Fakta Terlarang

  • Home
  • Fakta Terlarang

Fakta Terlarang kalau berani jangan takut
kalau takut harus berani

"Tolong, tolong lep***an saya, saya mohon" r!ntih Sekar di pojok sebuah gudang yg sempit dan gelap. "Hahaha, manis sekal...
26/06/2025

"Tolong, tolong lep***an saya, saya mohon" r!ntih Sekar di pojok sebuah gudang yg sempit dan gelap.

"Hahaha, manis sekali. Gue s**a bermain dengan paks@an" tawa keempat pria m4buk itu memenuhi seisi ruangan, membuat wanita dengan rambut panjang semakin ketakutan.

Sekar memegang erat baju nya yg sudah trkoyak akibat tarikan pria- pria laknat itu.

"Don, sikat Don.!!" titah seorang pria dengan rambut berwarna agak pirang.

"Siapp"

"Tidak, jangan dekat-dekat .!! pergi!!" Sekar terus m3ronta tatkala tangan-tangan jahanam itu terus mnjam4h tvbuhny4 yg sudah lemas.

"Hahaha, gadis manis."

"Jangan, saya mohon. Jangan sentuh saya.. Aaaaaaaaa" Jeritan gadis itu terdengar sangat memilukan. Namun semua itu tak membuat para pemuda itu merasa iba.

Sekar terkulai lemah di atas lantai dingin. Pria-pria itu silih berganti m3n9g4uli Sekar. Sekuat apapun Sekar br0nt4k, malah membuat mereka semakin b3r!ng4s.

"Hahahaha, en4k banget nih cewek, masih pr4wn lagi" ujar pria bertubuh tinggi bernama Vino. Tatapannya terlihat sangat menjijikan melihat tbvh bvg!l Sekar yg tergeletak tanpa bvs4Πa.

Sementara Bastian masih terus meΠgg4gah! Sekar secara brvt4l, meskipun tubuh gadis itu sudah tak berdaya. Dr4h segar mengalir dari pngkal pha milik Sekar.

Gadis itu mer!nt!h menahan sakit. Bukan hanya sakit karna lukanya, tapi juga sakit hati menerima kenyataan pahit yg menimpa dirinya. Belum cukup sampai disitu, Sekar juga di g4gah! secara bersamaan oleh ke-3 pria itu.

Suara parau Sekar terus terdengar meminta tolong, agar mereka menghentikan permainan keji mereka. Namun, ketiga pria itu tak mendengarkan r!nt!han Sekar.

"Hahahaha, udah pvas kan? kita kemon guys.!!" Ajak Vino pada teman-temannya.

"Yo, udah pu@s banget gue," timpal Bastian seraya membenahi reslet!ng cel4nanya.

"Tapi bro, ni cewek gimana?" tanya Kevin sedikit khawatir.

"Udah si, ribet banget lo. Biarin aja tu cewek disini, masih idup juga kan? lo mau kita di penjara gara-gara make ni cewek hah.!" sentak Vino. Semuanya terdiam. Kevin tak takut karna ia tak ikut mengg4ul! Sekar.

Awalnya ia akan melakukannya, namun ia keburu sadar kalo tindakannya itu sangat buruk. Ia memilih diam di sebuah kursi menatap ketiga temannya memperlakukan Sekar seperti sampah.

"Ayo cabut, sebelum ada orang liat.”

Mereka akhirnya pergi meninggalkan Sekar sendirian. Walau Kevin sedikit ragu meninggalkan Sekar sendirian disana dengan keadaan yg mengen4skan.

Sekar mer!ntih pelan. Merasakan sakit yg luar biasa di area int!mnya. Juga bdan yg terasa remuk. Sekar mencoba bangkit, ia mer@ba benda di sekitarnya untuk bisa bangun. Sekar menarik tubuhnya dengan sekuat tenaga.

Tangannya bertumpu pada meja usang yg tak jauh dari tempatnya. Beberapa kali tubuhnya ambruk di lantai. Hingga akhirnya Sekar tak sadarkan diri. Area int!mΠya mengalami pndrhan hebat. Dan nahasnya, Sekar harus menemui ajalnya dengan cara yg sangat tidak pantas.

Sebelum ia menghembuskan nafas terakhir, Sekar sempat mengucapkan sumpah, jika ia akan membalaskan dendam yg membara di hatinya. Angin malam berhembus kencang, suara petir seakan melengkapi sumpah serapah yg terucap dari mulut Sekar.

-

Keesokan harinya, seorang wanita paruh baya tak sengaja menemukan jasad Sekar yg sudah membeku. Bau amis drah menyeruak di seluaruh ruangan.

"Astagfirullah, myat... Ya allah nak Sekarr..!! Tolong—" Pekik Bu Rahma, yg kebetulan pemilik kost yg di tempati Sekar. Gudang itu memang milik ibu Rahma, entah apa yg membuat bu Rahma ke sana.

Gudang itu berjarak lumayan jauh dari rumahnya, dan juga kost-kostan miliknya. Bu Rahma pergi ke gudang itu untuk mencari barang yg ia butuhkan, dan tak sengaja menemukan myat Sekar yg sudah membeku.

