TORA Swarna DIVA

TORA Swarna DIVA Tora Swarna Diva is founded & establish by Tondi Rangkuti aka Tondi. FR, a Record Producer.

VOICE LEADING: Rahasia Membuat Musik Indah yang MengalirOleh : TFRBanyak orang mengira bahwa rahasia membuat musik indah...
28/09/2025

VOICE LEADING: Rahasia Membuat Musik Indah yang Mengalir

Oleh : TFR

Banyak orang mengira bahwa rahasia membuat musik indah adalah dengan menguasai ratusan chord, progresi akor yang rumit, atau menghapal semua teori harmoni. Ada p**a yang percaya bahwa musik akan terdengar hebat jika dimainkan dengan kecepatan luar biasa atau teknik akrobatik.

Kita sering mendengar musik yang penuh dengan:

Skala melodi cepat bagai hujan peluru,
Chord ngejelimet yang sulit ditebak,
Improvisasi panjang penuh trik teknis.

Hebat di atas kertas, tapi apa yang dirasakan audiens?
Sering kali tidak ada pengalaman emosional yang mendalam. Musik hanya terdengar seperti pertunjukan sirkus: memukau sesaat, lalu cepat dilupakan karena tidak menyentuh hati.

Sebaliknya, sebuah karya sederhana bisa membuat pendengar menangis atau hanyut dalam lamunan, meskipun hanya dengan tiga atau empat chord. Apa rahasianya? Bukan pada jumlah chord atau kecepatan, melainkan pada bagaimana nada-nada itu bergerak.

Di sinilah letak kunci yang sering terlupakan: voice leading.

🎶 Apa Itu Voice Leading?

Voice leading adalah cara setiap nada dalam sebuah akor bergerak menuju akor berikutnya dengan transisi yang halus, logis, dan ekspresif.

Kalau akor itu ibarat “foto bersama” beberapa orang, maka voice leading menjelaskan bagaimana setiap orang berpindah posisi ke foto berikutnya agar terlihat rapi, tidak tabrakan, dan tetap indah dipandang.

Nada bergerak pelan, stepwise, tidak meloncat sembarangan.

Nada yang sama (common tone) sering dibiarkan tetap di tempat.

Suara saling melengkapi, kadang naik-turun berlawanan arah, menciptakan tekstur yang hidup.

Hasilnya? Musik terdengar mengalir alami seperti napas, bukan sekadar deretan bunyi.

🌹 Mengapa Musik Klasik & Romantik Begitu Indah?

Komposer era klasik dan romantik memahami betul seni voice leading.

Mozart membangun simfoni dengan gerakan suara yang halus, sehingga musiknya terdengar ringan sekaligus jenius.

Chopin dan Rachmaninov menghadirkan melodi piano yang mengalir bagaikan air sungai, setiap akor berpindah dengan tujuan emosional yang jelas.

Beethoven mampu menggabungkan kekuatan dramatis dengan voice leading yang rapi, sehingga nada-nadanya “berbicara” kepada pendengar.

Itulah sebabnya musik dari era ini sering dianggap memiliki cerita emosional yang kuat. Nada demi nada tidak hanya sekadar bunyi, tapi kata-kata tanpa lisan yang menyentuh hati.

🥁 Musik yang Kaku dan Membosankan

Sekarang bayangkan musik yang tidak memperhatikan voice leading.

Chord-chordnya meloncat jauh tanpa arah.

Nada-nada berpindah secara kasar, tanpa hubungan yang jelas.

Tidak ada kesinambungan, hanya deretan harmoni kaku.

Akibatnya, musik seperti ini cepat membosankan. Tidak ada cerita yang terbangun, tidak ada emosi yang mengalir. Seperti membaca buku dengan kalimat yang meloncat-loncat, sulit dipahami, dan melelahkan.

🎨 Analogi Sehari-hari

Voice leading bagus = gradasi warna lembut dari merah muda → merah → jingga → kuning.

Tanpa voice leading = cat tembok belang-belang merah → biru neon → hijau terang.

Voice leading bagus = tangga spiral yang membawa kita naik dengan nyaman.

Tanpa voice leading = harus melompat dari lantai 1 ke lantai 3 tanpa jembatan.

🌍 Voice Leading di Musik Modern

Prinsip ini tidak hanya berlaku untuk Bach atau Chopin. Musik pop, jazz, hingga film scoring pun hidup karena voice leading:

Lagu pop balada terdengar indah karena piano menggunakan inversi chord yang smooth.

Jazz kaya warna karena guide tones (nada 3 dan 7) bergerak stepwise antar chord.

Musik film terasa megah karena string, brass, dan choir saling mengisi dengan pergerakan suara yang halus.

Tanpa voice leading, bahkan progresi chord terindah pun terdengar kaku dan kosong.

✨ Kesimp**an

Voice leading adalah jiwa musik. Ia yang membuat harmoni bergerak mulus, melodi bernapas, dan emosi tersampaikan.

Inilah rahasia mengapa musik klasik dan romantik terasa begitu abadi: karena di balik setiap nada, ada perjalanan yang terhubung secara alami. Sebaliknya, musik yang hanya mengejar banyaknya chord, kecepatan, atau akrobat teknis tanpa voice leading, akan cepat terasa hambar — seperti cerita tanpa alur, atau perjalanan tanpa tujuan.

