Cerita Sekitar Kita

Cerita Sekitar Kita CERITA SEKITAR KITA

Selamat datang di halaman resmi CERITA SEKITAR KITA!

Kami adalah komunitas yang berkomitmen untuk berbagi kisah-kisah inspiratif dan positif dari sekitar kita.

**180 Kali Purnama**  _Sudah 180 kali purnama engkau bekerja di sana,_  **Mengapa kau tetap bertahan, meski dunia tak me...
26/05/2025

**180 Kali Purnama**

_Sudah 180 kali purnama engkau bekerja di sana,_
**Mengapa kau tetap bertahan, meski dunia tak menawarkan gemerlap harta?**
_Aku mencari arti dari keringat dan waktu,_
**Adakah kekayaan lebih berharga dari ketulusan yang kau genggam?**

_Mengapa kereta buntut kau jual tanpa ragu?_
**Ia telah menunaikan tugasnya, mengantar mimpi hingga batasnya.**
_Tapi semestinya kau beli mobil baru,_
**Apakah pantas jika yang bukan hakku kupakai untuk kesenangan?**

_Sudah 180 kali purnama berlalu,_
**Apa yang tersisa dari jejak yang kau tinggalkan?**
_Hanya cerita yang berbisik dalam angin,_
**Dan keikhlasan yang tetap bersinar meski tanpa sorak-sorai dunia.**

**💪✌️✌️👋

1. **Apa latar belakang cerita di balik puisi ini?**
2. **Bagaimana perasaan tokoh dalam puisi ini terhadap pekerjaannya?**
3. **Apa makna dari keputusan menjual "kereta buntut" dalam puisi?**
4. **Mengapa tokoh dalam puisi tidak memilih untuk membeli mobil baru?**
5. **Bagaimana puisi ini menggambarkan nilai kejujuran dan integritas dalam bekerja?**
6. **Apa yang ingin disampaikan oleh puisi ini tentang kehidupan dan pilihan seseorang?**
7. **Bagaimana puisi ini mengajak kita untuk merenungkan makna keberhasilan dan kekayaan?**
8. **Jika Anda berada dalam posisi tokoh dalam puisi, apakah Anda akan mengambil keputusan yang sama? Mengapa?**

**Harga Sebuah Tanah: Warisan Leluhur dan Amanah Alam**  Angin pagi menyusuri ladang-ladang luas di **Pinggiran Selat Ma...
21/05/2025

**Harga Sebuah Tanah: Warisan Leluhur dan Amanah Alam**

Angin pagi menyusuri ladang-ladang luas di **Pinggiran Selat Malaka**, membawa aroma tanah basah yang telah menjadi saksi sejarah panjang. Blang Meuhalak , tanahnya diwariskan dari leluhur, dijaga dengan kebanggaan. Namun kini, bayangan modernisasi merayapi batasnya—**investor asing membidik tanah ini, menggoda penduduk dengan tawaran menggiurkan untuk membangun resort mewah berlatar gunung yang menjulang.**

Di tengah pusaran perubahan, **Sigam** kembali dari **Denmak**. Ia tidak lagi melihat tanah ini sebagai warisan tak ternilai—melainkan sebagai peluang ekonomi. Dalam genggamannya ada **proposal kerja sama dari para investor**, dan hatinya penuh dengan ambisi.

*"Abu, mereka menawar dua kali lipat harga pasaran,"* ucapnya, meletakkan map di meja kayu rumah mereka.

Abu menatap map itu lama, lalu menutupnya pelan. *"Tanah ini milik Indatu kita, Gam. Dari tanah ini kita hidup—kita cukup, kita bahagia. Kau ingin menjual semua itu demi uang?"*

Sigam menarik napas, mencoba menahan gejolak hatinya. *"Ini bukan soal menghina warisan, Abu. Ini soal masa depan. Lihat negeri-negeri lain, anak muda berhasil karena investasi. Kita terlalu lama terperangkap masa lalu!"*

**Abu berdiri, suaranya meninggi, penuh ketegasan yang terpatri dari darah leluhur.**

*"Kau pikir Abu tak ingin sukses? Tapi bukan dengan menjual warisan! Indatu kita menanam kelapa dan segala hasil bumi di sana bukan untuk diganti dengan beton dan kolam renang!"*

*"Abu jangan hanya keras kepala! Dunia sudah berubah!"* Sigam membalas, nadanya tajam, penuh tekanan.

Hening menguasai ruangan. Di luar, **angin berbisik lirih, seperti menenangkan api yang membakar hati mereka**.

