03/10/2025
Pernah sadar ngga? Kalau sering bareng sama orang yang s**a nyinyir, s**a nyindir, s**a merendahkan orang lain lama-lama gaya kita ikut ketularan. Bukan cuma cara pikir, bahkan cara bicara, gestur, sampai penampilan pun bisa ikut berubah. Orang yang tadinya rapi bisa ikut kusut. Yang tadinya santun bisa ikut kasar.
Yang tadinya berkelas bisa ikut urakan. Itulah yang disebut pertukaran energi.
Dan yang paling sering terjadi, bukan dengan teman, tapi dengan pasangan. Suami-istri itu saling menularkan vibes satu sama lain. Kalau teman dekat saja bisa mempengaruhi, apalagi orang yang kita temui setiap hari, berbagi rumah, berbagi hidup.
Pernah ada laki-laki yang awalnya sopan, tutur katanya halus, penampilannya rapi. Setelah menikah dengan perempuan yang arogan dan ucapannya kasar, tak lama kemudian laki-laki itu ikut berubah. Bahasanya jadi meledak-ledak, penampilannya pun makin berantakan.
Jangan salah, energi itu tidak selalu menular ke arah yang positif. Bisa saja justru yang baik ikut terseret ke dalam yang buruk karena energi itu bukan soal siapa yang lebih pintar, tapi siapa yang lebih dominan. Makanya, hati-hati memilih pasangan. Jangan hanya karena bucin malah salah pilih pasangan. Baju bisa dibeli, aksesoris bisa ditambah, tapi aura tidak bisa dipals**an. Dan pentingnya sekufu (setara)
Kalau tidak, kerugian bukan cuma kamu yang merasakan, tapi juga anak-anakmu kelak.
Karena anak tidak selalu mirip orang tuanya. Bisa jadi justru menyerupai sifat keluarga ibunya, sebagaimana pesan Sayyidina 'Umar:
مَنْ أَرَادَ أَنْ يَتَزَوَّجَ امْرَأَةً فَلْيَنْظُرْ إِلَى أَبِيهَا وَأَخِيهَا، فَإِنَّمَا تَأْتِيهِ بِأَحَدِهِمَا
“Siapa yang hendak menikahi seorang perempuan maka lihatlah ayahnya dan saudara laki-lakinya karena akan melahirkan salah satunya”.
Bayangkan jika anak-anakmu justru lebih mirip pada sisi negatif pasanganmu, bukan hanya kasihan, tapi bisa jadi penyesalan seumur hidup.