02/02/2023
Bidadari Tak Bersayap
Bu, kulihat tubuhmu sudah mulai renta termakan usia. Kulit lembut yang dulu sehalus sutra saat menggenggam tanganku, kini terasa kasar dan keriput. Wajahmu yang dulu terus berseri tanpa henti, kini semakin redup dipenuhi beban hidup.
Bu, usiamu semakin hari semakin menua, dan aku sudah semakin dewasa. Kau pasti sangat Lelah dengan hidupmu yang terbebani olehku. Maaf, ya, Bu. Anak perempuanmu ini belumlah sebaik dan sekuat dirimu. Hanya karena masalah kecil saja, aku cengeng dibuatnya. Lemah!
Bu, ajari aku untuk tidak menyerah sepertimu. Saat aku yang dulu tidak mau makan dan pura-pura tertidur, kau masih tetap membujukku hingga aku luluh dan melahap suapan dari tanganmu. Itu sudah menjadi ahli di bidangmu. Kau hebat, Bu. Selalu sabar menghadapi sikapku.
Bu, doa yang tak pernah berhenti kau panjatkan padaNya, tentang bahagia dan kesuksesanku yang selalu kau harapkan. Aku malu padamu, Bu. Hingga detik ini belum ada peluang untuk melukis senyum bahagia itu di wajahmu. Namun, dengan restu yang kau beri dalam setiap langkahku akan menjadi pengingat diri, bahwa ada bidadari tak bersayap yang harus aku bahagiakan.
Bu, katanya membicarakan soal cinta tak akan pernah ada akhirnya. Mungkin itu benar, namun menceritakan tentang dirimu bahkan akan lebih jauh dari jarak bumi menuju langit ke tujuh. Sama halnya seperti sebuah lingkaran; cinta, kasih dan sayangmu tak akan pernah ada ujungnya.
Berjuta terima kasih untukmu, Bu.
Dari anakmu,
🍁S2H.M🍁