Para warga akhirnya berdatangan mendengar teriakan Bu Rahma. Mereka bergotong royong membawa jsad Sekar ke rumah bu Rahma, karna Sekar sudah tak memiliki siapa-siapa setahu mereka.

Jsad Sekar akhirnya di kebumikan secara layak oleh para warga disana. Bu Rahma sudah menganggap Sekar sebagai anaknya sendiri. Sekar memiliki sifat yg sangat baik. Ia tergolong wanita yg ramah dan baik.

Semua orang menyukainya karna keramahannya. Ia juga murah senyum, selain itu, ia murid berprestasi disekolahnya. Sekar sekolah sambil bekerja. Ia membiayai hidupnya sendiri. Namun, malam itu, ia harus kerja lembur, hingga membuat ia harus p**ang sendirian di malam hari karna tak ada lagi angkutan umum yg lewat.

Takdir tak dapat di hindari, ia bertemu dengan segerombolan pria mbuk di jalan sepi. Awalnya Sekar ragu untuk lewat jalan itu, namun jalan itu adalah jalan satu-satunya yg ia lewati untuk sampai ke kostan miliknya.

Alhasil, segerombolan pria itu mencegat Sekar, dan menyertnya ke dalam sebuah gudang yg tak jauh dari sana. Dan terjadilah kejadian nahas tersebut.

Jenazah Sekar akhirnya selesai di kebumikan. Semua pelayat satu persatu meninggalkan pusara Sekar yg masih basah.

-
-

"Vin, cewek yg semalem kita bungkus gimana ya? gue takut kalo dia mti" ujar Bastian dengan raut khawatir.

"Mana gue tau lah. Kalo dia m4ti juga biarin aja, emang udah waktunya dia mti kali,” tukas Vino enteng.

"Gil@ lo vin, gue br3ngsek tapi gak se b3jad elo," cecar Doni dengan tatapan tak percaya.

"Kalo gue gak m4bok, gak bakalan gue g4sak tu cewek. Nyesel gue, sumpah. Ngerasa bersalah banget gue" rutuk Bastian.

" Halahh, ribet banget sih lo pada. Percuma nyesel, kalian nikm4tin juga kan? kecuali di Kevin tuh, si bencong," ujar Vino dengan angkuhnya.
Ketiga pria itu hanya geleng kepala melihat tingkah Vino yg sama sekali tak memiliki hati nurani.

Malam harinya, sebuah cahaya merah memancar dari sebuah gundukan tanah yg masih basah itu. Di iringin hembusan angin malam dan suara gagak yg saling bersahutan. Lalu, sebuah tangan muncul dari gundukan tanah itu.

Judul: AMARAH ARWAH SEKAR ARUM
Penulis: DitaAp

AMARAH ARWAH SEKAR ARUM [TAMAT] - Dita Ap
" Tolong, tolong lepas kan saya, saya mohon" rintih Sekar di pojok sebuah gudang yg sempit dan gelap...

Baca selengkapnya di aplikasi KBM App. Klik link di bawah:
https://read.kbm.id/book/detail/9fedfee6-88ff-427f-901f-5d0a7cd1274d?af=8de7b187-677e-98f0-3ee5-5e430870ea46

ART yang Merus4k Rumah Tanggaku 5“Pa, dicariin ibu,” panggilku.Mas Diki yang awalnya tertawa, langsung berubah wajahnya ...
26/06/2025

ART yang Merus4k Rumah Tanggaku 5

“Pa, dicariin ibu,” panggilku.

Mas Diki yang awalnya tertawa, langsung berubah wajahnya ketika melihatku. Ia juga berd3cak malas.

Aku tetap berdiri di sebelahnya, menunggunya sampai mau masuk ke dalam rumah.

“Iya, ini ada pengg4nggu yang datang. Matiin dulu, ya! Nanti aku telepon lagi.” Mas Diki mengakhiri panggilan teleponnya.

Apa yang dikatakannya barusan? Pengg4nggu? Aku dianggap pengg4nggu? Keterlaluan!

“Kamu teleponan sama siapa barusan?” tanyaku meny3lidik.

Bukannya menjawab, Mas Diki hanya melirik ke arahku sekilas. Kemudian, ia masuk ke dalam rumah.

Aku hanya bisa menggelengkan kepala. Oke, Mas! Mending aku cerita sama ibu, kalau kamu mulai berubah.

Ke-bu-rukan tentang suami, aku lebih memilih untuk cerita ke orang tuanya sendiri dari pada cerita ke keluargaku.

“Sofia, ayo, duduk! Kita makan bersama!” Ibu mertua memanggilku.

“Iya, Bu.” Aku duduk di sebelahnya.

“Ayo, makan! Ini rendang daging kes**aanmu dan Diki.”

Baru juga aku menyendokkan nasi ke piring, aku sudah merasa mu4l.

“Kenapa?” tanya ibu mertua.

“Nggak tahu, Bu. Rasanya mu4l. Pa, tolong ambilkan minum!” pintaku pada Mas Diki. Di depannya ada dua gelas air putih.

Mas Diki melihatku mal4s, ia mengambil salah satu gelas yang ada di depannya, lalu memberikannya padaku. Namun, air di dalamnya sampai tump4h karena Mas Diki meletakkannya dengan kas4r.

Aku menghela napas panjang. Mas Diki memperlihatkan ketidakpeduliannya padaku di depan ibu mertua.

