31/08/2025
Mereka satu paket, yang ngawasin ikut yang berkuasa , yang berkuasa ikut ngawasin
*Presiden vs DPR
Berhentilah kalian komen: "Ini tuh salah DPR, lihat UU perampasan aset, sampai hari ini tdk disetujui, gara2 DPR. Bukan Presiden."
Berhenti.
Karena komen kalian ini dangkal.
Coba kamu lihat realitasnya. Hari ini, nyaris semua Ketua Umum Partai yang ada di DPR adalah anak buah Presiden. Bahlil, Zulhas, Muhaimin, AHY, dll dsbgnya, anak buah Presiden. Termasuk Prabowo sendiri, Ketum Partai. Pun jika ketumnya tidak jadi Menteri, partai tsb ada di pemerintahan.
Maka, lucu sekali jika bilang: tapi ini salah DPR! Nggak.
Itu tuh satu paket. Sejak 2014, fungsi2 lembaga negara itu semakin tdk jelas batasnya. Yg ngawasin ikut berkuasa. Yg berkuasa ikut ngawasin. Belum lagi job desc. Yg ngurus keamanan nanam padi. Yg ngurus ketertiban ikut ngurus pangan.
Semua dicampur-adukkan sama elit2. Biar aman. Saling mengunci.
Paham tidak?
Termasuk saat ribut2 soal tunjangan rumah 50 juta anggota DPR. Wah wah, itu benar, yg ngambil kebijakan ini internal DPR. Tapi, duitnya dari mana? Kemenkeu. Dari eksekutif. Dana aspirasi, dana ini, itu, tunjangan komunikasi, tunjangan ini itu, duitnya semua dari Kemenkeu. Maka, jika tunjangan dosen susah payah sekali keluarnya, silahkan tanya ke Kemenkeu, kenapa giliran DPR bisa ngocor deras?
Jadi berhentilah kalian seolah heroik: sy belain Presiden, tapi sy benci DPR. Aduh. Kocak. Mereka itu tuh satu paket! Pemerintahan. Pejabat2. Elit2. Kelompok itu2 saja.
Ayolah, mulailah kritis dikiiit saja. Pemerintahan itu memang wajib dikritik, diprotes, ditagih janjinya. Sejak kapan pemerintahan itu harus dipuji2, aku tuh kangen bapak, kami rindu bapak. Kacau logika kalian.
Karena pemerintahan itu memungut pajak di seluruh penjuru Indonesia. Totalnya ribuan triliun. Tambahkan, pemerintahan atas nama rakyat, meminjam uang, juga triliunan. Dan pemerintah memiliki privilege penuh berkuasa. Mengendalikan BUMN, kekayaan negara, dll dsbgnya.
Kamu harusnya kritis! Dan semakin pintar. Tahu realitasnya. Obyektif.
Berhentilah masih sibuk memuja2 politisi. Ngapain? Mereka itu manusia biasa. Bukan Nabi. Oh maaf, bagi sebagian penjilat, politisi ini memang Nabi. Nyerah deh.
*Tere Liye, penulis novel "Teruslah Bodoh Jangan Pintar"