya dan Karaeng Galesong: Perang Rakyat Melawan Tirani
Latar Belakang
Pada pertengahan abad ke-17, Kerajaan Mataram berada dalam krisis internal dan eksternal. Sultan Amangkurat I memerintah dengan tangan besi dan sering menindas rakyat serta bangsawan yang berseberangan. Setelah kematiannya pada 1677, putranya, Amangkurat II naik takhta dalam situasi genting. Ia menghadapi pemberontakan besar yang dipimpin oleh bangsawan Madura, Raden Trunajaya dan didukung oleh Karaeng Galesong, seorang bangsawan Gowa dan pejuang dari Makassar yang meninggalkan Makassar setelah jatuhnya Kerajaan Gowa ke tangan VOC karena tidak ingin tunduk sama VOC.

Pertemuan Dua Pejuang
Trunajaya, yang memiliki basis kuat di Madura, bercita-cita menggulingkan kekuasaan Mataram yang korup dan bersekutu dengan VOC. Sementara itu, Karaeng Galesong dan para pejuang Makassar masih menyimpan dendam terhadap VOC setelah kalah dalam Perang Makassar (1666–1669). Kedua tokoh ini bertemu dan membentuk aliansi militer dan ideologis: melawan kekuasaan Mataram yang dinilai menindas dan melawan penjajahan VOC yang semakin meluas di Nusantara.

Serangan ke Jawa Tengah
Pada tahun 1676, pas**an gabungan Trunajaya dan Karaeng Galesong menyerbu Mataram Jawa. Mereka berhasil mengalahkan pas**an Mataram dalam berbagai pertempuran, termasuk di Kediri, Madiun, dan Surabaya. Pada puncaknya, pas**an aliansi merebut kota Plered, ibu kota Mataram, memaksa Amangkurat I melarikan diri dan wafat di pengungsian.

Pertempuran Sengit dengan VOC
Amangkurat II yang menggantikan ayahnya, tidak mampu mengatasi kekuatan aliansi. Ia kemudian meminta bantuan VOC. Pada 1678–1680, VOC mengerahkan ribuan pas**an bersama Arung Palakka dari Bugis Bone untuk menumpas perlawanan Trunajaya-Karaeng Galesong. Terjadi pertempuran sengit antara pas**an VOC-Arung Palakka-Amangkurat II dan aliansi Trunajaya-Karaeng Galesong.
Meskipun berhasil mempertahankan wilayahnya selama beberapa tahun, aliansi mulai retak. Trunajaya lebih fokus membangun kekuasaan sendiri di Kediri, sementara Karaeng Galesong tetap konsisten melawan VOC. Konflik internal mulai muncul dan VOC memanfaatkannya untuk memecah belah kekuatan mereka.

Akhir Perlawanan
Pada tahun 1680, Trunajaya ditangkap dalam sebuah tipu muslihat oleh VOC dan pas**an Amangkurat II. Ia kemudian dieksekusi pada 2 Januari 1680. Karaeng Galesong terus melakukan perlawanan gerilya bersama para laskar Makassar, tetapi akhirnya terluka dan gugur dalam pertempuran melawan VOC pada tahun 1686 di daerah Tuban dan dimakamkan di Ngantang, Malang.

⚔️ Warisan Perjuangan
Trunajaya dikenang sebagai simbol pemberontakan rakyat melawan kekuasaan yang sewenang-wenang.
Karaeng Galesong menjadi lambang solidaritas Nusantara, menunjukkan bahwa semangat perlawanan melampaui batas etnis dan daerah.
Perlawanan mereka menjadi salah satu yang paling menyulitkan VOC sebelum abad ke-18.
-

Kisah Heroik La Tenrilai To Sengngeng, Arung Matowa Wajo Dalam Mempertahankan Benteng TosoraPada masa kejayaan Kerajaan ...
10/07/2025

Kisah Heroik La Tenrilai To Sengngeng, Arung Matowa Wajo Dalam Mempertahankan Benteng Tosora
Pada masa kejayaan Kerajaan Wajo di Sulawesi Selatan, Arung Matowa (raja tertinggi dalam struktur pemerintahan Wajo) dikenal sebagai pemimpin yang berani dan bijaksana. Salah satu peristiwa paling heroik dalam sejarahnya adalah perlawanan terhadap pas**an Bone dan VOC di Benteng Tosora, yang menjadi pusat pemerintahan Wajo kala itu.

Latar Belakang Konflik
Pada abad ke-17, Kerajaan Wajo yang menjunjung tinggi sistem demokratis dan kebebasan rakyatnya, menjadi sasaran kekuatan eksternal: Kerajaan Bone yang dipimpin Arung Palakka dan VOC Belanda. Bone yang telah menjadi sekutu VOC setelah membantu mereka dalam Perang Makassar melawan Gowa, ingin menundukkan Wajo agar ikut di bawah pengaruh Belanda.

