Sky Wing

Sky Wing hii

Yang udah like, boleh donk minta bantuan nya untuk mengundang teman kalian supaya mereka juga bisa melihat halaman ini yuk Undang teman Facebook dan teman yang ada di kontak WhatsApp, makasih:)

"Mas Rayendra, ini yang waktu itu, ya?" Bu Lastri, sahabat dekat Larasati yang juga berjualan nasi uduk tak jauh dari sa...
20/08/2025

"Mas Rayendra, ini yang waktu itu, ya?" Bu Lastri, sahabat dekat Larasati yang juga berjualan nasi uduk tak jauh dari sana, berbisik sambil melirik ke arah Rayendra yang sedang duduk di bangku lapak Larasati.

Larasati cuma mengangguk pelan. "lya, Bu Lastri." Hatinya masih belum tenang sejak kejadian kemarin dengan Alexa. Dan hari ini, Rayendra datang lagi. Entah sudah berapa kali ini.

"Kok sering banget, ya? Jangan-jangan beneran ada apa-apa, nih. Kamu hati-hati, Laras. Orang kayak dia, beda jauh sama kita," Bu Lastri mengingatkan, nada suaranya khaw atir.

"Dia baik, kok, Bu," bela Larasati, meskipun di dalam hatinya sendiri, keraguan yang sama sedang bergejolak. la melihat Rayendra melayani panggilan telepon di ponsel canggihnya, suaranya terdengar serius, membahas angka-angka dan proyek besar. Dunia yang begitu asi ng baginya.

Rayendra menutup teleponnya, menghela napas panjang, lalu menatap Larasati. "Maaf, Larasati. Pekerjaan." Dia tersenyum, mencoba meredakan ketegangan. "Kamu... dari tadi sibuk banget. Nggak capek?"

Larasati menggeleng. "Sudah biasa, Mas. Beginilah saya setiap hari." la menuangkan segelas beras kencur untuk Rayendra. "Mas Rayendra juga kelihatannya sibuk sekali. Pekerjaannya apa, Mas? Kalau boleh tahu." la mencoba bertanya, penasaran, ingin sedikit saja mengintip ke dunia Rayendra.

Rayendra tersenyum tipis. "Oh, cuma... ya, mengurus perusahaan. Lumayan sibuk." la menghindari kontak mata Larasati, tidak ingin secara langsung menyebutkan kalau ia adalah seorang CEO. Dia ingin Larasati mengenalnya sebagai 'Rayendra' yang biasa, bukan 'Rayendra Mahardika'. "Kalau kamu, Larasati? Ini jamu resep dari ibu, kan? Pasti banyak ceritanya." Rayendra sengaja mengalihkan pembicaraan, memilih topik yang ia tahu akan membuat Larasati nyaman dan bersemangat.

Larasati langsung berbinar. "Oh, iya! Banyak sekali, Mas. Ibu saya itu ja go banget meracik jamu. Dia bilang, setiap tanaman itu punya rahasianya sendiri. Kayak jahe, kalau lagi dingin, paling pas. Kalau kunyit, buat perut yang nggak enak. Beliau selalu bilang, jamu itu bukan cuma soal obat, tapi soal merawat tubuh dan juga jiwa." la bercerita dengan antusias, melupakan sejenak keraguan dan bisikan di sekelilingnya. "Dulu, Ibu pernah bikin jamu khusus buat Bapak yang sering pegal-pegal karena kerja keras. Manjur banget, Iho, Mas!"

Rayendra mendengarkan dengan saksama. Senyum tulus di wajah Larasati saat bercerita tentang ibunya dan jamu itu begitu menawan. Ada semangat dan kejujuran yang langka. Ini adalah Larasati yang ia s**a, yang tidak terbebani oleh standar dunia. "Jadi, kamu belajar semua ini dari ibumu?"

"Iya, Mas. Dari kecil saya sudah diajak ke pasar, kenalan sama berbagai rempah. Beliau selalu mengajarkan pentingnya kesabaran dan ketulusan dalam meracik jamu. Katanya, kalau hati kita tulus, jamunya juga akan manjur." Larasati menatap gentong-gentong jamunya, seolah mengenang masa lalu. "Saya selalu berharap bisa melestarikan resep-resep ini, Mas. Biar orang-orang juga tahu kalau yang alami itu lebih baik."

Rayendra mengangguk, terkesan, la teringat dirinya sendiri yang selalu terburu-buru, mengejar tren, mencari yang instan. la mengamati lapak jamu Larasati yang sederhana. Tidak ada label merek terkenal, tidak ada kemasan mewah, hanya botol-botol kaca dan gentong tanah liat. Tapi di sanalah letak keajaiban dan keotentikannya.

"Menurutmu, Larasati, kalau jamu ini... dikemas lebih modern, bisa bersaing di pasaran yang lebih besar nggak?" Rayendra tiba-tiba bertanya, otaknya sudah mulai berputar ke arah bisnis. la melihat potensi besar di sana.

Larasati terdiam, matanya mengerjap. Wajahnya menunjukkan keraguan. "Wah, saya nggak tahu, Mas. Jamu saya kan cuma begini saja. Nanti malah jadi an eh, kalau terlalu modern." la menatap Rayendra, matanya penuh kecemasan. "Lagipula... siapa yang mau jamu dari saya? Saya kan cuma penjual jamu di gang sempit ini. Mana mungkin bersaing dengan produk-produk mewah kayak yang Mas Rayendra punya?" Perkataan Alexa kemarin, tentang betapa berbedanya mereka, kembali menus uknya. Dunia Rayendra terlalu jauh, terlalu tinggi. Bagaimana mungkin ia, dengan tubuh besarnya dan lapak sederhananya, bisa masuk ke sana?