Maka, jika ingin menciptakan musik yang tidak hanya terdengar, tapi juga dirasakan, mulailah dengan seni sederhana namun mendalam ini: voice leading.

"Ini adalah dokumentasi proses aransemen lagu Bunda.Dilakukan oleh T.F.R. di home studio miliknyaSebuah studio kecil yan...
29/08/2025

"Ini adalah dokumentasi proses aransemen lagu Bunda.
Dilakukan oleh T.F.R. di home studio miliknya

Sebuah studio kecil yang berdiri di tengah hutan sawit yang sunyi,
enam puluh kilometer jauhnya dari kota Medan.

Dari sebuah tempat terpencil ini…
lahirlah musik yang mewah.
Hening hutan sawit menjadi saksi,
bagaimana bunyi-bunyi sederhana berubah menjadi karya penuh rasa.

Lagu Bunda lahir dari kasih dan kerinduan.
Diciptakan T.F.R. dengan lirik universal yang dekat pada kultur Melayu:
tentang cinta seorang ibu, dan rindu seorang anak.

Keunikan lagu ini terletak pada birama alla breve, 2/2.
Meski tempo lamban, groove-nya dirancang agar menyatu dengan perkusi Melayu.
Gendang tradisi memberi nafas langgam—
ritme yang di Malaysia disebut dondang sayang,
dan di Deli dikenal sebagai gunung sayang.

Pola ketukan satu-dua-tiga-empat… satu-dua-tiga… satu-dua-tiga…
menciptakan nuansa poliritmis.
Klasik yang tenang berpadu dengan Melayu yang berayun.

Struktur lagunya mengikuti bentuk pop modern:
dibuka dengan intro piano—sebuah ekaposisi yang lembut.
Lalu masuklah ansambel penuh dengan string,
mengangkat tema reffrain sebagai jawaban emosional.

Bait pertama, reffrain.
Bait kedua, reffrain lagi, hingga outro.
Namun yang paling menyentuh…
adalah sebuah cadenza piano.
Klasikal, lirih, dan mendalam,
seperti doa yang menyimpulkan seluruh emosi lagu.

Bunda adalah pertemuan antara tradisi dan modernitas.
Antara melodi Melayu dan spirit musik klasik.
Antara kerinduan seorang anak…
dan cinta seorang ibu yang tak bertepi."

"Ini adalah dokumentasi proses aransemen lagu Bunda.Dilakukan oleh Tondi F.R. di home studio miliknya—sebuah studio kecil yang berdiri di tengah hutan sawit ...

PENCIPTAAN KARYA KREATIF INOVATIF -Produksi : PT. TORA SWARNA DIVAPENGEMBANGAN MUSIK MELAYU KLASIK DI ERA MODERN"Di ruan...
26/08/2025

PENCIPTAAN KARYA KREATIF INOVATIF -
Produksi : PT. TORA SWARNA DIVA

PENGEMBANGAN MUSIK MELAYU KLASIK DI ERA MODERN

"Di ruang latihan ini, sebuah karya baru tengah dipersiapkan. Nyanyian Pesisir—sebuah komposisi dari Tondi F.R, sebagai Komposer, mengaransemen dan sekaligus Produser Rekamnya. Lagu ini dirancang bukan hanya sebagai musik, tetapi sebagai sebuah pertunjukan yang hidup, penuh pesona, dan sarat identitas Melayu.

Nyanyian Pesisir ditulis dengan struktur medley, menyatukan tiga wajah musik Melayu: senandung modern, joget, dan ghazal modern. Penyanyi perempuan dipilih untuk memberi warna suara yang lembut sekaligus kuat, mengalir seperti ombak laut yang menjadi roh dari lirik lagu.

Liriknya bercerita tentang kehidupan masyarakat Melayu pesisir: laut yang luas, kampung halaman yang indah, kerinduan pada tanah kelahiran, dan cinta yang sederhana namun dalam. Semua teranyam menjadi gambaran emosional tentang jati diri Melayu.

Struktur musikal dibangun dengan detail.
Dimulai dari senandung modern—pendek, intim, berlapis beat loop, akordion, dan petikan gambus. Sebuah pembukaan yang lembut, namun memberi ruang pada imajinasi.

Berlanjut ke joget, di mana instrumen berkembang penuh: string ensemble, gendang, akordion, dan biola Melayu. Langgamnya mengalun meriah, merangsang kaki untuk menari, tangan untuk bertepuk, dan hati untuk bergembira.

Kemudian, ghazal modern hadir dengan karakter yang lebih menggoda. Melodi vokal yang genit, sinkopasi yang menantang, tutti yang megah. Flute, gitar gambus, dan biola saling berbalas, mengisi setiap ruang antar kalimat vokal. Pada bagian ini, keterampilan para musisi benar-benar diuji, karena aransemen menuntut kecermatan dan musikalitas tingkat tinggi.

Nyanyian Pesisir dirancang Tondi F.R bukan sekadar untuk dinyanyikan, tetapi ditampilkan. Dirancang sebagai sebuah musik pertunjukan yang megah, memukau, sekaligus mengajak penonton untuk ikut larut—menari, bertepuk tangan, dan merayakan kehidupan.

