08/11/2025
BULLY BERUJUNG LEDAKAN DI SMA 72
JAKARTA—Tragedi yang mengguncang SMAN 72 Kelapa Gading pada Jumat siang menjadi simbol mengerikan dari kegagalan sistem pendidikan dalam melindungi siswanya. Dugaan kuat menyebutkan, ledakan dua bom rakitan di area musala sekolah terjadi sebagai aksi balas dendam seorang siswa kelas XII yang disinyalir merupakan korban perundungan (bullying) berkepanjangan.
Siswa yang dikenal pendiam dan sering menyendiri itu memilih jalan yang paling gelap dan destruktif untuk melampiaskan sakit hatinya. Ia merakit bom sendiri—meniru pola serangan "lone wolf" yang marak di Barat—untuk menargetkan lingkungan yang ia anggap telah menyakitinya.
"Saya menduga siswa ini ingin balas dendam dan bunuh diri," ungkap salah satu saksi, menguatkan motif putus asa yang menyelimuti aksi tersebut.
Simbol Ekstremis di Tengah Kebiadaban
Keseriusan aksi ini diperkuat oleh temuan Densus 88 dan Jibom Gegana di lokasi:
Ditemukan benda mirip senjata mainan yang ditulisi pesan ideologi ekstrem, termasuk nama pelaku penembakan massal Brenton Tarrant dan seruan "Welcome to Hell". Ini menunjukkan bahwa dendam pribadinya berbaur dengan konten kekerasan radikal yang ia akses di media sosial.
Diduga pelaku memasang tiga jenis bom rakitan dengan timer di berbagai titik strategis sekolah—musala, kantin, hingga tempat nongkrong siswa—dengan tujuan menyebabkan korban jiwa sebanyak-banyaknya.
Korban dan Ironi yang Menyakitkan
Aksi balas dendam yang salah sasaran ini justru melukai puluhan siswa tak berdosa. Total 54 korban dilarikan ke rumah sakit, sebagian besar mengalami luka bakar, terkena serpihan paku, dan gangguan pendengaran akibat ledakan keras yang terjadi menjelang Salat Jumat.
Pelaku sendiri ditemukan terkapar dengan luka parah, diduga akibat aksi bunuh diri yang gagal. Ia kini dirawat intensif di rumah sakit di bawah penjagaan ketat polisi, menjadi saksi kunci sekaligus terduga pelaku utama.
Tragedi ini menjadi tanda bahaya paling keras bagi seluruh lembaga pendidikan di Indonesia: perundungan yang dibiarkan, dipadukan dengan akses mudah ke ideologi kekerasan di internet, dapat berujung pada malapetaka berdarah yang tak terbayangkan. Lihat Lebih Sedikit