20/09/2025
Event tradisi Pacu Jalur yang berlangsung di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau, telah menarik perhatian dunia berkat keunikan dan kemeriahannya. Namun, hingga saat ini, warisan budaya tak benda ini belum terdaftar sebagai warisan dunia oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO). Pacu Jalur adalah tradisi unik yang hanya dimiliki oleh Indonesia, di mana perahu tradisional yang terbuat dari sebatang kayu utuh didayung 40 hingga 70 orang. Keberadaan event ini berhasil menarik banyak wisatawan, termasuk turis asing, yang berkunjung ke Kuansing untuk menyaksikan perlombaan tersebut pada Agustus 2025.
Pengamat Pariwisata Indonesia, Azril Azhari, mendesak pemerintah segera mendaftarkan Pacu Jalur ke UNESCO.
"Pemerintah harus cepat mendaftarkan Pacu Jalur Kuansing ke UNESCO. Pendaftaran UNESCO itu tergantung siapa yang duluan, bukan siapa yang aslinya." "Seperti tempe dan tahu, itu kan Jepang, bukan kita. Makanya harus cepat, sebelum negara lain mendaftar," ungkap Azril dalam wawancara melalui sambungan telepon dari Pekanbaru, Sabtu (20/9/2025). Azril mengkritik lambatnya respons pemerintah dalam mengakui Pacu Jalur sebagai warisan dunia, padahal tradisi ini merupakan warisan yang telah ada secara turun-temurun dan kini dikenal di kancah internasional. "Pacu Jalur ini sangat unik. Sebatang kayu panjang lurus, dibentuk menjadi sebuah sampan. Ada pawang dan ritualnya juga. Di dunia, cuma ada di Indonesia, yakni masyarakat Kuansing. Tidak bisa diakui oleh negara lain," tambahnya.
Azril menekankan pentingnya pemerintah pusat dan daerah Kuansing untuk segera mempercepat proses pendaftaran.
"Mulai sekarang harus didaftarkan. Jangan menunggu pemerintah pusat, bupatinya (Kuansing) saja langsung yang daftarkan ke UNESCO. Jika sudah masuk UNESCO, nanti akan menjadi event internasional," ujarnya. Sebagai informasi, Pacu Jalur Kuansing telah diakui sebagai warisan budaya tak benda nasional oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2015.
SC : Kompas.com