Inilah wujud baru musik Melayu: berakar kuat pada tradisi, namun berkilau dalam balutan modernitas. Musik yang tidak hanya mengingatkan pada kampung halaman, tetapi juga mengajak generasi kini untuk kembali mencintainya." - PT. Tora Swarna Diva

PENCIPTAAN KARYA KREATIF INOVATIF -Produksi : PT. TORA SWARNA DIVAPENGEMBANGAN MUSIK MELAYU KLASIK DO ERA MODERN"Di ruang latihan ini, sebuah karya baru teng...

Dokumentasi Latihan Krusial Lagu Bunda, Menjelang sesi rekaman untuk Akordion dan Gendang Melayu.Oleh : TORA SWARNA DIVA...
23/08/2025

Dokumentasi Latihan Krusial Lagu Bunda, Menjelang sesi rekaman untuk Akordion dan Gendang Melayu.

Oleh : TORA SWARNA DIVA

"Latihan ini… bukan sekadar mengenal lagu.
Ini tentang rasa, tentang tekstur, tentang dinamika dan emosi.

TFR—Composer, Arranger, sekaligus Record Producer—hadir langsung, mengarahkan setiap detail.

Karena Bunda bukan lagu biasa. Ia lirikal, emosional, dan universal.

Akordion diberi ruang untuk menebar harmoni…
Gendang Melayu menjaga denyut tradisi.

Dua instrumen, dua dunia, berpadu.
Melayu tetap berakar… namun terdengar modern.
Hidup, segar, dan diterima generasi kini."

"Menjelang sesi rekaman di studio, sebuah ruang latihan khusus digelar… Akordion dan gendang Melayu dipersiapkan bukan sekadar untuk memainkan lagu, melainkan untuk meresapi napas musik itu sendiri.

Di bawah arahan langsung TFR—latihan ini menjadi titik krusial. Lagu Bunda, yang lirikal dan penuh emosi, adalah karya universal. Namun TFR menginginkan lebih dari sekadar keindahan: ia menuntut tekstur yang halus, artikulasi yang jernih, dinamika yang hidup, serta emosi yang jujur.

Di sinilah akordion dan gendang Melayu diberi bobot yang sesungguhnya. Akordion menebar harmoni yang merangkul, gendang Melayu menjaga denyut akar tradisi. Bersama, keduanya merajut resam Melayu agar tetap hadir, namun dengan wajah baru yang dapat berbicara kepada generasi kini.

Inilah perjalanan musik Melayu: tidak kehilangan identitasnya, tetapi tumbuh—modern, segar, dan tetap berakar."



Dokumentasi Latihan Krusial Lagu Bunda, Menjelang sesi rekaman untuk Akordion dan Gendang Melayu.Oleh : TORA SWARNA DIVA"Latihan ini… bukan sekadar mengenal ...

📸 Dokumentasi Presentasi Lagu BundaMei 2025 - TORA SWARNA DIVA*Momen presentasi komposisi lagu Bunda kepada penyanyi unt...
17/08/2025

📸 Dokumentasi Presentasi Lagu Bunda

Mei 2025 - TORA SWARNA DIVA

*Momen presentasi komposisi lagu Bunda kepada penyanyi untuk pertama kalinya menjadi langkah penting dalam proses Penciptaan Karya Kreatif Inovatif: Pengembangan Musik Melayu Klasik di Era Modern. Proses ini lahir dari penelitian yang matang, berakar pada identitas musik tradisional Melayu, namun diracik dengan sentuhan aransemen modern agar dapat menjangkau telinga generasi kini.

Pada sesi ini, penyanyi Ihsan diperkenalkan oleh TFR ( Composer & Record Producer ) bukan hanya kepada melodi, tetapi juga kepada filosofi di balik setiap nada dan suku kata lirik. Setiap intonasi, dinamika, hingga artikulasi vokal dipandu dengan pertimbangan historis dan estetis, sehingga karya ini bukan hanya sebuah lagu, melainkan representasi kesinambungan antara tradisi dan inovasi.

Hak Karya Cipta lagu dan musik baru dengan judul 'Bunda' ini juga telah terdaftar pada Ditjend Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum & Ham dengan Nomor Pencatatan : 000926551.

Lirik lagu Bunda menghadirkan getaran emosional yang dalam, mengangkat tema kasih sayang seorang ibu dan kerinduan anak terhadap sosok yang melahirkan serta membesarkannya. Pilihan kata-kata sederhana namun sarat makna membuat lirik ini mampu menembus batas generasi, menjadikan pesan kasih bonda terasa universal.

Dalam perspektif etnomusikologi, lirik ini mencerminkan nilai inti budaya Melayu: penghormatan kepada orang tua, ikatan kekeluargaan, dan spiritualitas yang halus. Pada saat yang sama, struktur melodinya dirancang agar mudah diterima dalam format musik populer modern.

Dengan demikian, lagu Bunda bukan sekadar karya musik, tetapi juga menjadi jembatan emosional dan kultural. Ia menyatukan akar tradisi Melayu dengan bahasa musikal modern, sehingga relevan untuk didengar, direnungkan, dan dicintai oleh masyarakat luas, khususnya generasi muda yang tengah mencari identitas di tengah derasnya arus globalisasi budaya.

