25/09/2025
Berkat Naluri Istri: Kisah Jenderal AH Nasution, Satu-Satunya Jenderal yang Selamat dari G30S/PKI
Peristiwa G30S/PKI pada malam 30 September hingga 1 Oktober 1965 menjadi salah satu tragedi kelam dalam sejarah Indonesia. Dalam kejadian tersebut, tujuh perwira tinggi Angkatan Darat diculik, disiksa, dan dibunuh oleh pasukan yang terlibat dalam pemberontakan. Namun, di tengah gelapnya malam penuh teror itu, ada satu jenderal yang berhasil selamat: Jenderal Abdul Haris Nasution (AH Nasution).
Keselamatan Nasution tidak lepas dari naluri kuat sang istri, Johanna Sunarti. Malam itu, Johanna merasa firasat buruk dan terus berjaga di rumahnya di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta. Ia berkata, “Saya merasa suami saya akan dibunuh.” Firasat itu terbukti benar, ketika pasukan G30S/PKI menyerbu kediamannya.
Dengan keberanian, Johanna menahan para penyerbu di depan pintu kamar. Tindakan ini memberi waktu bagi Nasution untuk menyelamatkan diri. Sang jenderal melompat pagar rumah meski kakinya cedera akibat aksinya tersebut. Namun, pelariannya harus dibayar dengan kehilangan yang amat besar. Putri bungsunya, Ade Irma Suryani Nasution, terkena tembakan dan wafat beberapa hari kemudian di rumah sakit.
Selain itu, ajudannya, Kapten Pierre Tendean, juga menjadi korban. Dalam upaya melindungi atasannya, Pierre mengaku sebagai Nasution. Ia kemudian ditangkap dan dibawa pergi oleh pasukan pemberontak. Tragis, jasadnya kemudian ditemukan di Lubang Buaya bersama para jenderal lainnya.
AH Nasution memang menjadi salah satu target utama karena dikenal sangat tegas menentang ideologi komunis. Saat peristiwa G30S/PKI, ia menjabat sebagai Kepala Staf ABRI, posisi yang dianggap ancaman serius bagi gerakan komunis.
Namun, kisah hidup Nasution tidak hanya berhenti pada malam kelam itu. Lahir pada 3 Desember 1918 di Kotanopan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, ia berasal dari keluarga petani sederhana. Ia menempuh pendidikan di HIS, AMS, hingga sekolah guru di Yogyakarta. Pada tahun 1940, ia masuk sekolah perwira cadangan Belanda dan memulai karier militernya di Surabaya.
Di masa Revolusi Kemerdekaan, AH Nasution dikenal sebagai penggagas strategi perang gerilya yang terbukti efektif melawan agresi militer Belanda 1948–1949. Karier militernya terus menanjak hingga menjadikannya salah satu tokoh besar dalam sejarah militer Indonesia.
Meski selamat dari tragedi G30S/PKI, kehilangan putri bungsunya menjadi luka yang tak pernah hilang. Kisah Jenderal AH Nasution adalah cermin keberanian, kepemimpinan, sekaligus pengorbanan besar dalam sejarah bangsa.
Sumber : jawapos.com