11/04/2025
---
Teruntuk SGQu
Ada banyak hal yang tak pernah sempat aku katakan, bukan karena tak ingin, tapi karena waktu dan keadaan membuat segalanya tak bisa selesai. Kita pernah saling hadir—dengan cara yang unik, tak biasa, dan entah sejak kapan aku merasa cukup hanya dengan duduk diam di sisimu.
Aku ingat betul, awalnya kamu hanya butuh teman bicara. Tapi diam-diam aku ikut tenggelam dalam luka yang belum sembuh itu. Mungkin itu salahku. Aku terlalu yakin bahwa kehangatan bisa menyembuhkan segalanya. Bahwa ketulusan bisa menggantikan segala kehilangan.
Tapi kamu tak benar-benar hadir,SGQu.Hatimu masih menyimpan banyak bayang, dan kepalamu dipenuhi hitung-hitungan tentang masa depan. Aku tahu kamu takut. Takut salah pilih. Takut hidup dalam ketidakpastian. Dan pada akhirnya, kamu memilih jalan yang terlihat lebih pasti—meskipun tanpa getaran yang pernah kita rasakan bersama.
Kamu pergi dengan banyak tanya yang tak pernah kamu jawab. Dan aku, perlahan belajar melepaskan. Tapi tak sekali pun aku menyimpan dendam. Hanya waktu itu, ada luka yang tak bisa kujelaskan. Bukan karena kehilanganmu, tapi karena aku sadar… aku hanya seperti hujan yang jatuh di daun talas—menyentuh, tapi tak berbekas.
Kini kamu sudah menjalani hidup barumu. Mungkin tampak lengkap: suami, anak, rumah. Tapi entah kenapa… aku kadang merasa, jiwamu belum juga benar-benar sampai di sana. Kau pernah berharap cinta akan tumbuh setelah semuanya lengkap. Tapi mungkin, yang tumbuh justru hampa itu.
Aku tidak ingin kamu menyesal. Aku hanya ingin kamu bahagia… dengan cara yang sungguh-sungguh menyentuh hatimu.
Dan andai hari itu kita sama-sama lebih sabar, lebih jujur, dan lebih berani… mungkin ceritanya akan berbeda.
Tapi tak apa. Mungkin cerita ini memang hanya ditakdirkan untuk dikenang, bukan dijalani.
Salam tenang dari ku, yang pernah ingin menetap di hatimu.
---