25/11/2025
"Dia bukan minta mainan atau jajan. Dia cuma ingin adiknya bisa makan hari ini." Itulah bisikan pilu dari kisah seorang anak bernama Alva.
Di usianya yang baru sembilan tahun, Alva telah dipaksa dewasa oleh keadaan. Ayahnya pergi tanpa kabar, meninggalkan ibunya yang kebingungan merawat sang adik bayi yang sedang sakit. Di tengah kekosongan itu, berdirilah Alva, mengambil peran sebagai kakak, sekaligus tulang punggung keluarga.
Setiap pagi, ia memulai perjalanannya. Bukan ke sekolah atau tempat bermain, melainkan ke jalanan sejauh 22 kilometer untuk mencari sampah plastik. Kakinya penuh luka dan bengkak, namun langkahnya tak boleh berhenti. Satu karung penuh sampah hanya dihargai Rp 7.000. Uang itu harus cukup untuk hari itu.
“Aku harus beli susu buat adik… Kalau nggak dapat sampah, adikku nggak makan…”
Sambil menahan tangis, Alva hanya memikirkan satu hal. Sering kali, ia harus pulang dengan tangan kosong, bukan karena malas, tapi karena kakinya sudah terlalu sakit untuk melangkah. Rasa sakit fisik itu dikalahkan oleh kekhawatiran di hatinya: "Adikku lapar nggak ya? Aku harus dapat uang besok…”
Di usia yang seharusnya penuh tawa dan buku pelajaran, Alva justru memikul beban seberat dunia. Ia adalah anak kuat yang menyembunyikan lelahnya di balik senyum tipis. Semoga takdir segera meringankan langkah kaki kecil ini. Semoga semua pengorbanan dan kelelahan Alva dibalas dengan kebahagiaan yang pantas ia dapatkan.
💔 Doa terbaik untukmu, Alva. Kamu adalah pahlawan sejati.