05/07/2021
*Jenis-jenis Syahwat*
Sebelum mengetahui jenis-jenis syahwat, alangkah lebih baiknya kita mengetahui terlebih dahulu pengertian syahwat itu sendiri.
Syahwat bisa dipahami sebagai dorongan untuk mengerjakan apa pun yang digemari. Apa saja yang dirasa cocok, langsung ingin dimiliki dan dikuasai.
Ibnu Qayyim memberikan nasihat agar kita tidak sepenuhnya benci kepada syahwat kita, melainkan kita harus mengontrolnya. Bukan kita yang dikontrol oleh syahwat itu.
Agar lebih mudah memahami syahwat Ibnu Qayyim pun membagi syahwat menjadi empat jenis ini:
Pertama, syahwat atas kekuasaan yakni tabiat untuk menguasai sesuatu. Jika tidak ada lagi pengendalian, maka manusia pasti ingin menguasai apa pun yang dis**ainya. Sehingga ia pun sibuk mengumpulkan dan menjaga siang malam atas apa-apa yang dikuasainya. Meskipun ia sadar bahwa apa yang dikuasainya itu tidak akan kekal bersamanya. Padahal hakikatnya bukan ia yang menguasai semua itu, melainkan sesuatu itulah yang justru menguasai hati, pikiran, dan kehidupannya.
Kedua, syahwat yang menjerumuskan kita ke dalam perilaku setan, yakni berbagai kegemaran dan juga kecintaan yang membuat kita membangkang dari perintah Allah swt. Sekaligus watak setan yang s**a mengajak kepada kemaksiatan.
Ketiga, syahwat ini seperti binatang buas dan liar (tak terkendali). Cirinya tidak peduli dengan norma sosial atau pun kearifan lokal. Asalkan syahwatnya bisa terturuti pasti segala cara akan ditempuhnya. Meskipun akan menimbulkan banyak orang lain yang dirugikan atau menjadi korban.
Keempat, syahwat yang mendorong seseorang untuk berperilaku seperti hewan ternak, yakni apa yang ada di pikirannya hanya urusan perut dan memuaskan nafsu secara berlebihan. Bahkan untuk makan saja harus berebut dengan orang lain dan tak malu untuk mencuri asalkan apa yang diinginkan tercapai. Untuk urusan kemaluannya pun sampai bertarung dan mengorbankan nyawa.
Semua potensi itu ada dalam diri kita. Hanya pikiran yang jernih, hati yang sehat, serta iman yang kuat yang bisa mengontrolnya. Bila bersyahwat dengan lawan jenis menikahlah, bila belum mampu berpuasalah. Jika bersyahwat dengan harta, maka bersedekahlah dan juga membayar zakat. Apabila bersyahwat dengan dunia, maka ingatlah akan datangnya kematian itu. Sebab, kematian itu adalah nasihat terbaik untuk direnungkan.
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku, Maha Pengampunan lagi Maha Penyayang.” —QS. Yusuf [12] : 53
Barakallah~