Setapak Numbei News

Setapak Numbei News Halaman ini berisikan berita-berita, opini aktual dan jernih melihat fakta

Di tengah hiruk pikuk kebijakan pendidikan nasional yang terus berganti wajah, suara dari pelosok kecil seperti SD Katol...
20/10/2025

Di tengah hiruk pikuk kebijakan pendidikan nasional yang terus berganti wajah, suara dari pelosok kecil seperti SD Katolik Naibone seringkali tenggelam. Namun dari ruang-ruang kelas sederhana, dengan papan tulis yang mulai pudar dan meja belajar yang kadang harus disandarkan agar tidak roboh, para guru di Naibone tetap berdiri tegak—mengajar dengan keyakinan bahwa Calistung (baca, tulis, hitung) bukan sekadar kompetensi dasar, tetapi fondasi martabat manusia.

Ironinya, di saat kota besar sibuk bicara tentang AI in education dan digital classroom, guru-guru di Naibone masih berjuang menuntaskan anak-anak yang belum mampu membaca satu kalimat pun di kelas atas. Perjuangan ini bukan hanya tentang metode belajar, melainkan juga tentang ketimpangan sistemik yang telah lama dibiarkan: kurikulum yang seragam untuk realitas yang tak setara, anggaran yang tidak berpihak pada akar masalah, serta kebijakan yang lebih s**a laporan indah daripada fakta getir di lapangan.

Guru-guru di Naibone tak menunggu kebijakan datang. Mereka membuat kelas tambahan tanpa bayaran, mengajar di bawah terik matahari, dan memeluk setiap kegagalan siswa dengan kesabaran luar biasa. Di balik senyum mereka, tersimpan protes sunyi terhadap negara yang sering lupa bahwa masa depan Indonesia tidak hanya dibangun di kota, tetapi juga di dusun-dusun kecil yang jauh dari sorotan.

Menuntaskan Calistung adalah langkah kecil yang berdampak besar. Ia bukan sekadar misi akademik, tetapi perlawanan terhadap ketimpangan struktural dan kemiskinan literasi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dari Naibone, suara guru menyeruak: “Kami tidak butuh pujian, kami butuh dukungan nyata agar anak-anak kami bisa membaca masa depan mereka sendiri.”

Dari Naibone untuk Indonesia: Suara Guru yang Berjuang Menuntaskan Calistung demi Masa Depan Anak Bangsa

https://setapakrainumbei.blogspot.com/2025/10/sekolah-sistem-dan-sunyi-yang-tak.html Sajak “Sekolah, Sistem dan Sunyi ya...
19/10/2025

https://setapakrainumbei.blogspot.com/2025/10/sekolah-sistem-dan-sunyi-yang-tak.html Sajak “Sekolah, Sistem dan Sunyi yang Tak Terukur” menggambarkan ironi dunia pendidikan Indonesia yang terjebak dalam formalitas akreditasi dan tumpukan administrasi. Ia menyoroti bagaimana guru-guru yang seharusnya menyalakan semangat belajar kini tenggelam dalam lautan dokumen, sementara pemerintah sibuk menghitung angka mutu yang semu. Melalui bahasa puitis dan reflektif, sajak ini menggugat sistem yang menilai pendidikan dari kertas dan tanda tangan, bukan dari hati dan kemanusiaan. Di balik kritiknya, terselip harapan agar pendidikan kembali menemukan ruh sejatinya—menumbuhkan manusia, bukan sekadar memenuhi format.

Sekolah, Sistem, dan Sunyi yang Tak Terukur (Sajak Jalan Setapak Pendidikan)

Akreditasi yang sejatinya menjadi alat penjamin mutu pendidikan kini berubah menjadi ritual administratif yang menyander...
19/10/2025

Akreditasi yang sejatinya menjadi alat penjamin mutu pendidikan kini berubah menjadi ritual administratif yang menyandera esensi pendidikan. Guru-guru di berbagai sekolah harus bergulat dengan tumpukan berkas, foto kegiatan, dan SK buatan demi memenuhi format penilaian. Akibatnya, energi yang seharusnya digunakan untuk mengajar dan membimbing siswa justru habis untuk menata dokumen. Pemerintah pun lebih sibuk menampilkan data keberhasilan akreditasi ketimbang menatap kenyataan di lapangan: sekolah yang kekurangan fasilitas, guru yang kelelahan, dan murid yang kehilangan semangat belajar.

