ARKA TV

ARKA TV Kajian Sunnah

26/01/2025

Pentingnya Tauhid...
Ustadz Abdullah Taslim, MA.

Repost Video Kajian Rodja TV ...

26/01/2025
22/01/2025

Bagimu yang belum memiliki keturunan...
Ustadz DR. Khalid Basalamah, Lc., MA.

22/01/2025

Kenapa do'a saya tidak dikabulkan ● Ustadz Khalid Basalamah

22/01/2025
Tidak penting kapan kita datang atau pergi meninggalkan dunia ini, yg lbh penting adalah apa yg kita tinggalkan ketika h...
19/01/2025

Tidak penting kapan kita datang atau pergi meninggalkan dunia ini, yg lbh penting adalah apa yg kita tinggalkan ketika hidup dan apa yg kita bawa setelah mati.

Sebab hidup semegah apapun kita membangunya, namun ia akan ttp berakhir, Pelan² atau mendadak cepat.

Begitulah hukum paling pasti tentang kehidupan didunia adalah perubahan dan ketidak abadian. Jadi, datang dan pergi adalah sesuatu yg sunatullah, Dia akan berlaku dengan sendirinya.

Maka hendaknya kita memperhatikan apa yg kita tinggalkan ketika hidup, dan inilah yg disebut kesan baik, peninggalan yg tetap bisa dirasakan manfaatnya setelah kita tdk ada lagi. Inilah yg paling penting diperhatikan mengingat usia kita didunia yg begitu singkat.

Pernahkah membayangkan tatkala jasad terbaring dlm kematian, pada hari itu orang² mendengar dan diantara mereka ada yg berkata "akhirnya Si fulan itu wafat, selama hidup banyak mendzalimi orang, perilakunya buruk, kerjaannya hanya berbuat maksiat dan bikin onar"... Betapa menyedihkan bukan, sudah mati pun keburukannya masih dibicarakan orang,

Disisi lain ada jg sebaliknya, dimana saat mendengar jasadnya terbaring dlm kematian, ada jutaan air mata tumpah dan mendoakan kebaikan untuknya, ada ribuan murid yg menangis karena merasa kehilangan sosok panutan, ada ribuan fakir miskin yg merasa sedih atas kehilangan sosok seorang yg dermawan, atau ada teman² seperjuangan yg merasa kehilangan sahabatnya, ini lah orang yg beruntung, meski ia sudah tiada namun tetap dikenang kebaikannya.

Karena itu mari membiasakan diri dari sekarang, mulailah meninggalkan kesan baik harus kita tradisikan dari hal² terkecil. Misalnya belajar menulis status dan berkomentar yg baik disosial media, bersikap baik dlm pergaulan, mudah menolong dan tdk bersikap pelit atau semisal kesan² baik yg lainnya.

Begitu p**a jika kita masuk ke suatu komunitas, lingkungan kerja, lingkungan belajar, keluarga atau tetangga, kita tekadkan ada kesan baik yg tinggal saat kita pergi.

Inilah sebagian pesan dari QS. Yasin: 12 (artinya),
Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).

Semoga hal ini menjadi motivasi bagi kita semua dalam ketaqwaan, beramal shalih, serta berbuat baik kepada sesama, sebab bisa jadi itu adalah kesan terakhir bagi kita yg akan terus dikenang dan menjadi pahala kebaikan.

Barakallahu fiikum

*

✍ Habibie Quote: 11/01/21

🌸 Bismillah SEMPATKAN BER-DZIKIR SETELAH SHALAT, WALAU SAMBIL BERJALAN“Barangsiapa yang memiliki urusan yang mendesak se...
19/01/2025

🌸 Bismillah

SEMPATKAN BER-DZIKIR SETELAH SHALAT, WALAU SAMBIL BERJALAN

“Barangsiapa yang memiliki urusan yang mendesak setelah sholat, maka janganlah ia meninggalkan berbagai dzikir selepas sholat.

