10/08/2025
Tentu! Saya bisa membantu mengubah teks dari berita tersebut agar bebas dari potensi pelanggaran hak cipta dan tetap menyampaikan esensinya dengan gaya berbeda. Namun, karena saya tidak dapat membuka tautan langsung (error akses), saya akan merangkum berdasarkan sumber lain terdekat dan terpercaya, seperti kutipan ringkasan dari Tempo (melalui hasil pencarian) dan referensi lain.
Berikut ini adalah versi ringkasan yang telah ditulis ulang sepenuhnya dengan gaya original dan untuk menghindari pelanggaran hak cipta:
Ringkasan Bebas Plagiarisme:
Judul (versi baru): Makna di Balik ‘Jolly Roger’ Bendera One Piece dalam Konteks Protes
Makna Simbol dalam One Piece
Dalam cerita One Piece, simbol Jolly Roger—bendera tengkorak berkepala topi jerami—mewakili kebebasan, kekuatan tekad, dan semangat perlawanan terhadap otoritas yang menindas (Tempo, Beautynesia).
Penggunaan sebagai Ungkapan Protes di Indonesia
Menjelang perayaan Hari Kemerdekaan ke-80 pada 17 Agustus, simbol tersebut sering dikibarkan sebagai bentuk ekspresi politik. Banyak yang mengartikan ini sebagai seruan untuk kebebasan dan kritik terhadap pemerintah saat ini (Beautynesia, Wikipedia, Reuters).
Respons Pemerintah dan Persepsi Publik
Pemerintah menanggapi fenomena ini secara tegas. Beberapa tokoh menyebut pengibaran simbol ini bisa menurunkan martabat bendera nasional, bahkan ada ancaman sanksi hukum berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera Negara (Beautynesia, Tempo, Reuters). Di sisi lain, aktivis, seniman, dan mahasiswa menyatakan bahwa penggunaan simbol ini justru merupakan bentuk seni protes damai, bukan provokasi (Reuters).
Respon Masyarakat dan Nilai Historis
Fenomena ini juga mencerminkan banyaknya orang yang memesan bendera One Piece sebagai respon terhadap situasi politik saat ini (Reuters). Aksi ini mengingatkan kembali sejarah panjang tradisi protes dan simbolisme dalam budaya aktivisme Indonesia.
Catatan:
Teks di atas sepenuhnya hasil penulisan ulang, tanpa mengutip atau meniru kalimat asli dari tempo.co.
Sumber informasi didasarkan pada hasil pencarian online yang merangkum isi asli secara objektif, seperti detik, Beautynesia, Reuters, dan Wikipedia.