Pendidikan Indonesia akhirnya tampak megah di atas kertas, namun rapuh di kenyataan. Sistem yang terlalu menekankan bukti fisik membuat mutu seolah bisa diukur dengan laporan dan tabel, padahal pendidikan adalah proses memanusiakan manusia. Jika pemerintah sungguh ingin membangun mutu pendidikan, maka kepercayaan, kesejahteraan, dan kebebasan berpikir bagi guru harus diutamakan di atas formalitas. Sebab nilai sejati pendidikan tidak lahir dari tebalnya dokumen, melainkan dari hidupnya semangat belajar di hati para guru dan murid.

Wajah Pendidikan Indonesia: Rapi di Dokumen, Retak di Kenyataan

Di tengah derasnya arus modernisasi pendidikan, ijazah sering kali dianggap sebagai simbol keberhasilan seseorang menemp...
16/10/2025

Di tengah derasnya arus modernisasi pendidikan, ijazah sering kali dianggap sebagai simbol keberhasilan seseorang menempuh pendidikan formal. Namun, apakah sekadar selembar kertas itu cukup menjadi bukti bahwa seseorang benar-benar berpendidikan?

Ijazah memang menandakan bahwa seseorang pernah duduk di bangku sekolah, tetapi tidak selalu mencerminkan kualitas berpikir, sikap, dan karakter. Banyak yang memiliki ijazah tinggi, tetapi minim etika, empati, dan kemampuan memecahkan masalah. Sebaliknya, tidak sedikit yang mungkin tak punya ijazah, namun berilmu dan berintegritas dalam kehidupan sehari-hari.

Sekolah seharusnya menjadi ruang pembentukan manusia seutuhnya, bukan sekadar tempat mengejar nilai dan gelar. Ketika orientasi pendidikan lebih fokus pada kelulusan ketimbang pembelajaran, maka makna sejati pendidikan hilang: menjadi manusia yang berpikir kritis, berperilaku jujur, dan peduli pada sesama.

Ijazah hanyalah tanda pernah sekolah — tetapi belajar sejati adalah proses seumur hidup.

Ijazah Tak Menjamin Kecerdasan: Kritik atas Paradigma Pendidikan yang Menyempit

Benyamin Asbanu alias Bento alias Opa alias Ba`i (47) ditangkap di lokasi pengepul besi tua, di depan Hotel Matahari di ...
16/10/2025

Benyamin Asbanu alias Bento alias Opa alias Ba`i (47) ditangkap di lokasi pengepul besi tua, di depan Hotel Matahari di Jalan Ade Irma Suryani, Kelurahan Beirafu, Kecamatan Atambua Barat, Kabupaten Belu pada Rabu (15/10/2025) pagi.

Dibalik Aksi Kejam di Kupang: Pelaku Penikaman IRT Penjual Semangka Ternyata Residivis

Polisi mengungkap penyebab aksi pembunuhan yang dilakukan Landa Linus Kuabib (51) terhadap istri, dua anak, dan adik ipa...
16/10/2025

Polisi mengungkap penyebab aksi pembunuhan yang dilakukan Landa Linus Kuabib (51) terhadap istri, dua anak, dan adik iparnya di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT). Aksi itu diduga dipicu pengaruh minuman keras jenis sopi.
Para korban masing-masing adalah istri pelaku, Emiliana Oetpah (53); adik iparnya, Kristina Nomawa (43); serta dua anaknya, Lusiana Kuabib (14) dan Bernadeta Kuabib (8).

Mabuk Berujung Maut di TTU: Pria Habisi Istri, Anak, dan Adik Ipar Tanpa Ampun

Seorang siswa kelas V SD Inpres One, Desa Poli, Kecamatan Santian,Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT),...
14/10/2025

Seorang siswa kelas V SD Inpres One, Desa Poli, Kecamatan Santian,Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT), Rafi To (10), meninggal dunia setelah diduga dianiaya guru olahraganya, Yafet Nokas (51). Guru tersebut disebut memukul korban menggunakan batu.

Ketika Kedisiplinan Berubah Jadi Kekerasan: Siswa SD di TTS Tewas Dipukul Guru

Kepolisian Resor Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, menetapkan Yn (51) sebagai tersangka kasus penganiayaa...
14/10/2025

Kepolisian Resor Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, menetapkan Yn (51) sebagai tersangka kasus penganiayaan terhadap R (10), siswa SD Inpres Desa Poli, Kecamatan Santian, yang berujung korban meninggal dunia.