📸 Dokumentasi Presentasi Lagu BundaMei 2025 - TORA SWARNA DIVA*Momen presentasi komposisi lagu Bunda kepada penyanyi unt...
17/08/2025

📸 Dokumentasi Presentasi Lagu Bunda

Mei 2025 - TORA SWARNA DIVA

*Momen presentasi komposisi lagu Bunda kepada penyanyi untuk pertama kalinya menjadi langkah penting dalam proses Penciptaan Karya Kreatif Inovatif: Pengembangan Musik Melayu Klasik di Era Modern. Proses ini lahir dari penelitian yang matang, berakar pada identitas musik tradisional Melayu, namun diracik dengan sentuhan aransemen modern agar dapat menjangkau telinga generasi kini.

Pada sesi ini, penyanyi Ihsan diperkenalkan oleh TFR ( Composer & Record Producer ) bukan hanya kepada melodi, tetapi juga kepada filosofi di balik setiap nada dan suku kata lirik. Setiap intonasi, dinamika, hingga artikulasi vokal dipandu dengan pertimbangan historis dan estetis, sehingga karya ini bukan hanya sebuah lagu, melainkan representasi kesinambungan antara tradisi dan inovasi.

Hak Karya Cipta lagu dan musik baru dengan judul 'Bunda' ini juga telah terdaftar pada Ditjend Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum & Ham dengan Nomor Pencatatan : 000926551.

Lirik lagu Bunda menghadirkan getaran emosional yang dalam, mengangkat tema kasih sayang seorang ibu dan kerinduan anak terhadap sosok yang melahirkan serta membesarkannya. Pilihan kata-kata sederhana namun sarat makna membuat lirik ini mampu menembus batas generasi, menjadikan pesan kasih bonda terasa universal.

Dalam perspektif etnomusikologi, lirik ini mencerminkan nilai inti budaya Melayu: penghormatan kepada orang tua, ikatan kekeluargaan, dan spiritualitas yang halus. Pada saat yang sama, struktur melodinya dirancang agar mudah diterima dalam format musik populer modern.

Dengan demikian, lagu Bunda bukan sekadar karya musik, tetapi juga menjadi jembatan emosional dan kultural. Ia menyatukan akar tradisi Melayu dengan bahasa musikal modern, sehingga relevan untuk didengar, direnungkan, dan dicintai oleh masyarakat luas, khususnya generasi muda yang tengah mencari identitas di tengah derasnya arus globalisasi budaya.

📸 Dokumentasi Presentasi Lagu BundaMei 2025 - TORA SWARNA DIVA*Momen presentasi komposisi lagu Bunda kepada penyanyi untuk pertama kalinya menjadi langkah p...

Terima Kasih German, telah membeli aransemen Rachmaninov - Transkripsi Piano Concerto No. 2, 2nd Movement. Karya ini ter...
03/08/2025

Terima Kasih German, telah membeli aransemen Rachmaninov - Transkripsi Piano Concerto No. 2, 2nd Movement. Karya ini terbanyak di download di USA & Italy. Dan hingga saat ini merupakan penjualan terbanyak di antara komposisi & aransemen yang dipublish oleh Tora Swarna Diva. Berikutnya, kami telah mempersiapkan 20 - an aransemen dan komposisi orisinil dengan musikalitas tinggi yang layak untuk dikoleksi dan dipelajari. Satu yang menjadi prioritas adalah :

Karya Schubert yang paling romantis, yaitu “Ständchen” (Serenade) — lagu No. 4 dalam Schwanengesang D. 957, yang dikenal sebagai salah satu karya paling lembut dan emosional dari Schubert. Yang dikenali sebagai Serenade.

🎶 "Ständchen" (Leise flehen meine Lieder), D. 957 No. 4

Lagu ini menjadi bagian dari Schwanengesang, sebuah siklus lagu yang disusun Schubert pada Agustus–Oktober 1828 dan diterbitkan pada 1829.

Nantikan penerbitannya ... Salam Musik

22/07/2025

TFR ( Music Director & Conductor ) dari proyek PKKI Tora Swarna Diva, saat memberikan Interpretative Guidance: Panduan interpretatif tentang nuansa, ekspresi, dan gaya. Bersama Strings Section.

SERBA SERBI LATIHAN: PKKI Melayu Tora Swarna Diva: Menyatukan Harmoni, Disiplin, dan InovasiPT. Tora Swarna Diva tengah ...
22/07/2025

SERBA SERBI LATIHAN: PKKI Melayu Tora Swarna Diva: Menyatukan Harmoni, Disiplin, dan Inovasi

PT. Tora Swarna Diva tengah menjalankan proyek Penciptaan Karya Kreatif Inovatif (PKKI) dengan tajuk Modernisasi Musik Melayu Klasik di Era Modern, sebuah inisiatif seni yang didukung penuh oleh hibah dari Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek. Proyek ini menggandeng 30 Personil teknis & musisi lintas disiplin, dari string section, alat musik modern, hingga instrumen tradisional Melayu.

Proses workshop & rehearsal dilakukan di studio dan ruang kreatif PT. Jekonia di Jln. Sembada No. 260 Medan. Proses latihan ini akan masih berlanjut hingga selesainya produksi rekaman dan fase gladi resik untuk Show Case Konser yang belum ditetapkan tanggalnya.

Latihan yang telah dilakukan sementara ini adalah dimulai dari workshop bersama musisi tradisional, coaching vocal hingga bersama musisi modern dan String Section.

Proses latihan ini menjadi ajang pembuktian serius bagaimana sebuah ensemble besar harus berproses secara utuh, baik secara teknis maupun mental. Koordinasi penjadwalan latihan, penyamaan visi artistik terhadap komposisi, hingga tantangan menjaga kedisiplinan menjadi bagian dari dinamika yang harus dilalui.

