02/11/2025
*Bakal Tema MT Edisi 102*
Tema 1:
*MENGENAL LEBIH DEKAT BUDAYA PESANTREN*
Budaya pesantren yang jarang diketahui publik seringkali menjadi timbul pro dan kontra sosial. Salah satunya gotong royong di bidang konstruksi pesantren. Dimana hal tesebut menjadi rutinitas biasa dan budaya turun temurun sedangkan di masyarakat awam perbuatan tersebut tidak dapat dibenarkan secara hukum perlindungan anak, tidak sesuai dengan kaidah K3, hingga anggapan pekerja dibawah umur.
Adanya hal tersebut muncul masalah kepercayaan dan keraguannya akan pendidikan di pesantren. Di era modern ini, haruskah pesantren tetap mempertahankan beberapa budaya lama tersebut atau meniadakan budaya tersebut untuk memunculkan budaya baru yang lebih baik?
Tema 2:
*Fenomena Gus-Gus-an dan Krisis Otoritas Keagamaan*
Fenomena โGus-gus-anโ menunjukkan bagaimana popularitas kini sering mengalahkan otoritas. Banyak yang didengar karena terkenal, bukan karena berilmu. Umat pun bingung membedakan tuntunan dan tontonan. Kita sedang krisis tokohโterlalu banyak yang bicara, terlalu sedikit yang benar-benar bisa dipercaya.
Tema 3:
*Menolak Abai Arsitektur Pesantren*
Berawal dari tragedi robohnya bangunan pesantren di Jawa Timur, banyak pihak mempertanyakan komitmen pesantren dalam hal menjaga keselamatan santri dan gurunya dengan menyediakan bangunan layak huni.
Tragedi ini menunjukkan dua kemungkinan utama; lemahnya pengawasan pemerintah terhadap instansi pesantren, atau lalainya pesantren terhadap bangunan yang dimilikinya. Pasalnya, pemerintah baru sadar bahwa hanya 51 pesantren yang memiliki izin bangunan dari 42 ribu pesantren di yang ada di Indonesia.
Namun, benarkah pesantren nihil pengetahuan, kesadaran, dan perhatian terhadap arsitektur bangunannya? Bagaimana seharusnya pemerintah dan pesantren bersikap?
Tema 4:
*Marah-marah Kiai Dihina, Cukupkah?*
Kritik terhadap pesantren dan kiai meresahkan para santri. Respons marah tampak lumrah. Tetapi bukankah tidak cukup berhenti di sana? Evaluasi diri dan langkah-langkah elegan perlu dilakukan. Mari arahkan amarah kepada pembuktian yang menunjukkan bahwa pesantren penuh marwah.