27/05/2024
SAAT AKU BEKERJA DI LUAR NEGERI, IBU DIJADIKAN PEMBANTU OLEH TANTEKU part1
“Kalau kerja yang benar d**g, yu. Ini loh masa adonannya jadi begini, ini si pasti bakalan bantat nanti!” ujar seorang wanita bertubuh tambun memarahi Ibu, kulihat Ibu hanya diam saja, tidak berkelit.
“Wis sanalah kamu, Yu. Bukannya membantu malah nyusahin saja,” kembali wanita tambun itu memarahi Ibu, dialah Bi Minah, adik kandung dari Almarhum Bapak Ahmad, Ayahku.
Ibu tertunduk, sesekali ia terlihat batuk-batuk, aku merasa sakit melihat Ibu yang terlihat lemah seperti itu, aku ingin segera menemui Ibu. Namun, aku ingin melihat seberapa jauh perlakuan keluarga besar bapak pada Ibuku, aku mendengar dari Ranti, tetangga sekaligus sahabatku, yang kebetulan teman dekatku di kampung, katanya Ibu sering di perlakukan semena-mena semenjak bapak berpulang, memang sejak dulu mereka tidak pernah menganggap kami keluarga, apalagi statusku dan Ibu yang hanya istri kedua. Tapi, baru kulihat kali ini dengan mata kepalaku sendiri perlakuan mereka yang benar-benar keterlaluan pada Ibu.
Aku sengaja bersembunyi di balik pintu belakang untuk mengetahui apa yang terjadi selanjutnya.
“Hasnah ... Hasnah ...!” Seorang wanita tambun lainnya tergopoh-gopoh menghampiri Ibu yang sedang berusaha berdiri, tangan Ibu yang ringkih di tariknya begitu saja hingga Ibu sedikit terhuyung.
“Kamu itu loh ke mana saja, kerjaan di belakang belum beres, piring-piring belum di cuci sudah pergi saja!” seru wanita tambun lain bernama Wa Darsih, istri dari Wa Supri Kakak kandung dari bapak.
“Sudah sana Yu, bawa saja Yu Hasnah ke rumahmu, di sini tidak bisa kerja, bikin adonan bantat semua,” sahut Bi Minah kesal.
“Lah, siapa suruh kamu panggil Hasnah ke sini, sudah jelas Hasnah sedang bantu-bantu di acara syukuran Lilis yang baru jadi PNS,” sombong Wa Darsih.
“Yu Darsih ini pribe, wong aku yang duluan ngadain acara syukuran pembukaan cabang toko kelontong si Jaka dan Riani yang baru di terima kerja jadi manajer di Mall baru itu loh, malah mbarengi gawe,” sahut Bik Minah tidak mau kalah.
“Lah suka-suka saya d**g, Nah. Si Hasnah ini kan sudah kubayar, dia ini pembantu,” ucap Uwa Darsih.
“Sama saja toh, Yu. Yu Hasnah ini kerja di rumahku,” sahut Bik Minah.
‘Ya Allah, jadi selama ini ibu di anggap pembantu di rumah Wa Darsih dan Bi Minah, keterlaluan sekali mereka ini,’ pikirku dalam hati. Aku yang sudah tidak tahan mendengar perdebatan kedua wanita tambun itu segera berjalan mendekat untuk segera membawa ibu pergi dari perebutan yang tak jelas.
“Assalamualaikum,” ucapku, berpura-pura baru datang.
Tidak ada yang menjawab salamku kecuali Ibu, “Afifah,” Ibu berjalan cepat ke arahku, dan memelukku dengan erat, “Kamu apa kabar, Nok? Ibu kangen,” ucap ibu masih dalam mode memelukku.
“Aku juga kangen sekali, Bu,” jawabku mengusap-usap punggung ibu.
“Wah siapa ini, anak durhaka sudah datang,” Suara Wa Darsih membuat pelukan ibu terlepas dariku, apa maksudnya anak durhaka? Gumamku dalam hati.
“Ojo ngono toh, Yu. Afifah bukan anak durhaka,” jawab Ibu membelaku.
“Dudu anak durhaka piye toh, Nah. Afifah lo ora balik-balik, jadi TKW,” sinis Wa Darsih.
