02/08/2025
Beredar foto-foto tumpukan berkas lamaran kerja yang berserakan, bahkan ada yang sampai berkarung-karung.
Iitu artinya ada ratusan, bahkan ribuan orang yang berharap, tapi berkasnya malah dibuang.
Bayangin aja, satu berkas lamaran kerja itu mungkin bisa habisin Rp20.000. Buat orang miskin, itu bisa jadi duit buat dua kali makan. Mereka nyusun berkas itu pake duit, pake harapan, tapi habis itu dibuang kayak sampah?
Kalau memang nggak diterima, ya balikin aja berkasnya. Biar mereka bisa pake lagi buat lamar ke tempat lain. Biar mereka nggak harus keluarin duit lagi buat ngeprint, beli map, fotokopi KTP, fotocopy CV dan lain-lain.
Menolak boleh, tapi menghargai lebih baik. Jangan buang harapan orang seenaknya.
Lagian ngembaliin berkas lamaran kerja juga bisa kok dilakukan dengan cara yang sopan dan manusiawi, dan bisa ga pake biaya gede kaya yang ditakutkan perusahaan, kaya:
1. Lewat telepon langsung, data pelamar ada, tinggal dihubungi satu-satu buat ambil berkasnya.
2. Pengumuman terbuka, bisa umumkan aja di IG, Facebook, atau laman resmi perusahaan: "Bagi pelamar yang tidak lolos, silakan ambil berkas lamaran di pos satpam/kantor kami."
3. Kirim balik via pos (bagi yang dari luar kota), toh alamat mereka tertera jelas di surat lamaran. Tapi ini makan biaya sih, tentu perusahaan ga mau, wkwk.
4. Sistem dropbox di kantor, sediakan box khusus berkas tidak diterima, jadi pelamar bisa ambil sendiri.
5. Notifikasi online/email, minimal beri kabar dan tawarkan opsi ambil berkas atau dihancurkan secara aman.
Ingat, mereka datang bukan cuma bawa map merah atau surat lamaran, tapi juga bawa harapan. Jangan kita patahin seenaknya.