09/10/2025
🌾 “Dewi dari Bukit Lukulo”
Pada zaman dahulu, di tepian Sungai Lukulo yang mengalir tenang di selatan Kebumen, berdirilah sebuah desa bernama Tegalrandu. Desa itu makmur karena sawahnya subur, airnya melimpah, dan penduduknya rajin bekerja.
Namun suatu tahun, musim kemarau datang terlalu lama. Sungai Lukulo yang biasanya jernih berubah menjadi aliran kering penuh batu. Tanaman mati, ternak kelaparan, dan warga mulai kehilangan harapan.
Di tengah keputusasaan itu, hiduplah seorang gadis yatim bernama Sukma. Setiap hari ia berdoa di bukit kecil dekat sungai, memohon agar hujan turun. Malam itu, saat ia berdoa dengan air mata jatuh ke tanah, muncullah cahaya lembut dari dalam bukit. Suara lembut berkata:
“Sukma, engkau berhati murni. Aku Dewi Lukulo, penjaga air kehidupan. Desa ini lupa bersyukur dan hanya meminta, tanpa menjaga alamnya. Aku akan memberi air kembali, tapi dengan satu syarat: manusia harus berjanji menjaga sungai ini.”
Sukma mengangguk, dan ketika fajar tiba, dari puncak bukit keluarlah air jernih mengalir deras. Sungai Lukulo pun kembali hidup, menghijaukan seluruh sawah desa.
Penduduk gembira, tapi mereka tidak tahu tentang janji Sukma. Tahun demi tahun berlalu, mereka mulai lupa, menebang pohon di tepi sungai, membuang sampah, dan menggali pasir berlebihan.
Suatu malam, banjir besar datang tanpa hujan. Air sungai naik tinggi dan menenggelamkan separuh desa. Hanya Bukit Lukulo yang tetap berdiri, dan di atasnya terlihat sosok perempuan berpakaian putih, wajahnya tenang namun sedih. Dialah Sukma, yang kini menjadi penjaga sungai menggantikan Dewi Lukulo.
Sejak saat itu, penduduk percaya bahwa di musim kemarau panjang, jika seseorang berdoa dengan tulus di Bukit Lukulo, air kehidupan akan muncul kembali — tapi hanya untuk mereka yang menjaga alam dengan hati yang bersih.
Warta Kebumen ( Cerita Fiksi Rakyat Kebumen)