19/04/2020
Wasiat Renungan Masa merupakan bukti cinta Maulana Syaikh kepada kita semua, cinta seorang ulama' kharismatik yang disegani karena keilmuannya. Keilmuan beliau tidak saja dikagumi oleh teman-teman sekelas beliau, akan tetapi guru-guru beliau juga sangat mengagumi kejeniusan Al-Maghfurulah Maulana Syaikh TGKH. Muh. Zainuddin abdul Madjid. Maulana Syaikh Hasan Muhammad Al-Masysyat, guru besar beliau sangat menyayangi dan mengagumi beliau. Beliau pernah mengatakan :
مَادَعَوْتُ اِلاَّ وَاَشْرَكْتُ زَيْنَ الدِّيْنِ مَعِى
" Aku tidak akan berdo'a kecuali kalau Zainuddin sudah terlihat jelas di depanku dan bersamaku "
Disamping itu, pernyataan eksplisit lainnya yang menggambarkan hubungan yang sngat dekat antara keduanya adalah :
اَنَا اُحِبُّ مَنْ يُحِبُّكَ وَلاَ اُحِبُّ مَنْ لاَ يُحِبُّكَ
" Aku mencintai setiap orang yang mencintaimu, dan ( begitu p**a sebaliknya) aku tidak mencintai orang yang tidak mencintaimu "
Mawlānāsysyāikh Tuan Guru Kyai Hajjī Muhammād Zainuddīn Abdul Madjīd (lahir di Bermi, Pancor, Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, 5 Agustus 1898 – meninggal di Pancor, Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, 21 Oktober 1997 pada umur 99 tahun) adalah seorang ulama karismatis dari Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat dan merupakan pendiri Nahdlatul Wathan, organisasi massa Islām terbesar di provinsi tersebut. Di p**au Lombok, Tuan Guru merupakan gelar bagi para pemimpin agama yang bertugas untuk membina, membimbing dan mengayomi umat Islām dalam hal-hal keagamaan dan sosial kemasyarakatan, yang di Jawa identik dengan Kyai.
Al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid selaku ulama' pewaris para Nabi, di samping menyampaikn dakwah bi al-hal wa bi al-lisan, juga tergolong penulis dan pengarang yang produktif. Bakat dan kemampuan beliau sebagai pengarang ini tumbuh dan berkembang sejak beliau masih belajar di Madrasah Shaulatiyah Mekah. Namun karena banyaknya dan padatnya kegiatan keagamaan dan keasyarakatan yang harus diisi maka peluang dan kesempatan untuk memperbanyak tulisan tampaknya sangat terbatas. Kendatipun demikian di tengah-tengah keterbatasan waktu itu, beliau masih sempat mengarang beberapa kitab, kump**an doa, dan lagu-lagu perjuangan dalam bahasa Arab, Indonesia dan Sasak