08/08/2025
Ada-ada saja kelakuan netizen +62, khususnya warga ber-KTP (Kreativitas Tanpa Batas) Sulawesi Utara. Jika biasanya lini masa media sosial dipenuhi keluhan klasik soal air macet, kini muncul sorotan baru yang lebih filosofis sekaligus menggelitik: warna kantor PDAM Wanua Wenang Manado.
Di tengah kumpulan komplain masyarakat terhadap layanan air bersih yang sering "malas mengalir", fokus kritik kini melebar ke ranah estetika. Tak sedikit netizen yang menilai kantor pusat PDAM Manado lebih mirip "Kantor Cabang Betadine" ketimbang sebuah institusi yang mengelola sumber kehidupan berwarna biru jernih.
Perdebatan ini bermula dari unggahan beberapa warga di grup Facebook lokal. Seorang netizen dengan nada heran menulis, "Kita pe heran, ini kantor air atau kantor P3K? Soalnya warnanya merah menyala begitu. Biasanya kan kalau biru itu sejuk, segar, macam visual air di pegunungan. Ini merah, macam liat luka baru dikasih Betadine."
Sontak, unggahan ini disambut gelak tawa dan anggukan persetujuan dari netizen lain. Komentar-komentar jenaka pun membanjiri kolom balasan.
"Oh, ini mungkin filosofi tersembunyi. Merah itu kan tanda 'stop' atau 'berhenti'. Mungkin itu alasan air di rumah kami sering berhenti mengalir," tulis seorang pengguna dengan emoji tertawa.
Lainnya menimpali dengan analisis yang tak kalah tajam, "Pimpinan PDAM ini selera seninya mungkin mau tampil beda, anti-mainstream. Tapi maaf, B**g, untuk urusan air, kami lebih s**a yang mainstream: biru, jernih, dan lancar. Bukan merah membara penuh semangat, sementara di rumah keran cuma keluar angin penuh amarah."
Kritik "logis" dari para netizen ini seolah menguak sebuah ironi. Di saat perusahaan air di berbagai daerah berlomba-lomba menggunakan warna biru atau hijau untuk membangun citra kesegaran dan kelestarian lingkungan, PDAM Manado justru memilih palet warna yang oleh netizen diasosiasikan dengan obat luka.
"Logis juga kan? Mungkin karena kantornya merah, auranya sampai ke pipa-pipa. Makanya air yang keluar kadang ikut-ikutan merah keruh. Persis itu Betadine dilarutkan dalam air," celetuk seorang netizen, mencoba menghubungkan estetika kantor dengan kualitas produk.
Analisis "dangkal" terhadap filosofi pimpinan ini pun menjadi bulan-bulanan. Netizen menilai, ketimbang sibuk dengan "filosofi merah merona" yang terkesan gagah tapi tak relevan, manajemen seharusnya lebih fokus pada "filosofi air mengalir sampai jauh".
Pada akhirnya, di tengah segala kelucuan ini, tersimpan sebuah pesan mendalam. Kritik terhadap warna kantor yang nyeleneh ini hanyalah puncak dari gunung es kekecewaan publik. Ini adalah cara warga menyuarakan frustrasi mereka dengan humor, ketika keluhan serius terasa tak kunjung mendapat solusi yang memuaskan.
Warga Manado mungkin tak akan peduli kantor PDAM berwarna pelangi sekalipun, asalkan air di keran mereka jernih dan mengalir lancar setiap hari. Sebuah filosofi pelayanan yang sejatinya jauh lebih menyejukkan dari warna merah manapun.