Dan hendaklah dia membacanya dalam keadaan berjalan”
وو
Syaikh Albani Rahimahullah, (Fatawa Jaddah: 34)

📷 x

▪️▪️▪️▪️

Insyaa Allah kajian Pekanan ahad sore semoga Allah senantiasa memudahkan langkah kita untuk menghadirinya baarakallahu f...
19/01/2025

Insyaa Allah kajian Pekanan ahad sore semoga Allah senantiasa memudahkan langkah kita untuk menghadirinya baarakallahu fikum..

16/01/2025

Masa Mudamu Kamu Habiskan Untuk Apa..??
Ustadz DR. Khalid Basalamah, Lc,. MA.

16/01/2025
15/01/2025

Ada Saatnya Semua Akan Berakhir..
Ustadz DR. Khalid Basalamah, Lc., MA.

Benarkah Hasan Al-Bashri Mengajak untuk Memberontak? (Bag. 1)Penulis: Abu Ubaidah Yusuf As-SidawiArtikel Muslim.or.idBan...
15/01/2025

Benarkah Hasan Al-Bashri Mengajak untuk Memberontak? (Bag. 1)

Penulis: Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi
Artikel Muslim.or.id

Bantahan terhadap klaim bahwa beliau membolehkan kudeta

Ada sebagian kalangan yang teracuni paham Khawarij mengklaim bahwa Imam Al-Hasan Al-Bashri, seorang tabi’in mulia dan tokoh Ahli Sunnah, bahwa beliau termasuk yang menganjurkan pemberontakan dan kudeta menggulingkan Al-Hajjaj bin Yusuf, seorang gubernur yang zalim saat itu.

Maka demi menyingkap syubhat berbahaya ini dan membela kehormatan ulama, maka kami goreskan tulisan singkat ini.

Pertama: Imam Al-Hasan Al-Bashri adalah seorang tokoh ulama Ahli Sunnah yang sangat terkenal di zamannya hingga sekarang ini. Bahkan, kata-kata menakjubkan pernah dikatakan oleh Habib Al-Abid, “Aku masuk ke kota Bashrah, ternyata pasar-pasar di sana di tutup. Aku bertanya kepada penduduk sana, ‘Apakah hari ini ada perayaan yang tidak saya ketahui?’ Mereka menjawab, ‘Tidak, tapi sekarang ada Hasan Al-Bashri yang sedang mengisi kajian.’” (Al-Mawaidz wal Majalis, hal. 181)

Dan beliau dikenal sangat keras mengingkari paham kaum Khawarij sampai-sampai dikatakan oleh Qatadah, “Demi Allah, tidak ada yang membenci Hasan Al-Bashri, kecuali seorang Haruri (khawarij).” (Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad, 7: 174 dengan sanad hasan)

Bahkan diceritakan oleh Syekhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Majmu’ Fatawa (11: 280) bahwa Hasan Al-Bashri pernah mendoakan sebagian Khawarij yang menyakitinya (karena beliau tidak mengikuti ajakannya untuk kudeta), sehingga orang tersebut tersungkur mati.

Kedua: Ahlu Sunnah wal Jama’ah dalam beragama, pedoman mereka adalah Al-Quran dan hadis-hadis yang sahih. Mereka tidak beragama dengan ucapan manusia yang bisa benar dan bisa salah.

Oleh karenanya, ucapan dan pendapat siapa pun tidak boleh untuk dijadikan hujjah untuk melawan Al-Quran dan hadis yang shahih.

Hal ini berbeda dengan ahli bid’ah yang meninggalkan dalil Al-Quran dan sunnah yang jelas, dan berpedoman dengan ucapan manusia dan sejarah yang tidak jelas. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam Tahdzib Sunan (2: 300), “Tidak boleh menentang hadis-hadis sahih yang jelas dan sahih dengan riwayat-riwayat sejarah yang terputus dan keliru.”

Ahlu Sunnah wal Jama’ah meninggalkan ucapan manusia demi dalil, sedangkan ahli bid’ah meninggalkan dalil demi ucapan manusia.