Selesai membasahi kerongkonganku, aku malah merasa semakin mu4l. Aku berlari ke kamar mandi dan mengelu4rkan munt4han yang rasanya pahit.

“Kamu s4kit, Fia?” tanya ibu mertua perhatian. Ia menyusulku, padahal menggunakan kursi roda. Sementara, anaknya malah a-cuh padaku.

Aku membersihkan mu-lutku menggunakan air, kemudian mengel4pnya dengan tissue.

“Aku nggak sakit, Bu. Cuma mu4l aja,” jawabku. Lalu, mendorong kursi roda ibu mertua kembali ke meja makan.

“Jangan-jangan kamu ha-mil lagi, Fia?” tebak ibu mertua.

Aku mencerna ucapan ibu mertua. Apa mungkin, ya, aku ha-mil? Aku memang sudah te-lat ha-id du4 minggu. Tapi, aku nggak mau terlalu berharap.

Ke-gu-gu-ran yang pernah aku alami beberapa bulan yang lalu masih membuatku tr4uma. Aku takut ha-mil lagi dan ke-gu-gu-ran lagi. Itu sa-kit banget rasanya.

“Apa kamu sedang te-lat ha-id?”

“Iya, Bu. Te-lat du4 minggu,” jawabku pelan.

Mas Diki malah menat4pku taj4m. Beda ketika mendengar keh4milanku yang dulu, ia terlihat senang sampai men4ngis terharu. Namun, kali ini sepertinya ia tidak s**a.

“Bisa jadi kamu ha-mil. Sudah kamu t3st? Kalau belum, kamu harus segera beli t3st pack!” Ibu mertua nampak berbinar. Aku tahu, ini adalah yang selama ini ditunggu-tunggu oleh keluarga Mas Diki.

“Iya, Bu. Nanti, aku beli,” balasku pasr4h. Walaupun sebenarnya aku enggan melakukan t3st. Sungguh, aku masih tr4uma.

“Kamu di rumah aja! Biar nanti Diki yang beliin,” perint4h ibu mertua.

“Siap, Bu. Selesai makan, aku langsung ke Ap0tek untuk membeli t3st pack,” sahut Mas Diki penuh semangat. Ia juga menghabiskan makanannya secepat kil4t. Kemudian, pamit berangkat membeli t3st pack.

***

“Sebenarnya, ibu nyuruh kamu dan Diki ke sini karena ibu pengen cerita, Fia,” ucap ibu mertua.

Saat ini kami sedang berada di kamarnya. Ibu duduk dan bersandar pada kepala tempat tidur dan aku duduk di sampingnya.

“Cerita apa, Bu?” tanyaku seraya meng3lus punggung tangan ibu.

“Ini tentang Dini,” jawab ibu terlihat se-dih. Bahkan, mata ibu mulai berk4ca-k4ca.

Dini adalah adik kandung Mas Diki. Ibu mertuaku punya dua anak, sama seperti ibuku juga. Anak pertama laki-laki dan anak kedua perempuan.

“Kenapa dengan Dini, Bu?” Perasaanku mulai tidak enak. Ibu sampai men4ngis, berarti terjadi hal bu-ruk pada adik Mas Diki tersebut.

Ibu mengambil napas panjang, kemudian mulai bercerita.

“Suami Dini se-ling-kuh, Fi. Sudah ada beberapa bu-lan katanya.”

Aku menutup mulutku. Dini kurang apa coba? Di mataku dia wanita yang sempurna. Sudah cantik, sabar, selalu nurut sama suaminya. Disuruh suaminya keluar ker-ja nurut, nggak boleh keluar rumah juga nurut, pintar masak, telaten ngurus rumah sendiri. Tapi, masih tega Fatir mengkhi4natinya.

“Selamam Dini ke sini, katanya mau tinggal di rumah ibu aja. Dia n4ngis-n4ngis bilang nggak kuat menjalani rumah tangganya.” Ibu meny3ka air matanya. Aku yang merasa iba, memeluk ibu.

Dini yang sabar aja sampai bilang nggak kuat sama rumah tangganya? Berarti Fatir sudah sangat keterl4luan.

“Kemarin mereka bert3ngkar hebat di sini. Fatir mel4rang Dini p**ang ke sini. Dia men4rik tangan Dini dan membawanya p**ang. Sangat kas4r!” Ibu semakin ses3nggukan.

Ternyata, Fatir telah berubah. Ia yang biasa bersikap lemah lembut pada Dini, sekarang berubah menjadi k4sar. Bahkan, berani menunjukkannya di depan ibu mertuanya.

“Ibu mana yang nggak se-dih, kalau tahu anaknya dis3lingkuhi? Apalagi Dini itu sudah sangat nurut sama Fatir. Tapi, apa balasan Fatir padanya?”

Aku meng3lap air ma-ta ibu menggunakan tangan kos0ngku. Rasanya ikut sa-kit saat melihat ibu m3n4ngis.

Kuurungkan niatku untuk menceritakan tentang Mas Diki. Hanya akan menambah be-ban lu-ka bagi ibunya. Sementara waktu ini, aku harus bisa bersabar menghadapi perubahan sikap Mas Diki.