Rayendra bisa merasakan keraguan Larasati. Ada lu ka di balik senyum dan suaranya yang ramah. "Larasati... jangan begitu. Kamu punya sesuatu yang unik, sesuatu yang tulus, Itu lebih berharga dari sekadar kemasan mewah. Lagipula, kamu nggak tahu betapa banyak orang yang sebenarnya capek dengan produk-produk instan yang artifisial." la ingin meyakinkan Larasati, ingin menghapus rasa min dernya. "Kalau aku... kalau aku bisa bantu, aku ingin jamu ini dikenal lebih luas."

Larasati terkejut mendengar tawaran Rayendra. Membantu? Rayendra Mahardika ingin membantunya? Itu terasa seperti mimpi, atau lebih tepatnya, jeba kan. la menggeleng pelan. "Tidak usah, Mas. Saya tidak mau merepotkan Mas Rayendra. Dunia kita beda sekali. Saya ta k*t... taku tnya malah bikin Mas Rayendra susah." Suara Larasati memelan, tatapannya kos ong, menatap jauh ke gedung-gedung tinggi di cakrawala, tempat dunia Rayendra berada. "Saya... saya nggak pantes, Mas."

Rayendra menatap Larasati, merasakan tembok yang dibangun wanita itu di sekeliling hatinya. Dia tahu ini bukan hanya tentang bisnis jamu. Ini tentang penerimaan diri Larasati, tentang keta k*tannya akan dunia yang selalu menilainya dari penampilan. Tapi ia tidak akan menyerah. la akan membuktikan bahwa ia tulus, dan bahwa dunia Larasati, yang sederhana dan jujur, adalah tempat yang ia cari.

"Larasati, dengarkan aku," Rayendra berkata, suaranya lebih serius, lebih tegas. "Kamu pantas. Setiap orang pantas untuk bahagia, pantas untuk berkembang. Dan kalau aku bilang aku mau bantu, itu karena aku melihat potensinya. Bukan karena kasi han. Jadi... izinkan aku membuktikannya. Bagaimana?"

Larasati menatap mata Rayendra, mencari kebo hongan, mencari kera guan. Tapi yang ia temukan hanyalah ketulusan yang dalam. Hatinya berde sir, merasakan sesuatu yang an eh. Bisakah ia mempercayai pria ini? Mampukah ia melangkah keluar dari zona nyamannya, dari dunianya yang aman, ke dunia yang begitu berbeda dan men ak*tkan? Sebuah pilihan sulit ada di depannya.

Bersambung
Lengkap bab di kbmapl
Judul : Racikan Jamu Cinta Si Gen dut
Penulis : ceritakeluarga

Astaghfirullah...Semoga tenang ya dek 😭pantas hukum mat! Seumur hidup terkuak Ternyata Ibu Korban Juga Terlibat, Ngaku A...
14/08/2025

Astaghfirullah...
Semoga tenang ya dek 😭pantas hukum mat! Seumur hidup terkuak Ternyata Ibu Korban Juga Terlibat, Ngaku Anaknya Meninggal Karena Jatuh dibelakang Rumah Tau nya di Siks4 di Hutan Cilacap,wanareja Cikukun Oleh Pacar Gelapnya😭😭😭

Ibu Juga Jadi Tersangka
Usai dilakukan pendalaman ibu korban berinisial RI (23) juga ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi. Guntar menyebut RI mengetahui korban pergi untuk dianiaya oleh pelaku.

"RI selaku ibu korban juga kita tetapkan sebagai tersangka atas perannya turut serta dengan memberikan kesempatan pelaku utama melakukan penganiayaan hingga menyebabkan kematian," ungkapnya.
Dari hasil penyelidikan korban tewas akibat dianiaya secara sadis oleh pelaku saat dibawa pergi. Di atas bukit kebun karet korban beberapa kali dipukul, dilempar, dan dicekik hingga tewas.
"Di bukit itu korban dianiaya, dipukul, dilempar dari bukit tingginya sekitar 2 meter. Lalu dicekik di atas sampai meninggal dunia. Setelah itu pelaku menghubungi ibu korban untuk minta dijemput dan membawa korban bersama-sama ke rumah sakit kemudian dinyatakan meninggal dunia," papar dia.
Hingga saat ini polisi masih melakukan penyelidikan untuk menentukan keterlibatan ibu kandung korban. Namun Guntar menyatakan ibu korban mengetahui anaknya akan dianiaya oleh pelaku.

"Hubungan pelaku dengan ibu korban ini adalah kekasih gelap dari ibu korban," jelas dia.

Atas kejadian ini polisi menjerat pelaku dengan pasal 76 juncto 80 ayat 3 kekerasan mengakibatkan kematian terhadap anak. Ancaman hukumannya 15 tahun kurungan penjara.

Sc:detikjateng

Mengecewakan
19/07/2025

Mengecewakan

Huft bisa tidur nyenyak😌
26/12/2024

Huft bisa tidur nyenyak😌

Siang maaf baru up 😁
21/12/2024

Siang maaf baru up 😁

04/12/2024

Halo besty selamat malam

Hina lagi,
25/11/2024

Hina lagi,

25/11/2024

MAHASISWI DI PERKAOSA OLEH PEMILIK KOS

Address

Mataram

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Sky Wing posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share