Ketiga: Syekh Abdul Malik Ramadhani berkata, “Tidak ada riwayat yang sahih dari Hasan Al-Bashri yang mendukung kudeta dan pemberontakan. Itu hanyalah bualan kalangan orang yang berpaham Khawarij tatkala tidak menemukan dalil Al-Quran dan As-Sunnah. Mereka akhirnya mencari-cari alasan ucapan orang yang bisa mendukung kegelapan bid’ah mereka, walau terkadang dengan nama salaf dan kembali kepada ucapan mereka.” (Thali’ah Al-Hiwar Ad-Darij Baina Sunnah wal Khawarij, hal. 444)

Keempat: Terdapat riwayat-riwayat yang sahih dari Hasan Al-Bashri yang sangat bertentangan dengan paham Khawarij yang membolehkan pemberontakan. Berikut di antaranya:

Riwayat pertama
Imam Al-Bukhari dalam Tarikh Kabir (7: 399) dan Al-Ausath (1: 236) dengan sanad hasan dari Malik bin Dinar, beliau berkata, “Aku pernah bertemu dengan Ma’bad Al-Juhani di Mekah setelah peristiwa pemberontakan Ibnul Asy’ats dan beliau dalam keadaan terluka setelah ikut mengkudeta Al-Hajjaj. Lalu dia mengatakan, “Aku bertemu para ahli ilmu, aku tidak pernah melihat semisal Al-Hasan. Duh, seandainya kami mengikuti arahan beliau! Dia seakan menyesal karena ikut mengkudeta Al-Hajjaj.”

Ini menunjukkan bahwa Hasan Al-Bashri termasuk yang melarang pemberontakan.

Riwayat kedua
Ibnu Sa’ad (7: 164) dan Ibnu Abi Hatim dalam Tafsirnya (8897) serta Al-Ajurri dalam Asy-Syariah (62) meriwayatkan dari Umar bin Yazid, beliau berkata, “Saya mendengar Hasan saat kudeta Yazid bin Muhallab, beliau didatangi oleh rombongan, maka beliau memerintahkan mereka untuk berdiam di rumah mereka, dan menutup rapat pintunya, seraya mengatakan, “Demi Allah, seandainya saja manusia tatkala diuji dengan kedzaliman pemimpin mereka sabar, maka Allah akan segera angkat bencana tersebut dari mereka. Namun sayangnya, mereka beranjak kepada pedang sehingga memperparah keadaan.”

Riwayat ketiga
Ibnu Sa’ad (7: 172) meriwayatkan dari Abu Malik, beliau berkata, “Adalah Hasan apabila dikatakan kepadanya, ‘Mengapa engkau tidak keluar untuk kudeta demi mengubah keadaan?’ Beliau menjawab, ‘Allah merubah keadaan dengan tobat, tidak mengubah keadaan dengan pedang.’”

Baca juga: Memberontak Dalam Rangka Amar Ma’ruf Nahi Mungkar?

Riwayat keempat
Diriwayatkan Ibnu Saad dalam Ath-Thabaqat (7: 163-164) dan Ad-Dulabi dalam Al-Kuna (2: 121) dengan sanad yang sahih dari Sulaiman bin Ali Ar-Rabii, katanya, “Tatkala terjadi fitnah Ibnu Asyats melawan Hajjaj bin Yusuf, maka beberapa rombongan pemuda seperti Uqbah bin Abdul Ghafir, Abul Jauza, dan Abdullah bin Ghalib datang kepada Imam Hasan Al-Bashri seraya berkata, ‘Hai Abu Said, bagaimana pendapatmu kalau kita melawan thaghut yang mengalirkan darah, merampas harta, meninggalkan shalat, dan dan … (mereka menceritakan kejelekan-kejelekan Hajjaj).’

Hasan Al-Bashri berkata, ‘Menurut saya, kalian jangan melawannya, sebab apabila semua itu adalah kemurkaan Allah, maka kalian tidak bisa meredakan kemurkaan-Nya dengan pedang-pedang kalian. Namun, apabila semua itu adalah cobaan, maka bersabarlah hingga Allah kelak yang menghakimi dan Dia adalah sebaik-baik hakim.’