Pertahanan Benteng Tosora
Benteng Tosora, yang berada di jantung wilayah Wajo, menjadi simbol perlawanan. Di bawah kepemimpinan Arung Matowa, rakyat dan bangsawan Wajo bersatu mempertahankan tanah leluhur mereka. Dinding benteng diperkuat dan para pemuda Wajo dilatih dalam strategi perang gerilya dan diplomasi.
Dalam salah satu serangan besar pada tahun 1670-an, pas**an Bugis Bone yang dibantu oleh persenjataan modern VOC mencoba mengepung Tosora. Namun, Arung Matowa menolak menyerah. Ia memberi pidato yang membakar semangat, mengatakan:
"Lebih baik mati berdiri sebagai orang merdeka, daripada hidup bertekuk lutut sebagai hamba penjajah!"

Perlawanan Sampai Titik Darah Penghabisan
Pas**an Wajo, meski kalah jumlah dan senjata, menggunakan medan rawa dan sungai untuk menghambat musuh. Mereka melakukan serangan mendadak, membakar logistik musuh, dan menyabotase jalur suplai. Perlawanan ini dikenal gigih dan cerdas.

Akhir yang Mengharukan
Benteng Tosora pada akhirnya jatuh setelah pengepungan panjang, namun roh perjuangan rakyat Wajo tidak pernah padam. Arung Matowa, La Tenrilai To Sengngeng akhirnya gugur dimedan pertempuran dalam mempertahankan tanah leluhur dan harga dirinya. Sementara sebagian bangsawan Wajo memilih melarikan diri ke daerah pedalaman atau ke negeri-negeri sahabat seperti Mandar dan Luwu, untuk menyusun kekuatan kembali.
Meskipun kalah dalam pertempuran fisik, semangat kebebasan Wajo tetap hidup dan menjadi inspirasi perlawanan rakyat Bugis di masa-masa setelahnya.

Migrasi Orang-orang Bugis Wajo
Terlepas dari kekalahannya, Wajo masih mendapati pembalasan yang keras dari Arung Palakka dan orang-orang Bone. Banyak orang Wajo yang diculik, dirampas barangnya, atau dilecehkan; orang Wajo dapat ditampar atau bahkan dibunuh jika tidak menuruti keinginan orang-orang Bone. Bone juga mencaplok wilayah pesisir di muara Sungai Cenrana, yang merupakan satu-satunya jalur sungai yang menghubungkan pusat Wajo ke laut. Pengaduan Wajo kepada VOC di Makassar mengenai perlakuan semena-mena Bone juga tidak digubris, mengingat VOC saat itu menghindari untuk berselisih dengan Arung Palakka yang bantuan militernya mereka butuhkan dalam Perlawanan Karaeng Galesong dan Trunojoyo (1678–1680).
Kesulitan yang dihadapi rakyat Wajo di tanah air menjadi pemicu migrasi keluar. Walaupun tradisi merantau telah menjadi bagian utama dari budaya Bugis Wajo sejak masa pendiriannya, tradisi ini semakin menonjol setelah Perang Makassar, ketika sejumlah besar orang Wajo bermigrasi ke luar negeri dan menetap di berbagai wilayah seperti Makassar, Kalimantan bagian timur, Nusa Tenggara dan kawasan sekitar Selat Malaka. Komunitas-komunitas rantau ini terhubung baik dengan tanah air mereka maupun kepada sesama komunitas melalui ikatan kekerabatan, niaga, dan hukum.
-

Kisah persahabatan Arung Palakka dan Kapiten Jongker adalah salah satu bagian menarik dari sejarah konflik antara Keraja...
10/07/2025

Kisah persahabatan Arung Palakka dan Kapiten Jongker adalah salah satu bagian menarik dari sejarah konflik antara Kerajaan Gowa dan VOC di abad ke-17. Keduanya berasal dari latar belakang yang berbeda—Arung Palakka seorang bangsawan Bugis Bone, sementara Kapiten Jongker adalah perwira Ambon yang memimpin pas**an pribumi di bawah Belanda (VOC). Namun, dalam upaya menaklukkan Makassar, mereka menjadi sekutu dan sahabat seperjuangan, yang memiliki tujuan bersama.