“Bukan hanya persoalan skill bermain alat musik, tapi bagaimana setiap musisi mampu menyesuaikan diri dalam kerja kolaboratif yang kompleks, serta memahami arah artistik karya yang akan dibangun bersama,” ungkap TFR, Music Director.

Poin-Poin Penting Bagi Musisi Ensemble Modern Berdasarkan Kriteria Internasional

Dalam konteks kerja ensemble berskala besar seperti PKKI ini, terdapat sejumlah kemampuan dan sikap profesional yang menjadi standar internasional agar musisi dapat berkontribusi maksimal:

1. Kedisiplinan Waktu dan Etos Latihan

Musisi harus hadir tepat waktu, membawa partitur sendiri, dan siap fisik maupun mental dalam sesi latihan yang panjang.

2. Keterampilan Membaca Partitur (Sight Reading)

Keterampilan membaca partitur secara cepat dan tepat menjadi mutlak, terutama dalam genre lintas gaya seperti modernisasi musik Melayu.

3. Adaptabilitas Artistik

Kemampuan menyesuaikan nuansa permainan dengan arahan konduktor, komposer, maupun karakter budaya dari musik yang digarap.

4. Komunikasi dan Kerja Tim

Ensemble besar menuntut komunikasi yang efektif antar bagian — string, rhythm section, hingga instrumen tradisional — dalam mencapai keselarasan musikal.

5. Interpretasi dan Ekspresi Kolektif

Setiap pemain harus mampu membangun pemahaman bersama atas makna dan semangat karya yang dibawakan, bukan hanya memainkan notasi.

6. Kesiapan Mental

Menjaga kestabilan emosi, fokus, serta resiliensi menghadapi perbedaan pendapat artistik adalah bagian penting dari profesionalisme musisi ensemble.

Proyek PKKI ini bukan sekadar latihan musik, melainkan proses pematangan kualitas dan mentalitas musisi dalam sebuah kerja kreatif kolaboratif. Hasil akhirnya diharapkan menjadi pijakan baru dalam pembaruan musik Melayu klasik di era modern — bukan sekadar pelestarian, tapi juga inovasi.

“Kami ingin menghadirkan karya yang berakar, tapi mampu bicara pada zaman sekarang, lewat tangan-tangan musisi yang tidak hanya andal secara teknik, tetapi juga matang secara sikap dan visi,” tutup TFR.

[ Ivan Aero & Tora Swarna Diva Team | Dokumentasi PKKI 2025]

"KAMPUS MUSIK TAPI TAK BISA BIKIN MUSIK" : Ironi SDM Musik di Era Serba CanggihOleh : Tora Swarna DivaDi kota Medan, Sum...
21/07/2025

"KAMPUS MUSIK TAPI TAK BISA BIKIN MUSIK" : Ironi SDM Musik di Era Serba Canggih

Oleh : Tora Swarna Diva

Di kota Medan, Sumatera Utara — bahkan mungkin di seluruh Indonesia — ada fenomena yang menggelitik namun menyedihkan: sulit menemukan lulusan S1 musik yang benar-benar bisa bikin musik.

Bukan perkara bisa nyanyi atau main gitar untuk konten TikTok. Tapi perkara fundamental: bikin aransemen musik, baca notasi dengan lancar, dan menulis partitur dengan software seperti Sibelius, Finale, atau fitur Score di DAW seperti Cubase. Bahkan yang paling mendasar: membaca notasi pun masih terbata-bata.

Lulusan “Kampus Musik” ternyata banyak yang hanya jadi “cover artist” atau pengabdi viewers YouTube, bukan pencipta, penata, atau pemikir musik. Lebih jago swipe dan scroll daripada scoring dan scripting.

Ini bukan sekadar kesalahan individu. Ini adalah cermin retak dari sistem pendidikan, budaya populer, dan kegagalan kolektif kita dalam membina generasi musikal yang sejati.

🎓 Kampus Musik: Banyak Hafalan, Minim Penciptaan

Di balik gelar S1 Musik, tersembunyi realita kurikulum yang ketinggalan zaman. Aransemen musik tidak dijadikan kewajiban, apalagi integrasi teknologi modern. Software scoring sering dianggap "tambahan", bukan "core skill".

Mahasiswa dijejali teori dan sejarah musik, tapi tak pernah diberi proyek nyata untuk menciptakan. Mereka mengenang Beethoven, tapi tidak pernah diberi peluang menjadi Beethoven berikutnya.

Ini seperti sekolah kuliner yang lulusannya tak bisa masak, tapi hafal sejarah mie instan.

📚 Pedagogi Kaku, Kreativitas Mandek

Model pengajaran kita masih gaya zaman kolonial: guru bicara, murid mencatat. Tidak ada project-based learning, tidak ada eksplorasi kreativitas, tidak ada pengembangan ekspresi diri.

Alhasil, banyak lulusan “Kampus Musik” yang takut salah, takut mencoba, dan lebih memilih jalur aman: cover lagu yang sedang tren. Menghindari risiko gagal mencipta, mereka berlindung di balik likes dan views.

📱 Digital Natives yang Buta Teknologi Musik

Ironis, generasi Z dan milenial hidup di era serba digital, tapi tak mengenal digital music production. Mereka jago bikin konten TikTok dengan backsound orang lain, tapi tidak tahu cara membuat backing track sendiri.