“Kata Dini, s3lingkuhrn suaminya itu masih single, Fia. Dini juga bilang, Fatir mulai berubah setelah p**ang dari rumahmu.”

*Deg!*

*Mungkinkah hal ini ada hubungannya dengan Siti?*

*Yuk, temukan jawabannya dengan langsung membaca ke KBM App!*

*Bisa juga membaca cerita ini di Tik Tok dengan akun : Falia K*

Link kbm https://read.kbm.id/book/detail/66a15861-c353-4a5a-958b-ee9361736683?af=11bf97fa-24f3-4a88-b4f4-4aeeabb6610a

Kakakku minta dice rai tepat setelah i jab qa bul, hanya karena malu suaminya mis kin. Setelah dita lak, Kakak iparku it...
25/06/2025

Kakakku minta dice rai tepat setelah i jab qa bul, hanya karena malu suaminya mis kin. Setelah dita lak, Kakak iparku itu malah melamarku. Namun tidak disangka, Kakakku ingin mere butnya kembali karena ma har yang diberikan padaku ternyata...

Part5

"Tuan? ma-maksudmu apa, Malik?" tanya Gita, ia terkejut sampai matanya membola.

"Siapa dia, Malik? kenapa dia memanggilmu Tuan?" Bu Marwah juga terkejut. Ia berpikir, bagaimana bisa ada pria gagah menaiki mobil mewah, malah memanggil menantu yang dianggapnya miskin itu, Tuan.

Pak Samsudin juga tak kalah kaget, hingga menanyakannya langsung pada menantunya itu.

"Tolong jelaskan pada Bapak, siapa kamu sebenarnya, Malik? kenapa banyak sekali kejutan yang datang berturut-turut sejak kamu menikahi Nayara?" tegas Pak Samsudin.

"Saya Malik darmawan, Pak. Saya berasal dari kota. Nanti kapan-kapan, kita ke kota, kalau pas orang tua saya p**ang ke indonesia, ya, Pak?" Hanya itu jawaban Malik.

"Baiklah, nanti kalau Bapak sudah ada waktu, kita ke sana. Bapak juga belum pernah bertemu dengan orang tuamu. Tapi siapa orang ini, kenapa memanggilmu Tuan?" Pak Samsudin masih penasaran.

"Oh, ini namanya Syarif, Pak. Dia sopir pribadi saya," jelas Malik setelah memanggilnya untuk mendekat. Syarif pun membungkukkan badan, setelah dikenalkan oleh majikannya.

Mereka semuanya tercengang, termasuk Nayara. Karena Nayara sendiri tidak tahu siapa orang yang kemarin telah menikahinya.

"Sopir pribadi? berarti Malik bukan orang sembarangan. Kenapa aku tidak pernah tahu kalau ternyata Malik orang yang tajir. Aku jadi menyesal kalau seperti ini. Ah, tapi tunggu dulu, aku belum pernah masuk ke rumah barunya. Ya, memang aku sering melihat rumah mewah yang ada di pinggir jalan itu, yang belum lama dibangun. Tapi aku juga belum pernah melihat isinya. Kalau ternyata isinya juga mewah, berarti beneran dia tajir. Aku harus memastikannya dulu," batin Gita.

"Jadi, kamu punya mobil pribadi? terus selama ini kamu taruh di mana mobil ini?" tanya Pak Samsudin.

"Mobil ini biasanya ada di kota, Pak. Saya menggunakannya hanya jika ada pekerjaan mendesak saja, dan Syarif lah yang mengantar jemput saya," terang Malik tidak ada yang ditutupi.

"Oh, jadi begitu. Berarti kamu juga memiliki pekerjaan di kota. Nanti kapan-kapan cerita ke Bapak tentang apa pekerjaanmu di kota," pinta Pak Samsudin yang langsung di iyakan oleh Malik.

"Kenapa kamu tidak bilang, Mas kalau kamu itu sebenarnya kaya, apa kamu punya rencana yang aku tidak tahu. Maaf, karena pernikahan kita terlalu mendadak, jadi entah kenapa pikiranku berkelana ke mana-mana setelah tahu bahwa ternyata kamu bukan orang miskin seperti yang mereka tuduhkan padamu," sahut Nayara sembari melirik ke arah Gita dan Ibunya.

Setelah mengetahui bahwa Malik bukan orang miskin, Nayara justru malah merasa khawatir. Ia takut kalau ternyata Malik mempunyai rencana jahat. Tapi setelah dipikir lagi dan melihat perlakuan Malik sejak ijab qabul kemarin, rasa khawatir itu tidak terlalu berlebihan.

"Mas tidak kaya, kok, Dek. Jadi nggak perlu bilang-bilang, kan. Lagi p**a tidak ada yang bertanya kalau soal harta. Mas salut sama warga di sini, mereka tidak membedakan antara yang kaya dan yang miskin," ucap Malik berhasil membuat Bu Marwah dan Gita salah tingkah, soalnya hanya mereka berdua yang selalu menghina Malik.

Malik kemudian mengajak semuanya memasuki mobil untuk berangkat, takut kesorean. Sebenarnya jarak rumahnya tidak terlalu jauh, berjalan kaki pun masih bisa dilalui. Tapi berhubung Syarif masih ada di sini, Malik pikir lebih baik naik mobil saja.