Dengan mata yang mulai basah, Abu berpaling. *"Kalau kau ingin menjualnya, lakukan tanpa restu kami. Ingat, harta bisa kau dapatkan kembali... tapi tanah ini, jika sudah pergi, tak akan pernah kembali padamu."*

Sigam terdiam. Matanya mengarah keluar jendela—**sawah luas yang dulu menjadi tempatnya bermain layangan bersama adiknya, tempat ibunya mengajarinya menanam kelapa dengan harapan masa depan**.

Malam menjelang. Di bawah sinar bulan yang redup, Sigam berjalan menyusuri sawah. **Gemerisik daun membisikkan kenangan masa kecilnya—suara tawa, kecupan lembut ibu di dahinya, aroma tanah yang dahulu ia pijak tanpa ragu**.

Di tengah kesunyian, ia ingat ajaran yang sering didengar dari para ulama—bahwa **tanah bukan sekadar tempat berpijak, tetapi amanah Allah yang harus dijaga**.

*"Dari tanah Kami menciptakan kamu, dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu, dan darinya Kami akan mengeluarkan kamu sekali lagi."* (QS. Thaha: 55)

**Dan air yang mengalir dari sungai kecil di pinggir ladang adalah sumber kehidupan**, seperti yang diajarkan Rasulullah, bahwa air bukan untuk dibuang sia-sia. *"Dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup."* (QS. Al-Anbiya: 30)

Angin yang berdesir membawakan firman yang tertanam di jiwanya, mengingatkannya pada keseimbangan yang Allah titipkan kepada manusia. Flora dan fauna yang hidup di sekitar ladang juga bagian dari ekosistem yang telah ada sejak lama—dijaga oleh tangan-tangan Indatu yang percaya bahwa setiap makhluk memiliki tempat dan haknya.

Sigam memejamkan mata. Untuk pertama kalinya sejak ia kembali, ia bertanya pada dirinya sendiri:

*"Apakah kemajuan harus mengorbankan keseimbangan? Apakah sukses harus menghilangkan akar?"*

Dan di pagi yang baru, saat matahari menghangatkan ladang, Sigam berjalan pulang. **Kini, ia tahu bahwa tanah ini lebih dari sekadar warisan—ia adalah amanah, kehidupan, dan sejarah yang harus terus hidup.**

---

Ambisi yang Membutakan: Mengejar Kekuasaan, Melupakan Nilai-NilaiSetelah hiruk-pikuk pemilihan legislatif (pileg) berlan...
02/12/2024

Ambisi yang Membutakan: Mengejar Kekuasaan, Melupakan Nilai-Nilai

Setelah hiruk-pikuk pemilihan legislatif (pileg) berlanjut ke pemilihan kepala daerah (pilkada), kita sering melihat fenomena di mana seseorang menghabiskan banyak harta demi satu kursi kekuasaan dan pun berhasil mendapatkannya.

Tapi nafsu kurang memuaskan. Ironisnya, keputusan yang diharapkan tidak selalu tercapai, dan mereka kembali mengeluarkan lebih banyak lagi di pilkada. Ketika kalah, mereka cenderung menyalahkan pihak lain dan menggugat hingga ke pengadilan.

Fenomena ini mengingatkan kita pada pepatah: “Kadang orang mengejar yang jauh tanpa menyadari bahwa dia telah meninggalkan yang dekat. Terombang-ambing dalam harapan yang tinggi, setelah menoleh, dia paham bahwa yang dekat pada akhirnya menjadi jauh.”
Dalam konteks ini, orang sering kali terjebak dalam ambisi besar dan melupakan hal-hal penting yang ada di sekitar mereka. Mereka terombang-ambing dalam harapan yang tinggi, hanya untuk menyadari bahwa apa yang mereka kejar telah menjauhkan mereka dari realitas dan nilai-nilai yang sebenarnya penting.

**Politik Serangan Fajar****Di pagi buta, amplop tersebar,  Janji manis, uang beredar.  Visi dan misi tak lagi berarti, ...
26/11/2024

**Politik Serangan Fajar**

**Di pagi buta, amplop tersebar,
Janji manis, uang beredar.
Visi dan misi tak lagi berarti,
Ketika serangan fajar jadi strategi.**

Bait ini menggambarkan praktik serangan fajar, di mana kandidat politik menggunakan uang untuk mempengaruhi pemilih di pagi hari sebelum pemungutan suara. Ini menunjukkan bagaimana janji-janji dan visi misi kandidat menjadi tidak relevan ketika uang digunakan sebagai alat utama untuk mendapatkan dukungan.

**Kandidat yang gagal meyakinkan,
Mengandalkan uang, bukan kejujuran.
Mengorbankan nilai, merusak demokrasi,
Menghancurkan harapan, mencuri aspirasi.**

Bait ini menyoroti kegagalan kandidat dalam meyakinkan pemilih melalui cara yang jujur dan etis. Mereka lebih memilih menggunakan uang, yang merusak nilai-nilai demokrasi dan menghancurkan harapan serta aspirasi masyarakat.