🛡️ Awal Pertemuan
Arung Palakka mengalami masa pahit bersama keluarganya sebagai tawanan Kerajaan Gowa setelah kekalahan Bone. Ia kemudian melarikan diri dan bergabung dengan VOC di Batavia. Di sana, ia mulai membangun kekuatan bersama VOC untuk merebut kembali kedaulatan Bugis Bone dan membalas dendam terhadap Kerajaan Gowa. Walaupun sebenarnya Arung Palakka selama menjadi tawanan, diperlakukan dengan baik oleh pihak istana Gowa-Tallo diajar dan dibekali ilmu pengetahuan bersama Sultan Hasanuddin oleh Karaeng Pattingalloang, raja Tallo filsuf dan cendekiawan Makassar yang dikenal dunia saat itu.
Kapiten Jongker di sisi lain, sudah lebih dulu menjadi perwira kepercayaan VOC. Ia memimpin pas**an Ambon yang terkenal ganas, terlatih dan sangat setia pada Belanda. Ketika VOC memutuskan untuk menaklukkan Gowa, Kapiten Jongker ditugaskan sebagai salah satu komandan utama.
Saat itulah Arung Palakka dan Kapiten Jongker bertemu dalam satu komando perang. Sebelum keduanya melakukan penyerangan ke Makassar bersama VOC, Arung Palakka di uji kesetiaan dan kehebatannya dulu oleh VOC, sehingga keduanya dikirim ke Sumatra dulu untuk membantu VOC dalam menaklukkan kerajaan Pariaman dan pulang dengan kemenangan gemilang, sehingga VOC semakin takjub akan kedua pemimpin pas**an aliansinya.

⚔️ Persahabatan di Medan Perang
1. Kesamaan Tujuan
Arung Palakka ingin mengalahkan Gowa demi membebaskan Bone.
Kapiten Jongker menjalankan tugas VOC, menundukkan kerajaan yang menentang monopoli dagang Belanda.
Meski berbeda latar belakang, keduanya melihat satu musuh bersama yaitu Sultan Hasanuddin dan Kerajaan Gowa.

2. Kerja Sama Militer
Arung Palakka memimpin pas**an Bugis.
Kapiten Jongker memimpin pas**an Ambon.
Dalam Pengepungan Benteng Somba Opu selama 6 hari di tahun 1669, mereka berperan penting dalam menembus pertahanan Makassar. Taktik gabungan mereka dianggap sebagai salah satu faktor keberhasilan VOC dalam Perang Makassar. Arung Palakka, pernah tinggal dilingkungan kerajaan Gowa-Tallo sehingga tahu seluk beluk dan kelemahan Benteng Somba Opu di tambah dengan Kapiten Jongker dan pas**an Ambonnya yang sangat loyal dan setia kepada VOC, kedua pas**an aliansi ini menyerang melalui darat sedangkan pas**an VOC menyerang dengan tembakan meriam yang tiada henti dari arah sungai dan laut yang berada di sekitar Benteng Somba Opu.

3. Hubungan Personal
Banyak catatan VOC menyebut bahwa Arung Palakka dan Kapiten Jongker memiliki rasa saling hormat, bahkan dianggap sebagai sahabat seperjuangan. Mereka sering berkoordinasi langsung, bahkan beberapa laporan menyebut mereka berbagi tenda komando dan makan bersama di sela perang.

🥀 Akhir dari Persahabatan
Setelah kemenangan VOC dan penandatanganan Perjanjian Bungaya (1669), Kerajaan Gowa ditundukkan dan Arung Palakka diangkat sebagai Raja Bone.
Kapiten Jongker melanjutkan kiprah militernya bersama VOC ke medan lain. Namun setelah pertempuran besar itu, nama Kapiten Jongker tidak banyak lagi disebut dalam sejarah Bugis, sementara Arung Palakka justru menjadi tokoh dominan.
Persahabatan mereka pun menghilang dari catatan, namun kisah mereka tetap hidup sebagai gambaran unik tentang aliansi antar tokoh lokal dalam konteks penjajahan.

✍️ Catatan Penutup
Kisah ini adalah contoh bagaimana sejarah tidak selalu hitam-putih. Dua tokoh dari daerah yang berbeda, dengan alasan berbeda, bersatu untuk tujuan yang sama—meski bekerja di bawah panji penjajah kolonial. Mereka adalah simbol dari realitas keras sejarah Nusantara: politik aliansi, dendam antar kerajaan, dan strategi bertahan hidup.
-

Sejarah Benteng Fort Rotterdam adalah cerita panjang tentang kekuasaan, perang, penjajahan dan pelestarian budaya yang t...
10/07/2025

Sejarah Benteng Fort Rotterdam adalah cerita panjang tentang kekuasaan, perang, penjajahan dan pelestarian budaya yang terjadi di jantung kota Makassar. Berikut ini kisahnya secara kronologis dan dramatis:

🛡️ Awal Mula: Benteng Ujung Pandang (1545–1634)
Benteng ini awalnya dibangun oleh Daeng Matanre Karaeng Manguntungi Tumapa’risi’ Kallonna, Raja Gowa ke-9, sekitar tahun 1545, dari tanah liat dan kayu.
Tujuannya: pertahanan terhadap musuh lokal dan ancaman laut. Karena letaknya di pesisir, benteng ini dinamakan Benteng Ujung Pandang.
Nama “Ujung Pandang” berasal dari pohon pandan berduri yang tumbuh di kawasan itu.

