15/11/2025
Andai MoU Itu di Flores atau di Satar Mese, Maka Orang Aceh Tidak Menyebut Helsinki .
Pernyataan Benny Kabur Harman, “Sedikit-sedikit Helsinki, 20 tahun ini bikin apa?” bukan sekadar kalimat sembrono. Ia adalah celoteh yang bernada memadamkan sejarah, seolah-olah penderitaan panjang Aceh bisa direduksi menjadi lelucon politik.
Padahal, seorang legislator seharusnya melaksanakan fungsi pengawasan, legislasi, dan anggaran. Bukan melontarkan komentar yang menistakan memori kolektif rakyat.
Lebih ironis lagi, Benny berasal dari Partai Demokrat—partai yang justru melahirkan perdamaian Aceh melalui kepemimpinan SBY.
- SBY adalah presiden yang menandatangani MoU Helsinki.
- Demokrat dikenal sebagai partai yang membawa Aceh keluar dari konflik.
Maka ketika seorang kader senior Demokrat meremehkan Helsinki, publik bertanya-tanya: apakah ia lupa sejarah partainya sendiri? Apakah ia pernah menanyakan langsung kepada SBY betapa pentingnya MoU itu?
Bayangkan seandainya MoU itu ditandatangani di Flores atau di Satar Mese, tanah kelahiran Benny. Tentu orang Aceh akan menyebut Flores atau Satar Mese sebagai simbol damai.
Dan jika suatu hari Benny berkata: “Sedikit-sedikit Satar Mese, 20 tahun ini bikin apa?”—maka luka yang sama akan terbuka. Karena yang dipersoalkan bukan nama kota, melainkan penghinaan terhadap simbol perdamaian.
Aceh tidak pernah lupa:
- Puluhan tahun operasi militer.
- Ribuan korban jiwa.
- Trauma lintas generasi.
- Tsunami 2004 yang memusnahkan lebih dari 160 ribu jiwa.
Dari reruntuhan itu, lahirlah MoU Helsinki. Ia bukan sekadar dokumen, melainkan janji hidup baru.
Benny bagusnya melaksanakan fungsinya sebagai legislator:
- Membuat undang-undang yang berpihak pada rakyat.
- Mengawasi jalannya pemerintahan.
- Mengawal anggaran agar tidak bocor.
Bukan melontarkan celotehan yang bernada memadamkan sejarah dengan kalimat: “Kawan-kawan Aceh sedikit-sedikit Helsinki.”
Karena tanpa Helsinki, mungkin Benny tidak bisa duduk nyaman di kursi DPR sejak 2004. Tanpa Helsinki, Aceh mungkin masih bergolak, dan suara dari daerah itu tidak pernah sampai ke Senayan.
Satirnya jelas: seorang Demokrat meremehkan warisan terbesar presidennya sendiri. Seorang legislator lupa fungsi, sibuk berkomentar, dan melukai sejarah.
Andai MoU itu di Flores atau di Satar Mese, maka nama itu akan sama sakralnya. Dan jika suatu hari ada yang meremehkannya, maka luka yang sama akan kembali terbuka.
---
__________++++______
Benny, dengarlah suara dari tanah Aceh,
jangan kau mainkan luka dengan celoteh kosong.
Helsinki bukan sekadar kata asing,
ia adalah darah, air mata, dan damai yang lahir dari reruntuhan.
Kau duduk di kursi DPR,
fungsi legislatifmu jelas: mengawal rakyat, mengawasi negara.
Bukan melontar kata yang memadamkan sejarah,
bukan menertawakan luka dengan kalimat:
“Kawan-kawan Aceh sedikit-sedikit Helsinki.”
Tahukah kau, tanpa Helsinki,
kursi empukmu di Senayan mungkin tak pernah ada?
Tahukah kau, tanpa Helsinki,
Aceh masih bergolak, suara rakyat tak pernah sampai ke Jakarta?
Andai MoU itu ditandatangani di Flores atau Satar Mese,
orang Aceh akan menyebut nama itu dengan hormat.
Dan jika suatu hari kau meremehkannya,
maka luka yang sama akan kembali terbuka.
jangan coba-coba mengiring opini,
jangan coba-coba meremehkan simbol damai.
Karena Helsinki adalah saksi,
dan Aceh tidak pernah lupa janji.
Benny, berhentilah bersilat kata,
jalankan tugasmu sebagai wakil rakyat.
Karena sejarah bukan panggung sandiwara,
dan perdamaian bukan bahan olok-olok belaka