"Eh, tunggu dulu! Ibu juga mau ikut!" ucap Bu Marwah.

"Katanya tadi ibu nggak mau ikut, bukannya Ibu malu mempunyai menantu miskin?" ucap Pak Samsudin menohok.

Bu Marwah tidak menggubris ucapan suaminya, ia berlalu memasuki kamar untuk bersiap.

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Bu Marwah keluar, dan mereka pun berangkat ke rumah barunya Malik.

Tidak membutuhkan waktu lama, hanya beberapa menit saja mereka sudah sampai.

Mobil mulai memasuki halaman luas setelah melewati pintu gerbang. Rumah berlantai dua bernuansa putih itu terlihat sangat megah, membuat Bu Marwah dan Gita terpelongo.

Mereka semua masuk, dan disambut beberapa asisten rumah tangga yang sudah menyiapkan jamuan.

Ruang tamu yang luas dan barang-barang yang semuanya berharga fantastis membuat kedua orang yang telah menghina Malik tercengang.

"I-ini beneran rumah kamu, Malik?" tanya Gita terbata, tidak menyangka kalau orang yang sudah menikahinya dan langsung diminta menceraikannya, ternyata bukanlah orang miskin.

"Kalau bukan rumahku, tidak mungkin aku menyuruh kalian masuk," jawab Malik singkat.

"Masya allah, Malik. Bapak tidak menyangka kalau kamu ternyata orang berada. Bapak jadi malu, sudah menjodohkan kamu dengan anak Bapak," ungkap Pak Samsudin merasa tidak enak setelah tahu semuanya.

Pak Samsudin tidak pernah menyangka, kalau Malik ternyata orang kaya. Beliau hanya melihat kebaikan dan ketulusannya, sehingga ingin menjodohkannya dengan salah satu putrinya, dan kini sudah terlaksana walaupun banyak drama.

"Kenapa Bapak mesti malu, justru saya sangat berterima kasih pada Bapak, karena sudah mau menikahkanku dengan putri Bapak yang cantik ini," jawab Malik sambil menoel hidung mancung Nayara, hingga membuat pipinya bersemu merah.

"Terima kasih, Malik tolong jaga anak Bapak baik-baik," ucap Pak Samsudin berpesan.

Tapi melihat perlakuan Malik terhadap Nayara, Pak Samsudin menjadi lega, walaupun pernikahan mereka mendadak, karena mereka memang saling mencintai. Ia berdoa dalam hati, semoga Malik tidak berubah dan pernikahan mereka langgeng sampai tua dan hanya ajal yang memisahkan.

"Kenapa kamu tidak bilang padaku kalau kamu ini sebenarnya kaya. Kamu sengaja menyembunyikannya dariku agar bisa menolak perjodohan kita waktu itu, agar kamu bisa menikah dengan Nayara, begitu maksud kamu?" sela Gita emosi.

"Tidak, aku tidak pernah menyembunyikan apapun. Aku juga tidak pernah menolak, kan saat Bapak menjodohkan kita," balas Malik tenang.

"Tapi kenapa kamu tidak pernah bilang kalau kamu itu bukan orang miskin. Itu artinya hamu salah besar dalam masalah ini," Gita kekeh bahwa Malik bersalah karena menurutnya telah menyembunyikan kekayaannya.

"Bukannya aku sudah bilang, kalau tidak ada yang bertanya, buat apa bercerita. Biar saja orang menilaiku sesuai dengan pikiran mereka."

Sebenarnya setelah melihat sendiri rumah barunya Malik, Gita sangat menyesal sudah meminta cerai darinya. Ia tak menyangka kalau lelaki yang dianggapnya miskin, ternyata punya segalanya. Gita hanya melihat semuanya dari penampilan Malik kala itu.

"Kalau gitu kamu harus tanggung jawab karena sudah menyembunyikan hal besar seperti ini padaku!" pinta Gita.

"Tanggung jawab apa maksudmu, Gita?" balas Malik tak mengerti.

"Kamu masih bisa tanya tanggung jawab apa? Kamu itu harus tanggung jawab untuk menikahiku kembali, Malik! dan sekarang juga kamu harus mentalak Nayara?!"

"Hah?!"

Bersambung-

Judul : Dilamar Kakak Ipar
Penulis : Cahaya terang
On going di K B M app
L

Mas Fahmi berselingkuh dengan rekan kerjanya di Pabrik. Terlanjur sakit hati, aku memilih kabur dari rumah membawa anakk...
25/06/2025

Mas Fahmi berselingkuh dengan rekan kerjanya di Pabrik. Terlanjur sakit hati, aku memilih kabur dari rumah membawa anakku. Kembali ke rumah Mama kandungku yang memiliki segalanya. Mas Fahmi tidak pernah tahu kalau aku merupakan anak konglomerat yang bisa membalas perbuatannya.

***

Part 1

POV Fahmi

"Ini uang bulanan kamu, Dek." Sekitar tiga puluh lembar uang berwarna merah ku letakkan di atas meja makan.

Indri baru selesai menata sarapan di atas meja. Segera mengambil uang ku letakkan tadi dan menghitungnya.

"Tiga juta, Mas?" tanya Indri. Seolah tidak bersyukur ku kasih uang berjumlah segitu.

