
25/07/2025
Apakah bakat seni itu warisan dari ayah-ibu, atau hasil dari sering nyoretin tembok waktu kecil?
Jawabannya: iya dan tidak. Bakat seni bisa jadi bernuansa keturunan, tapi bukan berarti kalau bapakmu pelukis, kamu otomatis bisa bikin lukisan yang dijual ratusan juta. Kalau pun bisa, biasanya dimulai dari nyoret-nyoret wajah di sampul buku dulu. Hayo siapa yang s**a gini.
Secara ilmiah, ada komponen genetik yang berperan dalam potensi seni. Misalnya, koordinasi motorik halus, persepsi visual yang tajam, atau kepekaan terhadap irama dan nada, semua itu bisa diturunkan. Jadi kalau keluargamu isinya orang yang gampang nangis dengar lagu sedih atau auto resah kalau lukisan miring 2 derajat, bisa jadi kamu juga punya sensor estetika yang tajam.
Tapi ingat, bakat tanpa latihan itu kayak punya pensil warna tapi nggak pernah dipakai. Lingkungan dan latihan berperan besar. Anak yang tumbuh di rumah penuh musik, lukisan, atau cerita-cerita indah cenderung lebih cepat mengeksplorasi bakatnya, bukan karena gen aja, tapi karena terpapar sejak dini.
Dan jangan salah, kadang “bakat seni” itu justru muncul dari rasa bosan, gagal, atau cari pelarian. Banyak seniman besar nggak lahir dari keluarga seniman, tapi dari pengalaman hidup yang kaya dan kadang pahit.
Jadi intinya:
Seni bisa “menular” dari gen, tapi yang bikin kamu benar-benar bisa adalah kombinasi minat, latihan, dan lingkungan yang mendukung. Warisan genetik mungkin kasih kamu kuasnya, tapi kamulah yang harus melukis jalan ceritanya.
Kalau orang tuamu nggak seniman, santai aja. Mona Lisa juga nggak dibuat Leonardo dari turunan bapaknya.
----
Now I Know