**Islam mengajarkan kejujuran,
Politik uang adalah penghinaan.
Perbuatan tercela, melukai iman,
Mengkhianati rakyat, merusak tatanan.**

Bait ini mengingatkan bahwa dalam Islam, kejujuran adalah nilai yang sangat dijunjung tinggi. Praktik politik uang dianggap sebagai penghinaan terhadap nilai-nilai ini, melukai iman dan mengkhianati kepercayaan rakyat.

**Di medan politik, tak ada yang lembut,
Kata-kata tajam, menusuk tanpa ampun.
Janji-janji manis, seringkali palsu,
Menghancurkan harapan, tanpa ragu.**

Bait ini menggambarkan kerasnya dunia politik, di mana kata-kata bisa sangat tajam dan janji-janji seringkali tidak ditepati, menghancurkan harapan masyarakat.

**Pedang mungkin melukai tubuh,
Namun politik menusuk jiwa.
Intrik dan tipu daya,
Lebih kejam dari senjata.**

Bait ini membandingkan luka fisik yang disebabkan oleh pedang dengan luka emosional dan psikologis yang disebabkan oleh politik. Intrik dan tipu daya dalam politik dianggap lebih kejam daripada senjata fisik.

**Di balik senyum dan salam,
Ada niat tersembunyi, penuh kelam.
Kekuasaan diraih dengan cara curang,
Mengabaikan moral, menebar bimbang.**

Bait ini menunjukkan bahwa di balik penampilan ramah dan sopan, seringkali terdapat niat tersembunyi yang gelap. Kekuasaan diraih dengan cara yang tidak jujur, mengabaikan moral dan menimbulkan kebingungan.

**Namun harapan tak boleh pudar,
Pemimpin sejati haruslah benar.
Dengan visi misi yang jelas dan tegas,
Membangun negeri dengan ikhlas.**

Bait ini memberikan harapan bahwa meskipun politik bisa sangat kejam, masih ada harapan untuk pemimpin yang jujur dan benar. Pemimpin sejati harus memiliki visi dan misi yang jelas dan tegas, serta membangun negeri dengan ikhlas.

**Mari kita lawan serangan fajar,
Dengan kejujuran dan integritas yang besar.
Agar demokrasi tetap terjaga,
Dan keadilan selalu meraja.**

Bait ini mengajak masyarakat untuk melawan praktik serangan fajar dengan kejujuran dan integritas. Tujuannya adalah untuk menjaga demokrasi dan memastikan keadilan tetap terjaga.

**Di tengah kegelapan, masih ada harapan,
Pemimpin yang jujur dan bijak,
Membawa cahaya di tengah kelam.
Mari kita berdoa, agar politik menjadi jalan,
Untuk kebaikan dan keadilan, bukan sekadar permainan.**

Bait penutup ini menekankan bahwa meskipun ada banyak kegelapan dalam politik, masih ada harapan untuk pemimpin yang jujur dan bijak. Doa dan harapan agar politik menjadi jalan untuk kebaikan dan keadilan, bukan sekadar permainan kekuasaan.

---

Puisi ini secara keseluruhan mengkritik praktik politik uang dan menyoroti pentingnya integritas dan kejujuran dalam politik. Ini juga memberikan harapan bahwa dengan pemimpin yang benar, politik bisa menjadi alat untuk kebaikan dan keadilan.

21/11/2024

Pileh No 2

Manggat Nanggroe meutuah,
Rakyat nyang meugoeh,
Memilih No 2 pemimpin kuat,
Rakyat sejahtera, takkan melarat.

Di visi misi tersimpul makna,
Menjaga negeri, merawat tanah,
Agar tetap damai dan sejahtera,
Hidup rukun, jauh dari resah.

Tanggal 27 November tiba,
Datang ke KPS, jangan lupa,
Pilih No 2, pemimpin bijak,
Untuk Nanggroe yang lebih baik.

Dengan semangat dan harapan,
Kita pilih yang membawa perubahan,
No 2 pilihan kita,
Untuk masa depan yang cerah dan sejahtera.

Insyallah- Insyallah Insyallah

CERITA SEKITAR KITASelamat datang di halaman resmi CERITA SEKITAR KITA! Kami adalah komunitas yang berkomitmen untuk ber...
02/11/2024

CERITA SEKITAR KITA

Selamat datang di halaman resmi CERITA SEKITAR KITA! Kami adalah komunitas yang berkomitmen untuk berbagi kisah-kisah inspiratif dan positif dari sekitar kita.