🏗️ Rekonstruksi Batu oleh Sultan Alauddin (1634–1635)
Ketika ancaman Belanda (VOC) makin nyata, Sultan Alauddin memerintahkan pembangunan ulang benteng dari batu padas gunung karst Maros.
Dinding setebal 2 meter dibangun, dengan strategi pertahanan lebih kuat, menandai transformasi benteng ke bentuk semi-modern.

⚔️ Perang Makassar & VOC (1666–1669)
Di bawah pimpinan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Gowa menolak tunduk pada monopoli VOC.
Benteng Ujung Pandang menjadi benteng pertahanan utama setelah Benteng Somba Opu saat VOC menyerbu Makassar dalam Perang Makassar.
Namun, setelah kekalahan Gowa dan Perjanjian Bongaya (1667), benteng ini diserahkan ke VOC.
Sultan Hasanuddin dijuluki "Ayam Jantan dari Timur" karena kegigihannya melawan VOC.

🏴‍☠️ Benteng Rotterdam Era Belanda (1670–1800-an)
Setelah merebut benteng, VOC merombaknya menjadi benteng gaya Eropa.
Dipimpin oleh Laksamana Cornelis Speelman, benteng diberi nama Fort Rotterdam—menghormati kota kelahirannya, Rotterdam di Belanda.
Lima bastion dibangun, membentuk simbol penyu, menandakan kekuatan laut dan darat.
Benteng ini menjadi markas VOC di Sulawesi, pusat logistik, perdagangan rempah dan administrasi kolonial.

⛓️ Benteng Penjara Pangeran Diponegoro (1830–1855)
Setelah ditangkap karena Perang Jawa, Pangeran Diponegoro diasingkan ke Makassar dan ditahan di sel di Fort Rotterdam selama 25 tahun hingga wafatnya.
Hingga kini, sel kecil Pangeran Diponegoro masih utuh dan menjadi titik ziarah sejarah.

🇯🇵 Pendudukan Jepang (1942–1945)
Saat Perang Dunia II, benteng dikuasai oleh tentara Jepang dan digunakan sebagai pusat penelitian linguistik serta penahanan militer.

🇮🇩 Pasca-Kemerdekaan & Pemugaran
Setelah Indonesia merdeka, benteng ini sempat digunakan militer Indonesia dan warga.
Pada tahun 1970-an, dipugar besar-besaran dan dijadikan Museum La Galigo serta pusat kegiatan budaya.

🏛️ Hari Ini: Simbol Budaya Makassar
Fort Rotterdam kini berdiri megah di tengah kota Makassar, menjadi saksi:
Perjuangan kerajaan Gowa dan Tallo
Penjajahan kolonial
Kebangkitan budaya lokal

✨ Kisah yang Hidup dalam Benteng
Suara musik khas Makassar kadang terdengar dari halaman benteng.
Tarian tradisional Makassar dipentaskan di aula batu.
Turis berfoto di depan sel Pangeran Diponegoro, merenung tentang perjuangan bangsa Indonesia.
Seniman berkarya di ruang-ruang tua bersejarah.
-

Kisah Kampung Makassar di Afrika Selatan adalah bagian menarik dari sejarah diaspora orang-orang Indonesia, khususnya da...
09/07/2025

Kisah Kampung Makassar di Afrika Selatan adalah bagian menarik dari sejarah diaspora orang-orang Indonesia, khususnya dari Makassar dan daerah sekitarnya, yang terpaksa dibawa ke Afrika Selatan oleh penjajah Belanda pada abad ke-17 hingga 18. Ini kisah nyata tentang pembuangan, perlawanan, dan pelestarian identitas di tanah asing.

📖 Kisah Kampung Makassar di Afrika Selatan
🏝️ Asal-usul: Orang Nusantara yang Dibuang
Pada masa penjajahan VOC, banyak bangsawan, ulama, pejuang, dan rakyat dari wilayah seperti Makassar, Jawa, Ternate, dan lainnya diasingkan ke Tanjung Harapan (Cape of Good Hope) di Afrika Selatan karena dianggap membangkang atau melawan kekuasaan Belanda.
Beberapa di antaranya berasal dari:
Makassar (Sulawesi Selatan)
Pulau Jawa
Tidore, Ternate, dan Maluku
Kalimantan