Setelah mendengar fatwa Imam Hasan Al-Bashri (dan tidak bisa membantah di hadapannya), mereka menggunjing Hasan Al-Bashri dari belakang seraya mengatakan (dengan nada mengejek), ‘Apakah kita akan mengikuti fatwa orang keturunan budak ini?! ‘ Kata perawi, ‘Merekapun akhirnya nekat bergabung melawan bersama Ibnu Asyats dan dibunuh semuanya!’”

Dalam riwayat lain ada tambahan menarik dari Murrah bin Dabbab, “Aku bertemu Uqbah bin Abdul Ghafir (salah satu tokoh yang kudeta) sedangkan dia tersungkur dan terluka di parit, dia memanggilku, ‘Wahai Abu Muadzal, aku menoleh padanya, lalu dia berkata, ‘Kita rugi dunia akhirat dalam kudeta bersama Ibnul Asy’ats ini.’”

Riwayat kelima
Al-Baladzari meriwayatkan dalam Jumal min Ansabil Asyraf (7: 394) dan Ibnu Abi Dunya dalam Al-‘Uqubat (52) dengan sanad yang sahih bahwa Hasan Al-Bashri berkata, “Sesungguhnya Hajjaj adalah kemurkaan dari kemurkaan Allah. Dan kemurkaan Allah jangan ditangkis dengan pedang, akan tetapi tangkislah dengan tobat, merendah, bermunajat, istigfar, dan doa.”

Dan diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dalam Ath-Thabaqat (7: 164) dan Ibnu Abi Dunya dalam Al- ‘Uqubat (52) dengan sanad sahih bahwa Hasan Al-Bashri berkata, “Wahai sekalian manusia, demi Allah, tidaklah Allah menjadikan Hajjaj penguasa kalian kecuali karena hukuman, maka janganlah kalian melawan Allah dengan pedang, tetapi hendaknya kalian tenang dan bermunajat kepada Allah.”

Riwayat keenam
Imam Hasan Al-Bashri tatkala melihat seorang khawarij yang keluar untuk mengingkari kemungkaran, beliau berkata,

الْمِسْكِيْنُ رَأَى مُنْكَرًا فَأَنْكَرَهُ فَوَقَعَ فِيْمَا هُوَ أَنْكَرُ مِنْهُ

“Si miskin itu melhat kemungkaran dan ingin mengingkarinya, tapi malah jatuh pada kemungkaran yang lebih besar.” (As-Syari’ah, 1: 145; oleh Imam Al-Ajurri)

Kelima: Kalaupun ada riwayat yang sahih bahwa beliau ikut kudeta, maka itu karena terpaksa karena paksaan orang-orang Khawarij kepada beliau untuk menipu manusia agar meniru beliau, sebab beliau adalah tokoh teladan umat. Ibnu Sa’ad meriwayatkan (7: 163) dengan sanad sahih dari Ibnu Aun, beliau berkata, “Manusia lamban pada masa Ibnul Asy’ats. Akhirnya mereka berkata, ‘Keluarkan Syekh ini, yakni Hasan’; maka dia mengutus orang memaksanya. Ibnu Aun berkata, “Aku melihat Hasan berada di antara dua jembatan mengenakan sorban hitam, lalu dia pun melarikan diri di sungai dan selamat dari mereka, dia hampir saja mati saat itu.”

Ini menunjukkan bahwa Hasan tidak sampai menumpahkan darah, beliau ikut hanya karena terpaksa saja, dan hukum orang yang terpaksa tidak ada dosa baginya, sebagaimana diketahui bersama.

