18/07/2025
BAGAIMANA TANPA MEDIA ELEKTRONIK & SOSMED : KARYA MUSIK BISA MENDUNIA SERTA PUNYA NILAI EKONOMI TINGGI ?.
Oleh : PT. Tora Swarna Diva
Penting untuk dipahami, khususnya di tengah era digital saat ini di mana distribusi musik berlangsung instan dan massal, namun tak selalu diiringi kualitas dan nilai artistik.
Komposer instant, musisi coba - coba. Seniman dan produser musik dadakan muncul didorong oleh spekulasi & trial error serta trend media digital & telekomunikasi. Sosmed menjadi pemicu 'delusif' kesuksesan. Akibat like, viewers dan share yang membius. Mimpi sukses dibangun dari Youtube, IG, Tiktok Spotify dan DSP lainnya. Faktanya, hanya 1% penduduk dunia yang bisa kaya dari booming IT. Hanya 3% yang bisa membeli kebutuhan pokok. Sisa 96% hanya menjadi sampah digital tanpa feedback ekonomi signifikan.
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita akan menelusuri sejarah industri musik klasik sebelum era media elektronik — kira-kira dari abad ke-17 hingga awal abad ke-20 — berdasarkan referensi ilmiah dan studi sejarah musik, termasuk dari sumber-sumber seperti:
Oxford History of Western Music oleh Richard Taruskin,
Music in the Western World: A History in Documents oleh Piero Weiss dan Richard Taruskin,
The Cambridge History of Music series,
dan jurnal musikologi seperti Journal of the American Musicological Society (JAMS).
I. Karya Musik Agung Tanpa Media Elektronik: Bagaimana Bisa Dikenal Dunia?
1. Peran Patronase dan Istana Kerajaan
Di era klasik (Baroque – Romantik), komposer besar seperti Bach, Haydn, Mozart, Beethoven, hingga Brahms umumnya bekerja dalam sistem patronase. Mereka dikontrak oleh raja, bangsawan, atau gereja. Patron ini yang membiayai komposisi musik dan pertunjukan.
Contoh:
J.S. Bach bekerja untuk Pangeran Leopold di Köthen dan juga Gereja Lutheran di Leipzig.
Joseph Haydn menjadi Kapellmeister untuk keluarga Esterházy di Hungaria.
Musik mereka dimainkan di istana, gereja, dan ruang konser kecil — dan sering kali disalin ulang secara manual oleh pemusik lain. Dari sinilah reputasi mereka menyebar.
2. Penyebaran Lewat Manuskrip dan Cetakan Musik
Pada abad ke-18 dan 19, percetakan musik berkembang pesat. Perusahaan seperti Breitkopf & Härtel (Leipzig) atau Artaria (Vienna) mulai menerbitkan karya-karya komposer.
Karya-karya yang diterbitkan ini:
Dikirim ke pusat-pusat musik utama di Eropa (London, Paris, Wina, Berlin).
Dipelajari dan dimainkan oleh musisi profesional dan amatir.
Menjadi bahan pengajaran di konservatori dan akademi musik.
Bahkan tanpa internet, jaringan musisi, murid, guru, dan penyalin musik sangat aktif.
3. Mekanisme Reputasi dari Mulut ke Mulut Profesional
Ketika Beethoven, misalnya, menulis simfoni, musisi dari negara lain akan datang ke Wina untuk melihat pertunjukannya. Mereka kemudian membawa partitur itu kembali ke negara asal dan memainkannya di sana. Begitulah reputasi karya menyebar ke seluruh Eropa bahkan hingga Amerika dan Rusia.
II. Proses Penerbitan, Publikasi, dan Pertunjukan
1. Komisi dan Premier
Karya musik biasanya:
Dipesan secara eksklusif untuk acara tertentu (pernikahan bangsawan, misa gereja, perayaan nasional).
Setelah ditulis, diperdanakan (premiere) oleh orkestra lokal atau di istana.
Kadang, komposer sendiri yang memimpin (conduct) pertunjukannya.
2. Penerbitan Cetak
Jika karya diterima baik:
Komposer akan menawarkan kepada penerbit musik untuk dicetak.
Penerbit mencetak dan menjual salinan partitur ke orkestra, sekolah, dan kolektor.
3. Tur dan Pertunjukan Ulang
Komposer atau murid-muridnya sering melakukan tur dari kota ke kota, membawa serta karyanya untuk dipertunjukkan. Contohnya:
Franz Liszt adalah tokoh penting dalam menyebarkan karya-karya melalui konser piano keliling Eropa.
III. Model Ekonomi: Bagaimana Mereka Mendapatkan Keuntungan?
1. Sumber Penghasilan Utama:
Patronase: Gaji tetap dari bangsawan atau gereja.
Komisi: Dibayar untuk menulis karya musik tertentu.
Penjualan partitur: Mendapat royalti dari penerbit.
Konser dan resital pribadi: Komposer mendapat honorarium langsung atau hasil penjualan tiket.
Pengajaran: Banyak komposer juga menjadi guru musik privat yang dibayar mahal.
2. Lisensi Eksklusif dan Kontrak dengan Penerbit
Beethoven adalah contoh awal musisi yang mengatur kontrak lisensi eksklusif dengan beberapa penerbit sekaligus. Ia sangat menyadari nilai ekonomis dari karya cetak.
IV. Mengapa Karya Mereka Dianggap Bernilai Tinggi dan Abadi?
Kekuatan Artistik dan Musikalitas Tinggi: Karya mereka tidak hanya bersifat hiburan, tetapi memiliki struktur musikal kompleks, harmoni yang kaya, dan pesan mendalam.
Pengaruh Filosofis dan Kultural: Karya mereka merepresentasikan semangat zaman (misal: Revolusi Prancis, Pencerahan, Romantisisme).
Evaluasi Akademik: Dinilai dan diajarkan di lembaga musik ternama — sehingga dilestarikan oleh generasi berikutnya.
Penutup: Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Meskipun tanpa bantuan teknologi modern, karya musik bisa mendunia karena:
Nilai artistik dan pesan universal,
Sistem penyebaran fisik melalui partitur dan jaringan profesional, dan
Ekosistem pendukung seperti patronase, konser, dan penerbit musik.
Ini menunjukkan bahwa kualitas dan substansi jauh lebih menentukan ketimbang sekadar kuantitas eksposur, seperti jumlah views atau likes yang hari ini sering disalahartikan sebagai ukuran kesuksesan.