🌍 Terbentuknya Komunitas “Cape Malay”
Mereka kemudian membentuk komunitas Muslim yang dikenal sebagai Cape Malays, meskipun sebagian besar bukan dari Malaysia, melainkan dari Indonesia. Salah satu tokoh paling terkenal dari kelompok ini adalah:
🕌 Syekh Yusuf Al-Makassari
Tokoh ulama dan pejuang asal Gowa, Makassar.
Dianggap sebagai bapak spiritual Islam dan penyebar Islam di Afrika Selatan.
Diasingkan oleh VOC ke Ceylon (Sri Lanka), lalu ke Afrika Selatan pada 1694.
Ia menetap di Zandvliet, sebuah kawasan yang kemudian dikenal sebagai Kampung Makassar.
Di tempat inilah Syekh Yusuf mengajarkan dan menyebarkan Islam, membina komunitas dan menjadi tokoh yang dihormati oleh penduduk lokal. Bahkan pemerintah Afrika Selatan telah menghargainya dengan memberi gelar Pahlawan Bangsa Afrika Selatan karena di Afrika Selatan beliau telah menanamkan jiwa anti kolonialisme dan memiliki semangat juang yang tingga disamping sebagai seorang Ulama yang menyebarkan Islam di tanah Afrika Selatan. Bahkan tokoh dunia yaitu Nelson Mandela yang merupakan orang Afrika Selatan, perjuangannya terinspirasi dari perjuangan Syekh Yusuf yang anti kolonialisme
Kini, Kampung Makassar (Macassar) menjadi sebuah wilayah di dekat Cape Town yang menyimpan nama dan jejak sejarah orang Makassar.

🏞️ Warisan dan Pengaruh
Islam menyebar luas di kalangan komunitas Cape Malay.
Tradisi seperti masakan, nama, dan istilah bahasa yang berasal dari Indonesia masih bertahan.
Masjid-masjid tertua di Afrika Selatan dibangun oleh keturunan para tahanan dari Nusantara.
Setiap tahun, masyarakat Cape Muslim memperingati haul Syekh Yusuf di makamnya di Macassar, Cape Town.
-

Profil Benteng Somba Opu: Benteng Pertahanan Terakhir Kerajaan Gowa-Tallo (Makassar) Melawan VOC Belanda dan sekutunya.📍...
09/07/2025

Profil Benteng Somba Opu: Benteng Pertahanan Terakhir Kerajaan Gowa-Tallo (Makassar) Melawan VOC Belanda dan sekutunya.

📍 Nama: Benteng Somba Opu
🛡️ Fungsi Utama: Benteng pertahanan dan pusat pemerintahan Kerajaan Gowa-Tallo
🏰 Lokasi: Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, sekitar 6 km dari pusat Kota Makassar
📅 Dibangun: Sekitar abad ke-16 (diperkirakan pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-9)
🔨 Diperkuat: Oleh Sultan Alauddin dan kemudian diperluas serta diperkuat oleh Sultan Hasanuddin pada abad ke-17

🔎 Sejarah dan Peran Strategis
Benteng Somba Opu merupakan benteng utama dan pertahanan terakhir Kerajaan Gowa saat menghadapi serangan besar-besaran dari VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) pada Perang Makassar (1666–1669). Benteng Somba Opu berhasil direbut oleh VOC dan sekutunya setelah 6 hari melakukan penyerangan dari laut dan darat, VOC yang dipimpin Speelman menyerang dari sungai dan laut dengan puluhan ribu tembakan meriam sementara Arung Palakka dan pas**an koalisinya menyerang dari darat. Setelah Benteng Somba Opu berhasil direbut, Speelman berucap bahwa selama ini baru mendapatkan perlawanan yang sangat hebat dan berat untuk dikalahkan. Speelman melihat pas**an Makassar yang dipimpin Sultan Hasanuddin dan Karaeng Karunrung bertempur dengan semangat juang yang tinggi dalam mempertahankan Benteng Somba Opu. Jatuhnya Benteng Somba Opu pada tanggal 24 Juni 1669, maka berakhirlah Perang Makassar dan dimulainya era baru di Makassar yaitu berkuasanya VOC Belanda atas pelabuhan Makassar yang diinginkannya selama ini serta raja Gowa-Tallo dan koalisinya harus tunduk atas segala kebijakan VOC. Beberapa hari setelah kejatuhan Benteng Somba Opu, Sultan Hasanuddin mengundurkan diri jadi raja Gowa dan menyerahkan kekuasaannya kepada anaknya karena secara batin Sultan Hasanuddin tidak mau tunduk dan patuh kepada VOC Belanda.
Benteng ini bukan hanya struktur militer, tetapi juga pusat administrasi dan perdagangan internasional. Sebagai pelabuhan utama, Somba Opu menjadi jalur keluar-masuk rempah-rempah dan barang dagangan ke berbagai penjuru Asia dan Eropa.