“Iyo, Ora balik-balik sampe nelantarnang wong tuo,” sahut Bi Minah menimpali, membuatku tidak mengerti, kenapa mereka bisa berkata seperti itu.
Ibu terlihat menggeleng menolak ucapan Wa Darsih dan Bi Minah, matanya berkaca-kaca sambil terus memelukku haru.
“Wis nanti saja kalian peluk-pelukannya, ayo Hasnah, ikut aku ke rumah!” seru Wa Darsih kekeh ingin membawa Ibu.
Gara-gara ucapan aneh Uwa dan Bibi tiriku ini, aku sampai lupa bersikap sopan, demi kesopanan aku menghampiri Wa Darsih dan Bi Minah bergantian, sambil menyalaminya satu-persatu, tak lupa kutanyakan kabar mereka sebagai ungkapan rasa hormatku pada orang yang lebih tua.
“Baik,” ucap Wa Darsih saat aku menyalaminya, sedangkan Bi Minah, hanya tersenyum masam sambil cepat-cepat menarik tangannya, seakan aku ini kuman yang tidak ingin di sentuh.
“Kapan kamu datang?” tanya Wa Darsih terlihat basa-basi.
“Baru saja, Wa,” ucapku berbohong, padahal sejak tadi aku sudah berada di balik pintu belakang rumah Bi Minah. Aku sengaja langsung ke rumah Bi Minah, karena saat datang di rumah, tidak ada satu pun orang di sana, aku di beri tahu tetangga kalau Ibu sedang bantu-bantu di rumah Bi Minah atau Wa Darsih.
“Ya sudah, Wawa buru-buru mau bawa Ibu kamu, banyak yang harus di bereskan,” ucap Wa Darsih sambil mencoba meraih tangan Ibu.
“Tidak semudah itu, Esmeralda,” ucapku dalam hati, sambil menarik tangan ibu sebelum Wa Darsih berhasil meraihnya.
“Maaf Wa, Ibu harus pulang, ada banyak hal yang harus aku bicarakan pada Ibu,” ucapku tetap berusaha sopan.
“Enggak bisa begitu d**g, Fah. Ibumu harus menyelesaikan pekerjaannya lebih dulu sebelum pergi begitu saja nanti siapa yang mencuci piring-piring kotor itu,” protes Wa Darsih. ‘Memangnya saya peduli,’ Ingin sekali aku memutar bola mataku di depan wanita tambun ini, tapi aku sadar itu tidak sopan.
“Yu Darsih benar, kamu ini Fah, datang-datang main bawa Ibumu begitu saja, Ibumu kan sedang bantu-bantu di rumah saudara, tidak bisa pergi begitu saja, jangan jadi tidak tahu diri, cuma bisa makan dan minum gratis saja,” sulut Bi Minah persis seperti sumbu kompor.
Aku terbelalak mendengar ucapan Bi Minah, “Makan dan minum gratis bagaimana maksudnya?” tanyaku tak mengerti apa yang tengah di maksud Bi Minah.
“Kamu enggak tahu, kan? Wong tiap hari Ibumu makan dan minum gratis bergantian di rumah kami, jelas dia harus kerja d**g, di dunia ini tidak ada yang gratis, kamu sebagai anaknya, tidak mempedulikan Ibumu, ya wajar si, kamu juga pasti jadi TKW buat makan saja susah, apalagi kasih makan ibumu?” cibir Bi Minah.
Dunia rasanya terlihat berputar bagiku mendengar ucapan Bi Minah, ‘apa yang sebenarnya terjadi, lalu ke mana uang yang selama ini aku kirim untuk Ibu?’
***
JUDUL: IBUKU BUKAN PEMBANTU
Penulis: Ayu Yuli Ana
Kalo rame kita lanjut. Jangan lupa like dan komennya, gaes.
Bab-bab berikutnya makin seru 🔥
Yang mau baca marathon sampai tamat, langsung meluncur ke KBM App, atau tinggal klik link ini je 👇
https://read.kbm.id/book/detail/70746092-209b-42bc-b9bc-2cc083746900?af =1d22ef50-db6d-4348-82ec-aa8fb7709273
Ayo bergabung dan subscribe buku Ibuku Bukan Pembantu agar selalu mendapatkan informasi update terbaru di buku ini dan lihat hasil karya lainnya dari Ayyliana LTF di aplikasi KBM.