Sibuk jadi konsumen konten, bukan produsen karya.

Yang viral adalah lipsync dan remix asal-asalan, bukan karya musik orisinal hasil perenungan dan ketekunan.

🧠 Musik Tanpa Makna: Ketika Seni Jadi Alat Eksistensi Sosial

Dari kacamata filsafat, ini adalah era di mana musik kehilangan makna eksistensialnya. Musik bukan lagi medium pencarian diri, tapi alat eksistensi digital. Seni menjadi pelayan algoritma, bukan suara jiwa.

Martin Heidegger pernah bilang, teknologi bisa menenggelamkan manusia dalam kesibukan yang hampa. Di sini kita lihat, musisi muda tenggelam dalam scrolling dan sharing, bukan scoring dan sharing soul.

❗ Siapa yang Salah?

Pendidikan formal? Ya.

Kurangnya orientasi praktik dan teknologi? Ya.

Budaya populer instan? Sangat.

Ketidakmampuan melihat musik sebagai jalan hidup dan penciptaan makna? Mutlak.

✅ Lalu Apa Solusinya?

1. Reformasi total kurikulum musik: wajibkan skill praktis dan kreatif, bukan sekadar teori.

2. Integrasikan teknologi digital dalam pendidikan musik sejak awal.

3. Bentuk komunitas kreatif di luar kampus yang mendorong produksi karya orisinal.

4. Bina dan dampingi generasi muda agar musik kembali jadi jalan spiritual dan sosial, bukan hanya gaya hidup.

5. Ciptakan pusat inovasi musik di daerah berbasis budaya lokal dan teknologi global.

✍️ Penutup: Boleh Kuliah Musik, Asal Jangan Jadi Korban Kampus Musik

Kampus Musik seharusnya mencetak pencipta, bukan penghafal. Musisi sejati bukan hanya yang bisa tampil, tapi yang mampu mencipta. Yang bukan hanya paham alat, tapi memahami diri dan zaman lewat musik.

Jika kita tidak segera sadar, kita akan terus melahirkan lulusan-lulusan “Kampus Musik” yang justru gagap bermusik. Hebat di presentasi skripsi, tapi bingung menulis notasi. Pandai mainkan gawai, tapi tak bisa mengolah nada.

Karena hari ini, lebih banyak yang bisa bikin konten, daripada yang bisa bikin komposisi.

BAGAIMANA TANPA MEDIA ELEKTRONIK & SOSMED  : KARYA MUSIK BISA MENDUNIA SERTA PUNYA NILAI EKONOMI TINGGI ?.Oleh :  PT. To...
18/07/2025

BAGAIMANA TANPA MEDIA ELEKTRONIK & SOSMED : KARYA MUSIK BISA MENDUNIA SERTA PUNYA NILAI EKONOMI TINGGI ?.

Oleh : PT. Tora Swarna Diva

Penting untuk dipahami, khususnya di tengah era digital saat ini di mana distribusi musik berlangsung instan dan massal, namun tak selalu diiringi kualitas dan nilai artistik.

Komposer instant, musisi coba - coba. Seniman dan produser musik dadakan muncul didorong oleh spekulasi & trial error serta trend media digital & telekomunikasi. Sosmed menjadi pemicu 'delusif' kesuksesan. Akibat like, viewers dan share yang membius. Mimpi sukses dibangun dari Youtube, IG, Tiktok Spotify dan DSP lainnya. Faktanya, hanya 1% penduduk dunia yang bisa kaya dari booming IT. Hanya 3% yang bisa membeli kebutuhan pokok. Sisa 96% hanya menjadi sampah digital tanpa feedback ekonomi signifikan.

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita akan menelusuri sejarah industri musik klasik sebelum era media elektronik — kira-kira dari abad ke-17 hingga awal abad ke-20 — berdasarkan referensi ilmiah dan studi sejarah musik, termasuk dari sumber-sumber seperti:

Oxford History of Western Music oleh Richard Taruskin,

Music in the Western World: A History in Documents oleh Piero Weiss dan Richard Taruskin,

The Cambridge History of Music series,

dan jurnal musikologi seperti Journal of the American Musicological Society (JAMS).

I. Karya Musik Agung Tanpa Media Elektronik: Bagaimana Bisa Dikenal Dunia?

1. Peran Patronase dan Istana Kerajaan

Di era klasik (Baroque – Romantik), komposer besar seperti Bach, Haydn, Mozart, Beethoven, hingga Brahms umumnya bekerja dalam sistem patronase. Mereka dikontrak oleh raja, bangsawan, atau gereja. Patron ini yang membiayai komposisi musik dan pertunjukan.

Contoh:

J.S. Bach bekerja untuk Pangeran Leopold di Köthen dan juga Gereja Lutheran di Leipzig.

Joseph Haydn menjadi Kapellmeister untuk keluarga Esterházy di Hungaria.

Musik mereka dimainkan di istana, gereja, dan ruang konser kecil — dan sering kali disalin ulang secara manual oleh pemusik lain. Dari sinilah reputasi mereka menyebar.

2. Penyebaran Lewat Manuskrip dan Cetakan Musik

Pada abad ke-18 dan 19, percetakan musik berkembang pesat. Perusahaan seperti Breitkopf & Härtel (Leipzig) atau Artaria (Vienna) mulai menerbitkan karya-karya komposer.