🧱 Arsitektur dan Kekuatan Benteng
Dibangun dari: Batu bata merah, karang laut, dan kapur
Tebal dinding: ± 3,6 meter
Tinggi dinding: ± 7 meter
Panjang keliling: ± 2 kilometer
Fasilitas dalam benteng:
Gudang senjata dan mesiu
Kediaman raja dan bangsawan
Dermaga dan pelabuhan dagang
Rumah-rumah pejabat kerajaan dan garnisun

⚔️ Peran dalam Perang Makassar (1666–1669)
Benteng ini menjadi benteng terakhir yang dipertahankan Sultan Hasanuddin saat VOC dan sekutunya, termasuk Arung Palakka, menyerang.
Pertahanan sengit dan kepahlawanan pas**an Gowa di Somba Opu menjadi simbol perlawanan besar terhadap kolonialisme Belanda di Nusantara.
Setelah pengepungan yang panjang dan melelahkan, benteng ini akhirnya jatuh ke tangan VOC pada tahun 1669.
VOC kemudian meruntuhkan sebagian besar struktur benteng untuk mencegah bangkitnya kembali kekuatan Gowa.

🏛️ Kondisi dan Fungsi Saat Ini
Benteng sempat terendam dan tertimbun lumpur akibat abrasi dan pasang air laut selama berabad-abad.
Pada tahun 1980-an, benteng mulai dilestarikan dan direstorasi oleh pemerintah Indonesia.
Kini, Somba Opu menjadi situs wisata sejarah dan budaya, termasuk Taman Mini Sulawesi Selatan yang menampilkan rumah adat dari berbagai suku di Sulsel.

🌟 Nilai Historis dan Budaya
Benteng Somba Opu bukan sekadar bangunan pertahanan, tapi simbol keteguhan dan kedaulatan Kerajaan Gowa-Tallo (Makassar). Di sinilah salah satu babak paling heroik dalam sejarah perlawanan pribumi di tanah Makassar terhadap kolonialisme Belanda terjadi.
-

Karaeng Karunrung adalah salah satu tokoh militer dan bangsawan paling penting dalam sejarah Kerajaan Gowa-Tallo di abad...
09/07/2025

Karaeng Karunrung adalah salah satu tokoh militer dan bangsawan paling penting dalam sejarah Kerajaan Gowa-Tallo di abad ke-17. Ia dikenal sebagai panglima perang yang ulung, raja Tallo, sekaligus penasihat utama Sultan Hasanuddin dalam masa-masa paling genting menghadapi serangan VOC Belanda dan sekutunya dalam perang Makassar.

🧔‍♂️ Siapa Karaeng Karunrung?
1. Raja Tallo
Kerajaan Tallo adalah kerajaan kembar Gowa, dan sejak abad ke-16 menjadi sekutu utama serta bagian integral dari kekuatan Gowa. Bahkan kedua kerajaan Gowa dan Tallo memiliki ikrar sumpah bersama yaitu "Rua Karaeng Se're Ata" (Dua raja namun satu rakyat) artinya dua raja dalam kerajaan yang memimpin namun rakyat adalah satu yang dipimpin bersama. Raja Gowa bertindak sebagai pemimpin utama sedangkan raja Tallo bertindak sebagai Mangkubumi,Penasehat atau Perdana Menteri.
Karaeng Karunrung adalah raja Tallo yang juga merupakan kerabat dekat Sultan Hasanuddin, bahkan disebut sebagai sepupu dan saudara ipar dalam beberapa sumber Lontaraq. Karaeng Karunrung menjadi raja Tallo menggantikan ayahnya Karaeng Pattingalloang.

2. Panglima Perang dan Jenius Strategi
Ia memainkan peran vital sebagai panglima perang dalam berbagai ekspedisi militer Gowa, termasuk melawan ekspansi VOC dan pemberontakan Bone.
Dalam Perang Makassar, Karaeng Karunrung terkenal sebagai pemikir taktik, pembela gigih dan pengobar semangat juang di kalangan pas**an Gowa-Tallo. Bahkan diceritakan bahwa dalam Perang Makassar, Karaeng Karunrung beberapa kali sempat berhadapan langsung dengan Arung Palakka dan hampir membunuhnya, namun selalu gagal karena bantuan VOC selalu datang melindungi.

3. Tokoh Intelektual dan Diplomatik
Selain militer, ia dikenal sebagai seorang cendekiawan, ahli tata negara dan ahli hukum Islam, serta dikenal bijaksana, keras, disiplin dan disegani.
Pendapat dan nasihatnya sangat berpengaruh dalam keputusan kerajaan, termasuk saat menjelang Perjanjian Bungaya. Pada awalnya Karaeng Karunrung tidak ingin menyetujui Perjanjian Bungaya dan ingin bertempur habis-habisan melawan VOC dan sekutunya namun karena kebijakan Sultan Hasanuddin dengan penuh pertimbangan untuk kedepannya, sehingga Karaeng Karunrung ikut menyetujui Perjanjian Bungaya.