"Iya, itu sama uang kredit rumah kita ya, satu juta." Aku menyahut malas dan segera mengambil sarapan. Sepuluh menit lagi aku harus berangkat ke pabrik. Jabatanku di sana cukup tinggi, sebagai kepala produksi.

"Kemarin, kan, aku minta uang bulananku di tambahin, Mas. Kamu lupa, ya?"

Apa iya? Aku mencoba mengingat-ingat sambil menikmati sarapan. Ah, sepertinya aku memang lupa. Selama enam bulan belakangan ini, aku memang mengurangi jatah belanjaan Indri. Dia tidak protes karena alasanku membantu adikku yang sedang berkuliah.

Indri tidak mempersalahkan itu. Karena dia sangat pengertian akan tanggung jawabku sebagai seorang kakak dan anak yang harus tetap berbakti pada orang tua meski sudah menikah. Hanya saja itu sebagian dari alasanku agar dia tidak curiga ke mana uang gajiku semuanya. Karena aku hanya memberikannya beberapa persen saja.

"Mas nggak lupa, Dek." Aku berkilah. Sengaja, karena tidak mau memicu pertengkaran di pagi hari. Sebab kalau menjawab jujur, sudah pasti Indri marah padaku.

"Sindi kemarin minta uang, katanya mau bayar UKT. Jadi, Mas nggak bisa tambahin uang belanjaan kamu. Mas juga udah kirim jatah Ibu bulan ini dan bayar cicilan mobil juga, jadi uangku sisa itu," terangku. Yang jelas semuanya tidak benar.

Aku memang mengirim uang UKT adikku, Sindi. Tapi hanya separuh saja. Bahkan bulan ini aku mengurangi jatah bulanan Ibu juga.

Tidak ada diantara mereka yang tahu. Hanya aku saja. Sebab uangnya ku pergunakan untuk membeli skincare mahal pacarku, Nina.

Nina mengeluh wajahnya kusam. Jadi merengek minta dibelikan skincare mahal supaya bisa jadi lebih cantik. Aku memang selalu tidak bisa menolak rengekan Nina. Perempuan itu, ah, aku tidak bisa menjabarkannya karena semenjak berpacaran dengan Nina—jauh lebih muda dariku—aku merasa kembali muda lagi.

"Tapi apa nggak bisa kamu tambahin lima ratus ribu aja, Mas? Sufor Rafa, lho, udah habis. Pampersnya juga. Belum lagi aku harus bayar listrik dan biaya asuransi kesehatan. Mana cukup ini, Mas." Indri mengeluh. Baru kali ini aku mendengarnya benar-benar mengeluh.

"Mau gimana, Dek. Uang Mas juga tinggal isi bensin ini sampai bulan depan."

Indri tampak lesu. Ekpresinya tertekan. Mungkin pusing mengatur keuangan. Tapi aku tidak peduli. Asal kebutuhan Nina bisa ku penuhi. Malam ini pun aku sudah berjanji mengajaknya dinner di sebuah restoran mahal, bintang empat.

"Kamu kan masih menjahit, Dek. Biasanya juga kamu bantu keuangan kita pakai hasil uang menjahit kamu," ujarku.

"Tapi pesanan menjahit lagi sepi, Mas."

"Pasti ada pesanan nanti, Dek. Kamu harus yakin." Sarapanku sudah habis. Lantas aku meraih topi di atas meja makan dan memakainya. "Mas pergi dulu, ya, takut telat."

Sebelum pergi aku menghampiri Rafa—putraku—dia masih terlelap di tempat tidurnya.

"Harusnya kamu nggak perlu buru-buru beli mobil, Mas. Jadi, kita nggak perlu repot-repot tambah bayar cicilan. Aku udah nyaranin nabung dulu."

"Kamu tuh harus bersyukur dikit, Ndri?! Mas beli mobil juga demi Rafa. Supaya dia nggak kehujanan kalau kita pergi ke mana-mana. Kenapa kamu kayak salahin Mas karena ambil mobil?" Aku menyentak Indri. Jujur saja, aku paling tidak s**a disalah-salahkan seperti ini.

Memang alasanku membeli mobil bukan sepenuhnya karena Rafa. Tapi karena Nina juga, Nina tidak s**a naik motor bila berpergian. Jadi, demi pacar tersayang aku memaksa menyicil mobil meski Indri kurang setuju. Sebab keuangan kami masih belum stabil p***a virus yang pernah membantai dunia.

"Tapi kalau gini jadinya. Yang pusing aku, lho, Mas."

Aku menatap Indri malas. "Kamu kurang bersyukur. Masih mending aku tetap kasih kamu uang bulanan. Sudahlah, jangan buat aku badmood pagi-pagi begini karena keluhan kamu itu. Aku harus fokus kerja," gerutuku dan berlalu dari hadapan Indri.

Hebatnya Indri masih mengantarkan ku sampai depan teras meski aku sudah bersikap seperti itu padanya. "Kamu hati-hati, Mas."

Aku menjawab dengan gumaman. Sebab masih jengkel padanya. Mobil ku kendarai membelah jalanan. Tidak langsung menuju pabrik, tapi menuju salah satu kos-kosan cukup elit, di mana kekasihku tinggal di sana.

"Hai, sayang!" Nina yang wangi menyapaku dengan ceria.

