12/10/2025
Opini: Ketika Hukuman Tak Menjadi Akhir — Refleksi dari Kasus Ammar Zoni
Kasus Ammar Zoni kembali mencuat ke permukaan publik bukan hanya sebagai cerita kriminal biasa, tetapi sebagai refleksi kompleksitas sistem pemasyarakatan, kepatuhan hukum, dan harapan masyarakat terhadap perubahan diri. Berbagai aspek perlu kita renungkan, karena di balik sensasi media, ada irisan-irisan masalah kemanusiaan dan kelembagaan yang tak boleh diabaikan.
1. Kekecewaan Publik dan Harapan Terpendam
Sebagai publik figur, Ammar Zoni memiliki eksposur tinggi dan sering dihujani harapan agar berubah total setelah pernah terjerat kasus sebelumnya. Kini, tuduhan bahwa ia tidak hanya menjadi pengguna atau pelaku tunggal, tapi mendistribusikan narkoba dari dalam penjara, memberi kesan bahwa hukuman sebelumnya belum menyentuh akar persoalan. Bagi masyarakat, ini mungkin menimbulkan rasa bahwa keadilan atau rehabilitasi—andai itu pernah ada—belum berjalan efektif.
2. Peran Penjara dan Pengawasan yang Dipertanyakan
Penjara seharusnya menjadi tempat pemulihan serta refleksi, bukan sebagai pintu belakang kelanjutan aktivitas kriminal. Namun jika benar terjadi peredaran narkoba di dalam Rutan Salemba — termasuk peran sebagai “gudang” oleh orang yang seharusnya menjalani hukuman — maka ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai sejauh mana pengawasan dan kontrol internal berjalan efektif. Deteksi dini melalui sidak yang rutin memang positif, seperti disebut Ditjenpas; tapi peristiwa ini menunjukkan bahwa ada celah besar yang masih bisa dimanfaatkan.
3. Hukum & Sanksi vs Rehabilitasi
Undang-undang sudah sangat jelas bahwa peredaran narkoba membawa ancaman hukuman berat — bahkan seumur hidup atau hukuman mati dalam beberapa kondisi.
Namun hukuman saja mungkin belum cukup. Perlu ada pendekatan rehabilitatif yang benar-benar efektif, yang membongkar akar penyebab mengapa seseorang kembali terjerumus; apakah karena lingkungan yang tidak kondusif, kurangnya akses perubahan diri, atau tekanan psikologis dan sosial lain.
4. Etika dan Tanggung Jawab Publik Figur
Sebagai artis dan publik figur, Ammar Zoni memiliki pengaruh publik yang besar. Eksistensi dirinya di ruang publik membuat kasusnya tidak hanya menjadi persoalan hukum, tetapi menjadi cerminan moral dan etika. Ketika seseorang di posisi dengan visibilitas tinggi terus terlibat dalam pelanggaran hukum berat, ini bisa melemahkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi hukum dan keadilan, serta mencederai nilai-nilai yang seharusnya dijunjung tinggi oleh publik figur.
5. Sistem Pemasyarakatan Perlu Diperkuat
Dugaan peredaran narkoba dari dalam penjara menekankan bahwa selain pengawasan keamanan, sistem pemasyarakatan perlu memperkuat kebijakan internal, rehabilitasi narapidana, pengendalian komunikasi dengan luar (untuk mencegah suplai narkoba), dan pelibatan aktif warga binaan dalam program pemulihan. Tanpa itu, penjara bisa menjadi “tempat transit” bukan transformasi.
Kesimpulan:
Kasus Ammar Zoni adalah panggilan bangun bagi semua pihak: aparat hukum, pengelola lembaga pemasyarakatan, publik, dan bahkan para korban serta pengguna narkoba. Hukuman tanpa upaya nyata untuk perubahan diri, sistem pengawasan dan rehabilitasi yang hanya formalitas, semua itu tidak akan menyelesaikan akar dari masalah narkoba.
Kita wajib berharap bahwa proses hukum berjalan adil, dan dibarengi kerja nyata terhadap pembenahan sistem, agar insiden seperti ini tidak terus terulang. Karena pada akhirnya, keadilan bukan hanya soal menjatuhkan hukuman, tapi soal membangun kesempatan untuk benar-benar berubah.
foto: Amar Zoni (Sumber : Youtube)
Sorotan