
24/07/2025
Saya ingat dulu, beberapa dosen menyampaikan soal pengaruh nilai dan IPK bagi mahasiswa dalam dunia nyata dan dunia kerja.
Sebagian dosen di kampus saya dulu, tergolong sangat 'hati-hati' dalam memberikan nilai yang tiap semester akan berpengaruh pada IPK. Kalau dilihat hanya dari bahasa umum, pasti ternampak 'pelit nilai'.
Alasannya?
Saya ingat sekali yang disampaikan beliau-beliau di beberapa kesempatan.
"Nilai A itu kalau kalian paham, beban. Efeknya jangka panjang, buat diri kalian sendiri dan ke penilaian perusahaan-perusahaan atau berbagai pihak berkepentingan terhadap lulusan suatu kampus sampai lulusan-lulusan selanjutnya.
Misal nilai Anda rata-rata A, tapi ternyata di dunia kerja, kualitas Anda biasa saja, orang akan menilai dan melihat kampusnya dan lulusan selanjutnya. 'Ah, lulusan perguruan tinggi itu, yang nilainya rata-rata A dan cumlaude gini saja, kemampuannya cuma segini, gimana yang rata-rata nilai hanya B apalagi C'.
Beda hal kalau sebaliknya, kualifikasi Anda sangat baik, tapi dalam standar kampus diberi nilai B bahkan C. Standar kita, B itu sudah baik sekali, C itu sudah baik. Kalau A ya berarti benar-benar sempurna. Penilaiannya justru menguntungkan, 'Wah, lulusan kampus mana nih? Yang nilainya rata-rata C seperti ini saja kualitas lulusannya oke gini, apalagi yang rata-rata nilainya B atau A bahkan cumlaude coba.'
Paham ya? Jadi jangan melihat sesuatu dari segi 'bagus' sementara aja. Ramai sekali yang dinyatakan cumlaude dengan bertabur nilai A seakan buat jaminan menyatakan Anda Anda pintar. Yang penting nilai tinggi, IPK tinggi. Bukan begitu konsepnya. Nilai dan IPK itu mengiringi tanggungjawab di belakangnya."
Apa yang disampaikan beberapa dosen itu, bagi saya sungguh membuka wawasan dan menanamkan pemahaman luar biasa.
Terlihat luar biasa tapi ternyata biasa saja atau terlihat biasa saja ternyata lebih luar biasa, ini jelas hal yang berbeda.
Di lapangan setelah lulus ternyata benar apa yang disampaikan tersebut. Begitu p**a dalam pemahaman lebih luas. Bukan hanya soal nilai bahkan tentang gelar, jabatan, dan seterusnya. Apalagi di zaman ijazah bisa dibeli yang makin marak terjadi.
Postingan ini bukan ditujukan untuk menilai kurang apalagi meremehkan yang mendapat rata-rata nilai A maupun cumlaude. Sebab, kenyataannya ada juga yang memang sesuai dan dapat mempertanggungjawabkan prestasinya.
Tapi ini hal yang patut p**a direnungi, inflasi IPK yang kini terjadi.
Sumber: Lebah Ratih