Di sini, kami percaya bahwa setiap cerita memiliki kekuatan untuk menginspirasi dan mengubah hidup. Kami berusaha untuk:

Berani dalam menyuarakan kebenaran dan keindahan dalam setiap cerita.
Ulet dalam mencari dan menyampaikan kisah-kisah yang bermakna.
Amanah dalam menjaga kepercayaan dan integritas informasi yang kami bagikan.
Loyal kepada komunitas dan pembaca kami.
Aktif dalam berkontribusi untuk kebaikan bersama.
Nasionalis dalam mencintai dan mempromosikan budaya serta nilai-nilai lokal.
Bergabunglah dengan kami untuk menemukan dan berbagi cerita yang menginspirasi dari sekitar kita. Bersama, kita bisa menciptakan perubahan positif!

01/11/2024

"Jangan biarkan dirimu menjadi sepah yang terbuang, jaga hatimu dari kumbang yang hanya sementara.”

Di meja hidangan, ramai orang bers**a, Seorang anak kecil, air mata di pipinya. “Mengapa kau menangis?” tanya mereka, “M...
29/10/2024

Di meja hidangan, ramai orang bers**a, Seorang anak kecil, air mata di pipinya. “Mengapa kau menangis?” tanya mereka, “Makanannya panas,” jawabnya dengan lara.

“Biarkan dingin,” kata mereka dengan tenang, Namun anak itu berkata, “Sungguh Anda terlalu lamban.” Dalam tangisnya, ada pesan yang tersirat, Kesabaran dan perhatian, seringkali terlupakan.

**PERTANYAAN**Siapa yang menanyakan pertanyaan ini?Siapa yang akan menjawab pertanyaan itu?Dan tidak ada yang sepertinya...
20/09/2024

**PERTANYAAN**

Siapa yang menanyakan pertanyaan ini?
Siapa yang akan menjawab pertanyaan itu?
Dan tidak ada yang sepertinya resmi,
Mereka tidak bergerak seperti bekerja yang dikumandoi oleh mandor.

Keadaan terkadang tidak harus menjadi sapi perahan,
Kesengsaraan muncul di atas panggung sendiri,
Tidak ada pemain yang mengubah hasil berdiri,
Adegannya tidak lengkap,
Tempat tinggal telah menjadi pembatas,
Kebohongan ditaburkan dan dilindungi oleh kutukan,
Dengan sejarah dan budaya adalah bahasa bersatuan,
Dia tidak s**a meminta panggilan.

Pertanyaannya mudah,
Pertanyaannya benar,
Tanya desak Nya'k Rabumah.

Orang yang menjawab secara cepat dan egois tidak menghasilkan jawaban yang unggulan,
Dalam kegelapan bintang-bintang dapat melihat buntal dibandingkan lautan,
Ketika dia bersatu dengan kumpulan cahaya dia kuat, ditampilkan dengan senyuman dan semangat.

Dengan sebab apakah bangsa kita memudar dan hampir kabur?

Siapa yang menjatuhkan air mata bangsa ini?
Siapa yang menghapus barisan persatuan ini?
Siapa yang memotong sejarah ini?
Siapakah pionir dari keadaan ini?
Siapakah pahlawan pelindung siagam dan sidara ini?

Kecuali partai lokal buah hasil dari perdamaian itu , Partai Aceh disini kita bersatu.
Keadaan ini dan itu memiliki sejarah dan keunggulan.

15/08/2024

Lalat merah dalam sajak dan kisah ini digunakan sebagai simbol orang yang s**a mengadu domba. Seperti lalat merah yang terbang dari satu tempat ke tempat lain, menyebarkan kotoran dan penyakit, pengadu domba menyebarkan fitnah dan kebencian di antara orang-orang yang sebelumnya hidup damai.

Dalam hadis Nabi Muhammad SAW, disebutkan bahwa orang yang s**a mengadu domba adalah orang yang paling buruk perilakunya, karena mereka merusak hubungan cinta di antara manusia dan membuka aib yang tidak bersalah. Kisah ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga lidah dan tindakan kita agar tidak merusak hubungan antar sesama.

Pesan utama dari sajak dan kisah ini adalah untuk menjauhi perbuatan mengadu domba dan selalu berusaha menjaga perdamaian dan keharmonisan dalam masyarakat. Dengan demikian, kita dapat hidup dalam lingkungan yang penuh berkah dan cinta.

11/08/2024

Saya mendapatkan 5 pengikut, membuat 19 postingan dan menerima 78 tanggapan dalam 90 hari terakhir! Terima kasih atas dukungan berkelanjutan Anda. Saya tidak mungkin berhasil tanpa Anda. 🙏🤗🎉

Address

Lhokseumawe

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Cerita Sekitar Kita posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Cerita Sekitar Kita:

Share