Karya-karya yang diterbitkan ini:

Dikirim ke pusat-pusat musik utama di Eropa (London, Paris, Wina, Berlin).

Dipelajari dan dimainkan oleh musisi profesional dan amatir.

Menjadi bahan pengajaran di konservatori dan akademi musik.

Bahkan tanpa internet, jaringan musisi, murid, guru, dan penyalin musik sangat aktif.

3. Mekanisme Reputasi dari Mulut ke Mulut Profesional

Ketika Beethoven, misalnya, menulis simfoni, musisi dari negara lain akan datang ke Wina untuk melihat pertunjukannya. Mereka kemudian membawa partitur itu kembali ke negara asal dan memainkannya di sana. Begitulah reputasi karya menyebar ke seluruh Eropa bahkan hingga Amerika dan Rusia.

II. Proses Penerbitan, Publikasi, dan Pertunjukan

1. Komisi dan Premier

Karya musik biasanya:

Dipesan secara eksklusif untuk acara tertentu (pernikahan bangsawan, misa gereja, perayaan nasional).

Setelah ditulis, diperdanakan (premiere) oleh orkestra lokal atau di istana.

Kadang, komposer sendiri yang memimpin (conduct) pertunjukannya.

2. Penerbitan Cetak

Jika karya diterima baik:

Komposer akan menawarkan kepada penerbit musik untuk dicetak.

Penerbit mencetak dan menjual salinan partitur ke orkestra, sekolah, dan kolektor.

3. Tur dan Pertunjukan Ulang

Komposer atau murid-muridnya sering melakukan tur dari kota ke kota, membawa serta karyanya untuk dipertunjukkan. Contohnya:

Franz Liszt adalah tokoh penting dalam menyebarkan karya-karya melalui konser piano keliling Eropa.

III. Model Ekonomi: Bagaimana Mereka Mendapatkan Keuntungan?

1. Sumber Penghasilan Utama:

Patronase: Gaji tetap dari bangsawan atau gereja.

Komisi: Dibayar untuk menulis karya musik tertentu.

Penjualan partitur: Mendapat royalti dari penerbit.

Konser dan resital pribadi: Komposer mendapat honorarium langsung atau hasil penjualan tiket.

Pengajaran: Banyak komposer juga menjadi guru musik privat yang dibayar mahal.

2. Lisensi Eksklusif dan Kontrak dengan Penerbit

Beethoven adalah contoh awal musisi yang mengatur kontrak lisensi eksklusif dengan beberapa penerbit sekaligus. Ia sangat menyadari nilai ekonomis dari karya cetak.

IV. Mengapa Karya Mereka Dianggap Bernilai Tinggi dan Abadi?

Kekuatan Artistik dan Musikalitas Tinggi: Karya mereka tidak hanya bersifat hiburan, tetapi memiliki struktur musikal kompleks, harmoni yang kaya, dan pesan mendalam.

Pengaruh Filosofis dan Kultural: Karya mereka merepresentasikan semangat zaman (misal: Revolusi Prancis, Pencerahan, Romantisisme).

Evaluasi Akademik: Dinilai dan diajarkan di lembaga musik ternama — sehingga dilestarikan oleh generasi berikutnya.

Penutup: Apa yang Bisa Kita Pelajari?

Meskipun tanpa bantuan teknologi modern, karya musik bisa mendunia karena:

Nilai artistik dan pesan universal,

Sistem penyebaran fisik melalui partitur dan jaringan profesional, dan

Ekosistem pendukung seperti patronase, konser, dan penerbit musik.

Ini menunjukkan bahwa kualitas dan substansi jauh lebih menentukan ketimbang sekadar kuantitas eksposur, seperti jumlah views atau likes yang hari ini sering disalahartikan sebagai ukuran kesuksesan.

"VIRAL TAPI KOSONG: Ketika Karir Artis Muda Dijual Murah di Etalase Likes dan Algoritma"Oleh: PT. TORA SWARNA DIVA(Recor...
11/07/2025

"VIRAL TAPI KOSONG: Ketika Karir Artis Muda Dijual Murah di Etalase Likes dan Algoritma"

Oleh: PT. TORA SWARNA DIVA
(Record Label & Music Publisher 1st di Sumatera).

“Hari ini saya viral. Besok saya ditinggal. Lusa, saya bikin akun baru.”
— Seorang influencer tanpa panggung.

Pendahuluan:

Di era ini, kita tak perlu panggung, latihan, apalagi karya yang matang untuk menjadi artis. Cukup modal wajah kinclong, kamera ponsel, dan keberanian melakukan hal absurd di TikTok sambil lipsync lagu orang lain. Jika beruntung, algoritma akan mengangkat kita ke puncak—puncak ilusi. Tapi benarkah semua itu karier? Atau sekadar efek suara ramai di ruang kosong?

Mari kita bedah dengan tawa getir: bagaimana media sosial dan teknologi digital saat ini menciptakan karir semu yang lebih cocok disebut sebagai pengalaman digital yang nyaring tapi nihil. Kita akan membahasnya dalam gaya ringan namun menggigit, berdasarkan fakta, wawasan psikoanalisis, dan pengalaman para tokoh industri musik dunia.