4. Simbol Perlawanan Terakhir Gowa
Bersama Sultan Hasanuddin,Karaeng Galesong dan Karaeng Bontomarannu. Karaeng Karunrung termasuk dalam garda terakhir pertahanan Gowa saat Benteng Somba Opu dikepung VOC dan sekutunya.
Ia wafat setelah Gowa kalah dan namanya menjadi simbol patriotisme rakyat Gowa-Tallo (Makassar).

🛡️ Warisan Karaeng Karunrung
Namanya diabadikan dalam jalan, lembaga pendidikan dan sejarah lokal di Makassar.
Dalam Lontaraq dan cerita rakyat, ia disebut sebagai sosok bijak, disiplin, gagah dan religius yang mencintai negerinya hingga akhir hayatnya seperti ayahnya Karaeng Pattingalloang.

📜 Kesimpulan
Karaeng Karunrung adalah tokoh sentral dalam sejarah Perang Makassar — seorang raja, panglima perang, penasihat kerajaan dan pemikir yang menjadi garda utama melawan kolonialisme. Namanya sejajar dengan Sultan Hasanuddin dalam sejarah perjuangan rakyat Gowa-Tallo (Makassar).
-

Abraham Lincoln adalah Presiden ke-16 Amerika Serikat yang dicintai rakyatnya dan disegani serta salah satu Presiden AS ...
08/07/2025

Abraham Lincoln adalah Presiden ke-16 Amerika Serikat yang dicintai rakyatnya dan disegani serta salah satu Presiden AS yang sangat berpengaruh hingga saat ini. Sebagai pemimpin yang dicintai rakyat, ia terpilih menjadi presiden selama dua priode. Lincoln mencurahkan waktunya sepenuhnya untuk membangun negara dan menyejahterakan rakyatnya. Ia berusaha melawan perbudakan, diskriminasi dan ketidakadilan dinegaranya, namun kematiannya tragis ditangan rakyatnya sendiri, ditembak dalam jarak dekat ketika sedang menonton sebuah teater drama.
Kematian Abraham Lincoln, presiden ke-16 Amerika Serikat, secara resmi diketahui bahwa pembunuhnya adalah John Wilkes Booth, seorang aktor dan simpatisan Konfederasi, pada malam 14 April 1865 di Teater Ford, Washington D.C. Namun, banyak teori konspirasi muncul seputar peristiwa ini karena motif politik yang dalam dan keterlibatan beberapa pihak yang mencurigakan. Berikut adalah beberapa teori konspirasi populer tentang kematian Lincoln:

🔺 1. Konspirasi Besar – Bukan Hanya Booth Sendiri
Secara resmi, Booth adalah bagian dari konspirasi dengan beberapa rekan (seperti Lewis Powell, David Herold, dan Mary Surratt). Namun, ada yang meyakini bahwa konspirasi ini jauh lebih luas:
Melibatkan jaringan simpatisan Konfederasi yang ingin membalas dendam karena kekalahan di Perang Saudara.
Dugaan keterlibatan pejabat tinggi, bahkan dari pemerintahan Lincoln sendiri, yang tidak setuju dengan rencana rekonstruksi Lincoln terhadap negara-negara bagian Selatan.

🧠 2. Peran Pemerintah atau Militer dalam Konspirasi
Beberapa teori menyebut adanya keterlibatan dari dalam pemerintahan atau militer:
Edwin Stanton, Menteri Perang Lincoln, sering dicurigai dalam teori konspirasi karena:
Mengambil kendali penuh setelah Lincoln ditembak.
Bertindak cepat menyegel dokumen dan mengontrol informasi.
Diduga tidak s**a dengan pendekatan damai Lincoln terhadap negara-negara Selatan pascaperang.

🧳 3. John Wilkes Booth Tidak Pernah Tewas?
Versi resmi menyebut Booth tewas ditembak di lumbung tembakau 12 hari setelah pembunuhan. Namun beberapa percaya:
Pria yang dibunuh bukan Booth, melainkan orang lain yang dijadikan kambing hitam.
Booth berhasil kabur ke luar negeri (bahkan ada klaim dia hidup di Brasil atau India selama bertahun-tahun).
Teori ini didorong oleh laporan yang bertentangan tentang identitas jenazah yang ditemukan.

🕵️‍♂️ 4. Perusahaan Keuangan dan Kepentingan Bisnis
Lincoln sangat menentang perbankan swasta dan mendukung mata uang negara ("Greenbacks"). Ada teori bahwa:
Kelompok elit finansial di balik perbankan dan industri senjata ingin menyingkirkannya.
Mereka khawatir Lincoln akan merusak sistem keuangan berbasis utang.