Aku selalu s**a dengan wangi parfumnya yang memabukkan. Beda dengan Indri yang sudah jarang memakai parfum bahkan merias wajahnya saja sudah tidak pernah. Itulah yang membuatku muak melihatnya dan memilih berpacaran dengan Nina, masih muda dan segar.

"Pagi, sayang. Sudah sarapan?"

Nina menggeleng sambil berlayut manja di lenganku. "Belum sayang, aku mau sarapan bubur sum-sum. Beliin, ya?" Mata Nina berkedip lucu. Gemas sekali melihatnya. Aku selalu merasa dibutuhkan dan dicintai ketika bersama perempuan ini. Beruntung aku memiliki Nina.

Bersambung

Penasaran dengan kelanjutannya? Baca di KBM App

Judul: Pabrik Pelakor
Penulis: PuanSrt

Gadis yang kunikahi karena pelampiasan itu kini berubah diam. Tadinya dia ceria, tapi setelah aku mendapat kecupan dari ...
25/06/2025

Gadis yang kunikahi karena pelampiasan itu kini berubah diam. Tadinya dia ceria, tapi setelah aku mendapat kecupan dari mantan kekasihku, dia pergi tanpa membawa apa pun kecuali ....

Bab 8

"Kamu dari mana saja, hah! Kenapa pergi tanpa bilang padaku? Kamu mau menyiksaku dengan rindu ini?"

Aku membingkai wajah Alka yang semu kemerahan itu. Setelah sekian lama, akhirnya aku bertemu dia lagi. Aku mendapatkannya lagi.

Kupeluk erat tubuhnya yang dingin itu. Meskipun dia ingin melep***annya terus menerus, aku tidak akan mau. Tak kubiarkan dia pergi lagi. Aku juga mengusap perutnya yang sudah terlihat menyembul itu.

"Lep***an aku, Mas! Aku mau p**ang!" ucapnya saat itu.

"Kamu harus p**ang denganku. Kamu sudah membuatku gil4 karena kepergianmu, Alka!"

Tania yang mendelik melihat adegan ini pun, kini tangannya menarik-narik tanganku agar melep***an Alka. "Arkav! Kamu ngapain civm dia! Kamu ngapain peluk dia! Dia kan pembantu!"

"Diam! Dia bukan pembantu, Tania! Dia istriku!" Aku membentak Tania ganti.

"Apa!" Tania syok. Tangannya menutup mulut yang ternganga itu. "Enggak mungkin! Kamu pasti sedang stres, kan, karena tidak terima aku dinikahi Rian saat itu. Aku mohon Arkav, kamu jangan kayak gini!"

Aku menggeleng kepala. Harus bagaimana lagi aku jelaskan padanya. "Cukup, Tania! Alka yang kamu kira pembantu itu, dia adalah istriku! Dia mengandung anakku!"

"Apah? Kamu gil4, Arkav? Kamu berhubungan sama dia? Kamu ...." Tangis Tania pecah saat itu juga.

Agar dia percaya akan ucapanku, di pinggir jalan itu aku mencivm Alka lagi. Di depan mata Tania, aku menunjukkan kalau Alka memang istriku yang sah!

Tania tak bisa berkata-kata lagi. Bola matanya membulat sempurna seperti kelereng. Melihatku melakukan itu pada Alka, Tania gemetaran. Dia pasti tidak menyangka.

Sambil menggeleng tidak terima akan kenyataan ini, mantan kekasihku itu pun lantas pergi. Dia lari masuk kembali ke dalam mobilnya, lalu pergi dari hadapan kami.

"Lep***an aku!" Giliran Alka sekarang yang ingin pergi.

"Aku tidak akan membiarkan aku pergi lagi, Alka. Tolong, kasihanilah aku. Selama ini kamu tidak tau seberapa sedihnya aku saat kamu pergi." Aku terus menggenggam tangannya.

"Enggak, Mas. Kamu enggak sedih. Kamu begini hanya saat butuh aku saja. Setelah ada orang lain yang lebih baik dari segi apa pun, kamu membuangku begitu saja. Kamu lupa, kalimatmu yang bilang kalau aku bukan siapa-siapa itu? Sejak saat itu aku sudah putuskan untuk pergi dan tidak akan pernah kembali lagi. Satu hal lagi, bentakanmu yang berkali-kali itu yang membuat hatiku pecah berkeping-keping. Dan mustahil kembali dalam keadaan utuh."

Alka terus saja mencoba melep***an diri dariku. "Aku minta maaf, Alka. Aku menyesal. Aku janjii, tak akan mengulanginya lagi. Sekarang kamu bilang, ini anakku, kan? Janin yang ada di dalam perutmu itu anakku, kan, Alka? Dia darah dagingku, kan!" Tanganku gemetaran saat bertanya.

"Bukan! Kamu salah sangka, Mas. Aku sudah punya kehidupan sendiri. Jangan berharap apa pun lagi. Aku mencintai pria lain. Bahkan, selama pernikahan kita dan aku mencurahkan setiap detik waktuku untukmu, apa pernah kamu bilang cinta padaku? Enggak pernah, kan? Saat kamu memintaku melayanimu pun, kamu tidak pernah menunjukkan peranmu sebagai suami!" Air mata Alka kembali luruh di pipinya. Mengalir deras seperti sungai bening yang membuatku menyadari semua itu.