Keenam: Sebagian ulama salaf dahulu merasa heran dengan adanya kalangan yang kudeta bersama Ibnul Muhallab yang memberontak Yazid, padahal ada Hasan Al-Bashri di tengah-tengah mereka, tidak meminta fatwa kepadanya dan tidak meniru sikapnya yang tidak kudeta. Diriwayatkan oleh Waki’ dalam Akhbar Al-Qudhat (2: 12) bahwa Maslamah bin Abdul Malik berkata, “Bagaimana suatu kaum tersesat padahal Hasan Al-Bashri di tengah mereka? Mengapa malah mengikutu Ibnul Muhallab yang melakukan kudeta?”

Kesimp**annya, kami sampaikan atsar-atsar ini untuk membantah klaim bahwa Imam Hasan Al-Bashri membolehkan kudeta kepada pemimpin. Sekalipun sebenarnya cukup bagi kita dalil-dalil Al-Quran dan As-Sunnah. Namun, semoga dengan penjelasan ini, semakin meyakinkan kita tentang kedustaan klaim mereka tersebut.

[Bersambung]

Sumber: https://muslim.or.id/98551-benarkah-hasan-al-bashri-mengajak-untuk-memberontak-bag-1.html
Copyright © 2025 muslim.or.id

Tiga Landasan UtamaTIGA LANDASAN UTAMAOlehSyaikh Muhammad bin Abdul WahabAkhi (Saudaraku).Semoga Allah senantiasa melimp...
15/01/2025

Tiga Landasan Utama
TIGA LANDASAN UTAMA

Oleh
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab

Akhi (Saudaraku).
Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada anda.

Ketahuilah, bahwa wajib bagi kita untuk mendalami empat masalah, yaitu :

Ilmu, ialah :
Mengenal Allah.
Mengenal Nabi-Nya dan
Mengenal agama Islam berdasarkan dalil-dalil.
Amal, ialah menerapkan ilmu ini.
Da’wah, ialah mengajak orang lain kepada ilmu ini.
Sabar, ialah tabah dan tangguh menghadapi segala rintangan dalam menuntut ilmu, mengamalkannya dan berda’wah kepadanya.
Dalilnya, firman Allah Ta’ala.

وَالْعَصْرِ﴿١﴾إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ﴿٢﴾إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya setiap manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, melakukan segala amal shalih dan saling nasihat-menasihati untuk (menegakkan) yang haq, serta nasehat-menasehati untuk (berlaku) sabar“. [al-‘Ashr/103: 1-3].

Imam Asy-Syafi’i[1] rahimahullah Ta’ala, mengatakan :”Seandainya Allah hanya menurunkan surah ini saja sebagai hujjah buat makhluk-Nya, tanpa hujjah lain, sungguh telah cukup surah ini sebagai hujjah bagi mereka”.

Dan Imam Al-Bukhari[2] rahimahullah Ta’ala, mengatakan :”Bab Ilmu didahulukan sebelum ucapan dan perbuatan”.

Dalilnya firman Allah Ta’ala.

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ

“Maka ketahuilah, sesungguhnya tiada sesembahan (yang haq) selain Allah dan mohonlah ampunan atas dosamu“. [Muhammad/47: 19]

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan terlebih dahulu untuk berilmu (berpengetahuan) …. ..” [3] sebelum ucapan dan perbuatan.

Akhi (Saudaraku).
Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada anda.

Dan ketahuilah, bahwa wajib bagi setiap muslim dan muslimah untuk mempelajari dan mengamalkan ketiga perkara ini :

Bahwa Allah-lah yang menciptakan kita dan yang memberi rizki kepada kita. Allah tidak membiarkan kita begitu saja dalam kebingungan, tetapi mengutus kepada kita seorang rasul, maka barangsiapa mentaati rasul tersebut pasti akan masuk surga dan barangsiapa menyalahinya pasti akan masuk neraka.
Allah Ta’ala berfirman :

إِنَّا أَرْسَلْنَا إِلَيْكُمْ رَسُولًا شَاهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَا أَرْسَلْنَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ رَسُولًا﴿١٥﴾فَعَصَىٰ فِرْعَوْنُ الرَّسُولَ فَأَخَذْنَاهُ أَخْذًا وَبِيلًا