1. Eksistensi Virtual Tanpa Validasi Nyata

Menurut perspektif psikoanalisis, manusia memiliki kebutuhan akan validasi sosial nyata—dari komunitas, panggung, penonton langsung, dan proses kreatif kolektif. Media sosial menggantikan ini dengan ilusi interaksi: like, komentar, dan share.

Seorang musisi muda dengan sejuta followers belum tentu bisa menjual 100 tiket konser.

Likes bukan tiket. Komentar bukan apresiasi. Followers bukan audiens loyal.

Psikolog Sherry Turkle menyebut fenomena ini sebagai “Alone Together” — ramai di layar, sepi di dunia nyata.

2. Sindrom “Demi Viral” dan Hilangnya Otoritas Karya

Spotify dan TikTok telah menjungkirbalikkan dunia musik. Yang penting bukan kualitas lagu, tapi potensi hook untuk joget 15 detik.

Lagu-lagu diciptakan bukan untuk didengarkan, tapi untuk dipakai.

Artis muda lebih sibuk membuat konten ‘reaksi’ daripada merekam lagu yang layak.

Brian Eno pernah menyindir tren ini: “Musik tidak lagi tentang pengalaman mendalam, tapi tentang menjadi bahan bakar video lucu.”

3. Digital Streaming Platforms: Revolusi yang Tak Adil

DSP seperti Spotify memang memudahkan distribusi musik. Tapi juga:

Menghancurkan nilai ekonomi musik: 100.000 stream = setara semangkuk mie instan untuk artis.

Menyamaratakan artis masterpiece dengan musisi spammer yang mengunggah 20 lagu instrumental per hari demi algoritma.

David Byrne (ex-Talking Heads) dengan pedas menyebut: “Spotify mengubah musisi jadi buruh algoritma, bukan seniman.”

4. AI Musik Generator: SUNO dan Senjakala Keaslian

SUNO dan sejenisnya memungkinkan siapa pun membuat lagu dalam 10 detik. Tapi apa artinya itu bagi eksistensi seniman?

Nilai penciptaan jadi hilang.

Anak muda lebih tertarik “mencoba-coba bikin lagu” daripada belajar teori musik dan latihan vokal.

Karya asli jadi kalah oleh noise digital buatan mesin.

Nick Cave saat ditanya tentang lagu buatan AI menjawab: “It’s a grotesque mockery of what it is to be human.”

5. Penghancuran Imajinasi dan Proses Kreatif

Media sosial membuat artis muda berpikir:

“Kalau belum viral, artinya jelek.”

“Kalau tak cantik/ganteng, tak akan laku.”

“Kalau tak main gimmick, tak akan naik.”

Ini menjadikan proses seni bukan lagi pencarian makna, tapi usaha menyesuaikan diri dengan trend yang berubah tiap minggu. Menurut Carl Jung, ini gejala individu yang kehilangan pusat dirinya demi ilusi kolektif.

6. Ketagihan Validasi Instan dan Krisis Identitas

Platform digital bekerja seperti mesin dopamin:

Satu video viral bisa membuat seseorang merasa "berarti".

Tapi begitu engagement menurun, ia merasa "hilang", "gagal", "tidak relevan".

Dr. Jean Twenge (psikolog) menyebut fenomena ini sebagai “The Narcissism Epidemic”. Artis muda tak sedang membangun karir, tapi sedang mengejar ilusi pantulan dirinya yang dikurasi algoritma.

7. Overexposure dan Mati Muda Secara Artistik

Banyak yang terkenal dulu, baru bikin karya. Akibatnya:

Karir jadi seperti kembang api: meriah, tapi sebentar.

Tidak siap menghadapi kegagalan, kritik, atau naik-turun karir.

Artis muda seperti ini sering mengalami burnout eksistensial. Dalam kata lain: mereka belum sempat membangun pondasi, tapi sudah terbakar sorotan.

8. Lembaga Industri Musik yang Tak Lagi Jadi Penjaga Mutu

Label dan media kini tak lagi mencari talenta, tapi “angka”.

Kalau engagement-nya tinggi, direkrut—meski tak bisa nyanyi live.

Akhirnya, industri dipenuhi figuran algoritma, bukan musisi sejati.

Rick Rubin, produser legendaris, menyebut: “Yang dibutuhkan dunia bukan lebih banyak lagu, tapi lebih banyak kejujuran artistik. Sayangnya, kejujuran tak bisa diiklankan.”

Kesimp**an

Menjadi artis sejati adalah perjalanan, bukan kejutan algoritma. Likes bisa dibeli. Komentar bisa dimanip**asi. Followers bisa fiktif. Tapi jiwa, integritas, dan karya otentik tak bisa di-download.

Jadi, untuk para artis muda:
Jika hari ini kamu viral karena video TikTok, pastikan esok kamu masih bisa menjawab:
“Siapa saya sebenarnya di luar layar ponsel?”

“Mereka mencari likes, kami mencari makna.”
— Generasi yang tak ingin jadi viral, tapi abadi.

Address

Jalan Langsat No. 3, Kel. Silalas, Kec. Medan Barat
Medan
20114

Opening Hours

Monday 09:00 - 17:00
Tuesday 09:00 - 17:00
Wednesday 09:00 - 17:00
Thursday 09:00 - 17:00
Friday 09:00 - 17:00

Telephone

+6283160411154

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when TORA Swarna DIVA posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to TORA Swarna DIVA:

Share