19/07/2025
Harga CPO Diprediksi Tembus Rp19,6 Juta/Ton di Akhir 2025
Jakarta, elaeis.co β Pasar minyak nabati global kembali bergejolak, di mana harga minyak sawit mentah (CPO) diprediksi akan melonjak hingga USD1.200 per metrik ton atau sekitar Rp19,6 juta (kurs Rp16.400) pada akhir 2025.
Lonjakan sekitar 33 persen dari posisi sebelumnya di angka USD900 ini diyakini akan memperkuat dominasi Indonesia dan Malaysia di pasar global.
Laporan terbaru Afrinvest West Africa mengungkapkan, kenaikan harga tersebut tak hanya dipicu oleh tren permintaan yang terus menguat, tapi juga disebabkan oleh faktor fundamental seperti kebijakan energi berbasis biofuel, gangguan pasokan akibat cuaca ekstrem, dan dinamika geopolitik yang mengganggu pasokan minyak nabati lainnya, khususnya minyak bunga matahari.
βMeski dalam lima bulan pertama 2025 harga CPO sempat turun 16,3 persen ke USD900 per ton, kami memperkirakan harga akan kembali naik dan bertahan di kisaran USD1.200 per ton hingga akhir tahun,β tulis Afrinvest dalam analisisnya, Jumat (18/7).
Dua negara Asia Tenggara, Indonesia dan Malaysia, diprediksi akan terus mengendalikan lebih dari 85 persen ekspor minyak sawit global. Sepanjang 2024 saja, ekspor CPO dunia tumbuh 1,7 persen menjadi 44,2 juta ton, dengan Indonesia menyumbang 51,1 persen dan Malaysia 34,9 persen.
Afrinvest menyebut, salah satu pendorong utama kenaikan harga CPO adalah kebijakan mandatori energi ramah lingkungan. Di Indonesia, program B35, campuran 35 persen biodiesel berbasis sawit dengan solar telah mendongkrak permintaan domestik, sementara pasokan global ikut menyusut akibat alokasi bahan baku untuk kebutuhan energi.
Tak hanya itu, ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina turut mengubah peta pasokan minyak nabati. Lebih dari 70 persen ekspor minyak bunga matahari global terganggu, mendorong negara-negara importir untuk beralih ke CPO sebagai alternatif utama.
Namun, tingginya harga CPO juga membuka peluang bagi negara produsen lainnya, seperti Nigeria. Alphonsus Inyang, Presiden Asosiasi Produk Kelapa Sawit Nasional Nigeria, menyatakan bahwa momentum ini bisa menjadi titik balik bagi negaranya untuk meningkatkan produksi lokal dan mengurangi ketergantungan pada impor dari Asia Tenggara.
Di tengah dinamika ini, Indonesia dan Malaysia tampaknya masih akan menjadi poros utama dalam pergerakan harga dan pasokan minyak nabati global. Dengan pengaruh yang besar, kedua negara punya peluang strategis tidak hanya mengamankan kebutuhan dalam negeri, tapi juga memainkan peran kunci dalam stabilisasi harga dunia.
Bagi investor dan pelaku industri, tren kenaikan harga ini adalah sinyal bahwa minyak sawit akan tetap menjadi komoditas strategis yang terus diburu di tengah krisis energi dan ketidakpastian global yang tak kunjung reda.