20/09/2025
Catatan Reflektif dan Kritis
Kegiatan Bimbingan Teknis Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) Bagi Proktor Jenjang Sekolah Dasar – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Malaka, Tahun 2025
Kegiatan bimbingan teknis ini menunjukkan adanya upaya sistematis dari pemerintah daerah, khususnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, untuk memastikan pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) dapat berjalan dengan baik di sekolah-sekolah dasar. Ruang pertemuan yang formal, lengkap dengan spanduk dan pemaparan materi lewat proyektor, merefleksikan keseriusan pemerintah dalam membekali para proktor sebagai ujung tombak teknis ANBK.
Namun demikian, di balik kesungguhan tersebut, ada beberapa catatan reflektif dan kritis yang patut dipikirkan:
1. Aspek Kesetaraan Akses Teknologi
Bimbingan teknis ini menekankan pentingnya literasi digital proktor. Tetapi persoalan mendasar di sekolah-sekolah dasar di pelosok Malaka masih berkisar pada keterbatasan jaringan internet, listrik, dan sarana perangkat komputer. Tanpa keberpihakan nyata pada penyediaan infrastruktur, kegiatan teknis ini berpotensi hanya menambah beban administratif tanpa solusi konkret di lapangan.
2. Beban Administratif vs. Orientasi Pendidikan
ANBK sering diposisikan sebagai tolok ukur kualitas pendidikan. Namun dalam praktiknya, guru dan proktor lebih banyak disibukkan pada teknis pengoperasian sistem dan kelancaran ujian, daripada refleksi mendalam tentang bagaimana hasil asesmen ini bisa kembali memperbaiki mutu pembelajaran. Jika tidak hati-hati, pendidikan akan semakin diarahkan ke teknis, bukan ke substansi pembelajaran anak.
3. Kesenjangan Kapasitas SDM
Pelatihan ini mungkin berjalan efektif bagi proktor yang sudah terbiasa dengan komputer, tetapi bisa menjadi tekanan psikologis bagi guru yang belum memiliki kemampuan digital memadai. Maka kegiatan semacam ini sebaiknya tidak hanya berbentuk sosialisasi prosedural, tetapi juga pendampingan berkelanjutan.
4. Ruang Partisipasi dan Suara Guru
Kegiatan bimbingan teknis sering kali hanya bersifat satu arah: materi diberikan, peserta menerima. Padahal yang paling mengetahui kondisi nyata di sekolah adalah guru/proktor itu sendiri. Tanpa ruang dialog kritis, aspirasi tentang kendala riil di sekolah (seperti sarana minim atau keterbatasan siswa dalam mengoperasikan perangkat) akan tetap terabaikan.
5. Paradoks Kualitas Pendidikan
Ada paradoks yang patut direnungkan: kita ingin mengukur kualitas pendidikan nasional dengan ANBK yang serba modern, tetapi masih banyak sekolah dengan ruang kelas yang rusak, fasilitas seadanya, bahkan akses jalan ke sekolah yang sulit. Hal ini memperlihatkan ketimpangan antara orientasi kebijakan pusat/daerah dan kebutuhan riil di akar rumput.
---
Refleksi Penutup
Bimbingan teknis ANBK ini memang sebuah langkah penting untuk menggerakkan sistem evaluasi pendidikan berbasis digital. Namun refleksi kritis perlu terus dilakukan agar kegiatan ini tidak berhenti pada seremonial teknis semata, melainkan menjadi jembatan menuju transformasi pendidikan yang adil, inklusif, dan relevan dengan realitas sekolah di daerah.