🩸 5. Konspirasi Internasional
Teori ini mengklaim bahwa:
Inggris atau Vatikan mendalangi pembunuhan karena kebijakan luar negeri Lincoln dianggap mengancam kepentingan mereka.
Tidak ada bukti kuat, tapi beberapa penulis spekulatif menyebut misi diplomatik dan hubungan keuangan lintas negara sebagai alasan tersembunyi.

🔚 Kesimpulan
Meskipun versi resmi menyatakan bahwa John Wilkes Booth dan kelompoknya bertindak sendiri, banyak pertanyaan yang belum sepenuhnya terjawab:
Siapa yang sebenarnya menarik tali di balik layar?
Mengapa proses pengadilan sangat cepat dan beberapa terdakwa langsung dihukum mati?
Seperti banyak peristiwa besar sejarah, kematian Lincoln tetap dikelilingi oleh kabut misteri, menyisakan ruang bagi spekulasi dan teori konspirasi.
-

Karaeng Pattingalloang adalah salah satu tokoh paling cemerlang dalam sejarah intelektual Nusantara, khususnya di Sulawe...
07/07/2025

Karaeng Pattingalloang adalah salah satu tokoh paling cemerlang dalam sejarah intelektual Nusantara, khususnya di Sulawesi Selatan. Ia dikenal sebagai filsuf, ilmuwan, dan penasihat utama Kerajaan Gowa-Tallo pada abad ke-17. Berikut ini adalah gambaran tentang kebesaran sosoknya:

🧠 Karaeng Pattingalloang – Filsuf dan Cendekiawan Hebat Makassar
Nama lengkap: I Mangadacinna Daeng Sitaba
Gelar: Karaeng Pattingalloang
Lahir: Sekitar awal abad ke-17
Wafat: 1654
Jabatan: Raja Tallo, Mangkubumi (Perdana Menteri) Kerajaan Gowa, dan penasihat utama Raja Gowa ke-15 Sultan Muhammad Said. Guru dari Sultan Hasanuddin dan Arung Palakka.

📚 Kecerdasan dan Keilmuan
Karaeng Pattingalloang menguasai bahasa Latin, Portugis, Spanyol, dan Belanda, bahkan bisa membaca karya-karya filsuf Eropa dalam bahasa aslinya.
Ia dikenal sangat menggemari ilmu pengetahuan Eropa, khususnya dalam bidang astronomi, matematika, filsafat, dan geografi. Dalam ketertarikannya akan ilmu astronomi, beliau pernah memesan teleskop langsung dari Galileo Galilei yang merupakan penemu teleskop dan dikenal sebagai bapak ilmu astronomi modern.
Ia memiliki perpustakaan pribadi dengan koleksi buku-buku Barat yang sangat langka di Asia Tenggara saat itu.

🌍 Koneksi Intelektual Global
Banyak penjelajah dan ilmuwan Eropa seperti VOC dan misionaris Jesuit yang kagum pada kecerdasannya.
Salah satu Jesuit terkenal, Alexander de Rhodes, menulis tentang kekagumannya terhadap Pattingalloang, menyebutnya sebagai "satu dari sedikit orang Timur yang memahami dunia Barat".

🧭 Karya dan Warisan
Ia memesan Atlas Blaeu (peta dunia terbesar saat itu) dari Belanda, membayar mahal agar dicetak dalam kualitas terbaik.
Di bawah pengaruhnya, Makassar menjadi pusat perdagangan dan pengetahuan terbuka bagi semua bangsa, berbeda dari kerajaan-kerajaan lain yang tertutup.

🏛️ Filsafat dan Pandangan Hidup
Karaeng Pattingalloang percaya bahwa ilmu pengetahuan harus melampaui batas agama dan bangsa.
Ia meyakini pentingnya toleransi, akal sehat, dan dialog antarbudaya.
Meski Muslim, ia tidak fanatik—membuka istana untuk berdiskusi dengan siapa saja, dari pendeta Kristen hingga ilmuwan Belanda.

🕊️ Warisan Intelektual
Karaeng Pattingalloang adalah lambang renaissance Makassar.
Banyak sejarawan Indonesia dan eropa menyebutnya sebagai “manusia paling modern di Nusantara pada masanya.”
Pemikiran dan keterbukaannya menjadi warisan berharga tentang bagaimana peradaban lokal mampu berinteraksi sejajar dengan dunia.
-

Address


Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Karsig Chanel posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Shortcuts

  • Address
  • Alerts
  • Claim ownership or report listing
  • Want your business to be the top-listed Media Company?

Share