Miris Dunia Pendidikan: Guru di TTS NTT Aniaya Siswa SD, Terancam Pasal Perlindungan Anak

Di balik papan tulis yang penuh coretan, terselip kisah getir tentang mereka yang disebut “pahlawan tanpa tanda jasa.” S...
13/10/2025

Di balik papan tulis yang penuh coretan, terselip kisah getir tentang mereka yang disebut “pahlawan tanpa tanda jasa.” Setiap hari guru honorer berdiri di depan kelas, membangun mimpi anak bangsa dengan semangat yang tak pernah padam, meski dompet mereka sering kosong di akhir bulan. Mereka diminta profesional, dituntut kreatif, diwajibkan mengikuti pelatihan dan menulis laporan pembelajaran berlembar-lembar. Namun, negara seolah menutup mata terhadap kenyataan: upah mereka bahkan tak cukup untuk membeli kebutuhan pokok. Ironi ini menampar nurani siapa pun yang masih percaya bahwa pendidikan adalah jalan menuju kemajuan bangsa. Bagaimana mungkin kualitas pendidikan bisa meningkat, bila para pendidiknya sendiri terus hidup dalam ketidakpastian dan ketidakadilan?

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional

Ironis tetapi nyata—di tengah derasnya arus digitalisasi dan kemajuan teknologi informasi, masih banyak peserta didik za...
10/10/2025

Ironis tetapi nyata—di tengah derasnya arus digitalisasi dan kemajuan teknologi informasi, masih banyak peserta didik zaman sekarang yang belum mampu membaca, menulis, apalagi menghitung (calistung) dengan baik. Kondisi ini menjadi tamparan keras bagi dunia pendidikan yang seharusnya telah melangkah menuju era “Merdeka Belajar” dan transformasi literasi numerasi.

Fenomena ini tidak dapat disederhanakan sebagai kelemahan siswa semata. Ia adalah cerminan dari ekosistem pendidikan yang rapuh, mulai dari kualitas pengajaran dasar, ketimpangan fasilitas, rendahnya budaya literasi di rumah, hingga distraksi teknologi yang membuat anak lebih akrab dengan gawai ketimbang buku. Banyak anak sudah fasih mengoperasikan ponsel, namun kesulitan membaca kalimat sederhana atau menuliskan namanya dengan benar.

Krisis ini juga menunjukkan adanya kegagalan kolektif dalam pendidikan dasar, di mana pembelajaran sering kali menekankan hasil akhir (angka nilai) daripada proses pembentukan kemampuan dasar berpikir dan memahami. Guru di lapangan kerap dibebani administrasi berlebihan, sehingga waktu untuk melakukan pendampingan literasi dan numerasi individual menjadi sangat terbatas.

Lebih dari itu, peran keluarga dan lingkungan kini semakin terpinggirkan. Anak tumbuh dalam ruang yang miskin interaksi verbal dan budaya membaca. Tidak ada lagi kebiasaan mendengarkan dongeng, membaca bersama, atau menulis cerita pendek di buku harian—tradisi kecil yang sejatinya membentuk dasar kecakapan literasi.

Maka, masalah ini bukan sekadar tentang “anak tidak tahu membaca”, tetapi tentang hilangnya budaya belajar yang bermakna. Solusi pun harus menyentuh semua pihak: sekolah yang memulihkan pembelajaran dasar, guru yang diberdayakan, keluarga yang aktif mendampingi, dan masyarakat yang kembali memuliakan budaya membaca.

Jika generasi muda tidak segera dibekali kemampuan dasar membaca, menulis, dan menghitung, maka kita sedang menyiapkan generasi yang canggih secara teknologi, tetapi miskin secara literasi. Dan itu adalah paradoks paling berbahaya dalam sejarah pendidikan bangsa ini.

Ketika Anak Datang ke Sekolah tapi Tak Bisa Membaca: Refleksi Krisis Literasi di Era Digital

Setelah tiga bulan buron, RIB, tersangka terakhir dalam kasus kematian dua pelajar di Kilometer 4, Kelurahan Maubeli, ak...
10/10/2025

Setelah tiga bulan buron, RIB, tersangka terakhir dalam kasus kematian dua pelajar di Kilometer 4, Kelurahan Maubeli, akhirnya ditangkap aparat Polres Timor Tengah Utara (TTU) di wilayah Kalimantan.

Dikejar hingga Kalimantan, Pelaku Pembunuhan Dua Pelajar di Kabupaten TTU Akhirnya Tak Berkutik

Entah kenapa, Riki Nomleni yang diketahui seorang guru di SMAN Saenam, menganiaya seorang nenek bernama Yakomina Nabut h...
10/10/2025

Entah kenapa, Riki Nomleni yang diketahui seorang guru di SMAN Saenam, menganiaya seorang nenek bernama Yakomina Nabut hingga babak belur, pada Kamis 9 Oktober 2025 di pasar Oinlasi,Kecamatan Amanatun Selatan.

Oknum Guru di Kabupaten TTS Aniaya Seorang Nenek Hingga Babak Belur

Address

Numbei

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Setapak Numbei News posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Setapak Numbei News:

Share