Baca Juga Mengenal Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam
“Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu seorang rasul yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus kepada Fir’aun seorang rasul, tetapi Fir’aun mendurhakai rasul itu, maka Kami siksa ia dengan siksaan yang berat“. [al-Muzammil /73: 15-16]

Bahwa Allah tidak rela, jika dalam ibadah yang ditujukan kepada-Nya, Dia dipersekutukan dengan sesuatu apapun, baik dengan seorang malaikat yang terdekat atau dengan seorang nabi yang diutus manjadi rasul.
Allah Ta’ala berfirman :

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا

“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah, karena itu janganlah kamu menyembah seorang-pun di dalamnya disamping (menyembah) Allah“. [al-Jinn/72: 18]

Bahwa barangsiapa yang mentaati Rasulullah serta mentauhidkan Allah, tidak boleh bersahabat dengan orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, sekalipun mereka itu keluarga dekat.
Allah Ta’ala berfirman :

لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ أُولَٰئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ ۖ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ أُولَٰئِكَ حِزْبُ اللَّهِ ۚ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara, ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah mantapkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya dan mereka akan dimasukkan-Nya ke dalam surga-surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung“. [al-Mujaadalah/58: 22]

Akhi (Saudaraku).
Semoga Allah mebimbing anda untuk taat kepada-Nya.

Ketahuilah, bahwa Islam yang merupakan tuntunan Nabi Ibrahim adalah ibadah kepada Allah semata dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Itulah yang diperintahkan Allah kepada seluruh umat manusia dan hanya itu sebenarnya mereka diciptakan-Nya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Baca Juga Mengenal Islam
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah kepada-Ku“. [adz-Dzaariyaat/51 : 56]

Ibadah dalam ayat ini, artinya : Tauhid. Dan perintah Allah yang paling agung adalah Tauhid, yaitu : Memurnikan ibadah untuk Allah semata-mata. Sedang larangan Allah yang paling besar adalah syirik, yaitu : Menyembah selain Allah di samping menyembah-Nya.

Allah Ta’ala berfirman :

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya“. [an-Nisaa/4: 36]

Kemudian, apabila anda ditanya : Apakah tiga landasan utama yang wajib diketahui oleh manusia ? Maka hendaklah anda jawab, yaitu :

Mengenal Tuhan Allah ‘Azza wa Jalla
Mengenal agama Islam
Mengenal Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
[Disalin dari buku Tiga Landasan Utama, Oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, Dicetak dan Disebarkan oleh Kementrian Urusan Islam, Waqaf, Da’wah dan Penyuluhan Urusan Penerbitan dan Penyebaran Kerajaan Arab Saudi]
_______
Footnote
[1] Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin Al-‘Abbas bin ‘Utsman bin Syafi’i Al-Hasyim Al-Quraisy Al-Muthallibi (150-204H – 767-820M) Salah seorang imam empat. Dilahirkan di Gaza (Palestina) dan meninggal di Cairo. Diantara karya ilmiyahnya Al-Umm, Ar-Risalah dan Al-Musnad
[2] Abu ‘Abdillah Miuhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah Al- Bukhari (194-256H – 810-870M) Seorang Ulama ahli Hadits. Untuk mengumpulkan hadits ia telah menempuh perjalanan yang panjang, mengunjungi Khurasan, Irak, Mesir dan Syam. Kitab-kitab yang disusunnya antara lain Al-Jaami Ash-Shahih (yang lebih dikenal dengan Shahih Bukhari), At-Taarikh, Adh-Dhu’afaa, Khalq Af’aal al-Ibaad.
[3] Al-Bukhari dalam Shahih-nya, kitab Al-‘ilm, bab.10
Referensi : https://almanhaj.or.id/3985-tiga-landasan-utama.html

Address

TGH. Ali Batu Desa Sepit
Selong
83672

Website

http://Muslim.or.id/, http://almanhaj.or.id/

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when ARKA TV posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share

Category