"Oh ya, aku lupa." Dia menangis tapi tertawa. "Aku lupa kalau awal pernikahan kita hanya untuk pura-pura. Aku istri yang kau beli, kan? Sehingga Mas bisa semena-mena terhadapku. Sekarang aku lega bisa pisah darimu, Mas. Dan aku tegaskan sekali lagi, dia bukan anakmu!"

Seketika ucapan Alka itu membuat sekujur tubuhku meremang. "Anak pria lain?" Aliran darahku berdesir.

"Iya. Ini bukan anakmu, Mas! Kamu tidak pernah punya anak. Sekarang, biarkan aku pergi! Biarkan aku hidup bebas tanpa tekanan atau harus mengemis perhatianmu lagi. Sekarang aku sudah menemukan kebahagiaanku sendiri."

Aku terpaku beberapa saat. Hingga tanganku terlepas sendiri saat memegangi lengannya Alka. Pikiranku melayang, sesakit itukah hatinya sampai dia langsung menikah lagi dan punya anak dengan pria lain?

Tak terasa, tiba-tiba Alka sudah pergi. Lamunanku yang singkat tadi malah membuat dia terlepas lagi.

"Alka!"

"Alka!" Aku histeris di sana sendiri.

"Alka, jangan tinggalkan aku lagi! Alka!"

Mungkin saat orang melihatku, mereka menganggapku tidak waras. Aku benar-benar kehilangan dia lagi.

🌹 Goresan Pena93 🌹

Kebetulan bulan ini aku dapat cuti. Bukannya kubuat liburan, aku menghabiskannya waktu berdiam diri di kamar. Menyesali semua yang sudah terlewat tanpa aku sadari.

Kubuka ponsel, mencari kenangan bersama Alka. Namun, satu pun fotonya tak ada dalam galeri. Sebegitu abainya aku padanya. Tak pernah menciptakan kenangan manis dengannya.

Aku hanya bisa membuat luka di hatinya. Padahal, saat itu aku mengira bahwa aku lah satu-satunya pria yang ada di hatinya. Aku lah pria yang paling dia cintai.

Baru sekarang aku sadar, aku tak pernah membalas cintanya sama sekali. Yang ada, aku malah memanfaatkannya saja. Maafkan aku, Alka.

Sudah tiga hari bosan di kamar, aku akhirnya keluar dari rumah hanya menggunakan sepeda. Mencari udara segar, sekaligus olah raga ringan untuk menjaga tubuh.

Alka sangat s**a aku olah raga. Dia selalu mengajakku jalan kaki keliling kompleks, tapi aku yang selalu menolak. Aku lebih memilih pergi ke tempat gym. Tentunya tanpa dia.

Mataku tertuju pada sosok yang mirip dengan Alka. Kebetulan, aku kembali melewati daerah kemarin saat aku menemukannya. Dia masuk ke dalam mobil sedan mewah warna putih, dengan siapa dia pergi?

"Alka!" teriakku.

Namun, mustahil dia dengar. Mobil itu pun melaju begitu saja. Dengan kendaraan seadanya, aku mengejar mobil itu.

Kupacu sepeda dengan sekuat tenaga meski harus berlomba dengan kendaraan lain yang menyalip. Aku terus berusaha menajamkan penglihatan, tak kubiarkan mobil itu hilang.

Rupanya, mobil itu mengarah ke rumah sakit. Aku masih mengikutinya sampai masuk ke dalam halaman yang penuh dengan mobil-mobil dan kendaraan lain. Lalu lalang orang lewat membuatlu selalu memperhatikan Alka yang terlihat mengenakan jilbab biru langit.

"Alka sama siapa itu?" lirihku sesaat. Aku melihat dia keluar dari mobil dengan seorang pria berkemeja putih.

Begitu terlihat wajah mereka, aku terkejut sampai merinding lagi. Itu Saka, temanku kuliah dulu! Astaga, Alka menikah dengan Saka? Benarkah Saka suaminya? Saka yang kini sudah menyandang gelar dokter SpOG.

Tak lama, mereka masuk ke dalam rumah sakit itu. Tapi, kalau Saka suaminya, kenapa mereka tidak gandengan? Apa mungkin mereka sedang marahan?

"Diam-diam, aku mengikuti mereka. Aku melewati satpam yang tiba-tiba menghadangku dan bertanya aku punya kepentingan apa datang ke rumah sakit dengan penampilan biasa.

"Maaf, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya satpam itu. Membuang waktuku saja!

"Saya mau jenguk!" bohongku agar segera terlepas dari pria itu.

"Jenguk siapa, Pak?" Dia tanya lagi. Astaga, bikin emosiku meled4k saja. Keburu Alka menghilang.

"Mau jenguk istri yang mau lahiran!" balasku mengasal lagi.

"Hah?" Satpam tersebut terlihat bingung.

Bersambung .....

Judul : Saat Kau Kembali Padanya
Penulis : Goresan Pena93
Aplikasi : Kbmapp

Address


Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Fakta Terlarang posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Shortcuts

  • Address
  • Alerts
  • Claim ownership or report listing
  • Want your business to be the top-listed Media Company?

Share