17/09/2023
Ternyata Jumlah Rokaat Sholat Tahajud Sebanyak Jumlah Anak
Di hari itu, tepat pukul 03.40, seluruh anggota keluargaku sudah duduk melingkari meja makan dan siap untuk santap sahur bersama kecuali istriku. Ia masih di mushalla melakukan shalat tahajud. Suasana sahur dini hari itu terasa kurang menggairahkan. Aku masih kenyang dan anak-anak masih pada ngantuk. Aku hanya mencicipi tahu yang dimasak oseng dan dipotong kotak-kotak kecil oleh istriku. Anakku yang bungsu kurang berselera dengan lauk yang ada. Dia minta dibuatkan telur ceplok. Kutanyakan padanya,
“Digorengkan siapa, Ibu apa Bapak?”
“Ibu,” jawab anakku.
“Ibu baru tahajud, Dan?” kataku. “Gimana kalau Bapak yang menggoreng?”
“Ya,” jawab si bungsu menyetujui usulku. Kedua anakku sehari-hari memang memanggilku “Bapak” dan memanggil “Ibu” pada istriku karena begitulah kami mengajari mereka. Mereka tidak terpengaruh oleh cara bagaimana kedua orang tuanya saling memanggil. Aku dan istriku saling memanggil “Jo” (dari kata “bojo”) sejak awal. Anakku yang pertama baru lahir 6 tahun setelah pernikahan kami. Yang kedua lahir 5 tahun setelah kelahiran yang pertama.
Setelah istriku selesai shalat tahajud ia segera gabung bersama kami. "Berapa rakaat tahajudmu, Jo?” Tanyaku.
“Empat rakaat,” jawabnya. “Kok tumben nanya-nanya.”
“Emang gak boleh?” Aku balik bertanya.
“Kata Almarhum Pak Ali Asnawi, jumlah rakaat tahajud itu sebanyak dua kali jumlah anak. Maksudnya kalau anakku dua, maka diperlukan salam dua kali. Artinya empat rakaat.” Istriku mencoba menjelaskan.
“Kamu tahu dari mana Jo, lha wong kamu bukan muridnya. Yang murid beliau itu aku?”
“Aku tahu dari Bu Duri, putri beliau. Dia kan temanku mengajar di pesantren.” Mendengar penjelasan dari istriku, aku membayangkan almarhum Pak Ali Asnawi kalau tahajud pasti jumlah rakaatnya 20 karena jumlah putra-putri beliau 10. Makanya, mereka pada sukses. Dari ke-10 anak itu 8 orang di antaranya sudah hafidz Al-Qur’an sekaligus sarjana.