24/07/2025
Sedih.... Tapi cukup buat inspirasi
"Nenek dan Gerobak Sayurnya"
Di sebuah sudut pasar kecil di pinggiran desa, berdirilah seorang nenek renta bernama Nenek Sri. Rambutnya sudah memutih semua, tubuhnya bungkuk, dan langkahnya pelan. Setiap pagi sebelum matahari terbit, ia akan mendorong gerobak kayu tuanya yang berisi beberapa ikat bayam, kangkung, tomat, dan pisang hasil kebun kecil di belakang rumah reyotnya.
Nenek Sri hidup sebatang kara. Suaminya telah lama meninggal, dan anak semata wayangnya merantau dan tak pernah pulang. Namun, ia tak pernah mengeluh. "Yang penting bisa makan hari ini, besok urusan nanti," katanya sambil tersenyum.
Tak banyak yang membeli dagangannya. Sayur dan buahnya kalah bersaing dengan pedagang besar. Tapi para pembeli yang setia tahu: hasil kebun Nenek Sri segar dan ditanam dengan penuh cinta. Kadang, jika dagangan tak habis, ia pulang dengan sisa yang ia masak sendiri untuk makan malam.
Suatu hari, hujan turun deras sejak pagi. Pasar sepi. Gerobak tua itu basah kuyup, dan tubuh Nenek Sri gemetar. Tapi ia tetap bertahan, duduk berselimut plastik tipis, menunggu jika ada satu dua pembeli yang datang. Bukan demi uang semata, tapi demi rasa hidup. Karena setiap sayur yang ia jual, adalah bukti bahwa ia masih bisa berdiri di dunia yang keras ini.
Seorang anak muda lewat, membeli satu ikat bayam. “Nek, ini lebihnya. Jangan ditolak ya,” katanya sambil menyelipkan uang lebih. Nenek Sri tersenyum, menatap langit mendung. Di tengah kesepian dan perjuangan hidupnya, ia masih percaya, bahwa kebaikan tak pernah benar-benar hilang
berat