
25/07/2024
Rahasia Abu Tulang Jenasah
Riuh suara terdengar, ucapan syukur Alhamdulillah diucapkan oleh semua keluarga pak Hamdan.
Ibu Wati istri pak Hamdan dan Tomo anak semata wayangnya, sama-sama mengucapkan rasa syukur begitu melihat pak Hamdan yang tiba-tiba bangun, dan langsung berwudhu untuk melaksanakan sholat magrib.
“ Alhamdulillah nak bapakmu tiba-tiba sudah bisa bangun dari tempat tidur ” ucap Ibu Wati kepada Tomo begitu melihat pak Hamdan beranjak pelan dari tempat tidurnya.
“ Iya mak Alhamdulillah akhirnya bapak bisa sembuh dari strooknya dan sekarang bisa sholat lagi ” jawab Tomo bahagia.
“ kemarin kamu mendapat obatnya beli dimana nak, ini benar-benar manjur obatnya ?? ” tanya Ibu Wati penasaran.
“ kemarin Tomo pesen ramuannya sama bang Kurnia mak ” jawab Tomo menjelaskan.
“ besok kamu temui lagi bang Kurnia, tolong mak pesenin lagi ramuan obat untuk bapak lagi, biar lekas sehat dan bisa jamaah lagi disurau ” pinta Ibu Wati.
“ iya mak, besok Tomo kerumah bang Kurnia untuk pesen ramuan obat lagi. Tapi yaitu mak kemarin bang Kurnia sudah pesan kalau mau pesen lagi terus terang agak lama dan harganya lebih mahalan ” terang Tomo menjelaskan.
“ gak apa-apa nak, mahalan dikit tidak apa yang penting bapakmu cepat sembuh ” terang Ibu Wati
Esok harinya Tomo bergegas pergi kerumah bang Kurnia untuk memesan ramuan obat lagi untuk pak Hamdan ayah tercintanya.
Tepat pukul 10.00 wib Tomo sudah sampai rumah bang Kurnia, saat itu kebetulan bang Kurnia belum pergi keluar rumah.
“ Assallamualaikum bang ?? “ salam Tomo begitu sampai depan pintu rumah bang Kurnia.
“ Waalaikumsallam …. Eh kamu Tom ayo sini masuk untung aja saya belum berangkat ” jawab bang Kurnia.
“ Alhamdulillah bang, ramuan kemarin yang abang beri manjur banget, sekarang bapak sudah bisa bangun sendiri dari tempat tidur dan sudah bisa menjalankan sholat meskipun belum sempurna banget gerakannya ” terang Tomo mengabarkan kondisi bapaknya.
“ dan ada pesen dari mak bang, mak pesen ramuan lagi kaya kemarin supaya bapak cepat sembuh dan bisa normal lagi ibadahnya ” pinta Tomo menyampaikan pesan emak nya.
“ sebenarnya bisa sih kalua mau ramuan obat kaya kemarin, tapi yaitu sesuai pesen saya kemarin kalau ramuan itu susah mencarinya dan mahal harganya ” jawab bang Kurnia menegaskan.
“ kata emak mahalan gak apa-apa bang yang penting bapak bisa sehat dan normal kembali seperti dahulu” terang Tomo.
“ ya wis kalau begitu, nanti sekitar semingguan lagi kamu kesini ntar saya siapkan ramuan ajaibnya itu he..he…he… ” jawab bang Kurnia dengan terkekeh.
Lalu setelah memberikan uang sebesar lima ratus ribu rupiah titipan emaknya untuk bang Kurnia, Tomo berpamitan pulang.
Rencananya sebelum pulang kerumah, Tomo mau mampir dahulu ke sebuah mini market arah jalan pulang untuk membeli beberapa barang kebutuhannya.
Sesampainya di Mini Market Tomo segera masuk dan membeli semua kebutuhan yang diperlukannya, lalu membayarnya dan segera bergegas menuju ke parkiran untuk mengambil sepeda motornya.
Saat sampai parkiran Tomo disapa oleh Aryo temen sekolah SMPnya dahulu.
“ Eh Tom…Tomo tunggu sebentar ” panggil Aryo begitu melihat Tomo menaiki motornya sambil menenteng tas kresek belanjaannya.
Merasa namanya dipanggil Tomo mematikan mesin motornya dan menoleh kearah suara orang yang memanggilnya.
“ Woi kamu to Yok kirain siapa tadi yang manggil “ jawab Tomo sambil melepas helmnya.
“ kamu dari mana siang-siang gini belanja sendirian ? ” tanya Aryo penasaran.
“ tadi habis disuruh emak beli ramuan untuk bapak dan ini sekalian jalan pulang aku mampir bentar di mini market itu ” jawab Tomo.
“ eh mampir bentar yuk ke kedai es kelapa muda itu sekalian minum air kelapa muda seger kali ” ajak Aryo mampir ke kedai es kelapa muda tidak jauh dari mini market tersebut.
“ yo es ayo mampir kita ngobrol-ngobrol bentar sambil minum air kelapa muda ” jawab Tomo sambil menyalakan mesin motornya untuk jalan kekedai air kelapa muda tujuannya.
Singkat cerita mereka berdua segera menuju ke kedai air kelapa muda yang lumayan ramai pembeli.
Setelah melihat ada sisi yang kosong tempat duduknya, mereka segera masuk dan duduk untuk menunggu pesenannya.
Sambil menikmati dua gelas es kelapa muda mereka berdua mengobrol saling bertanya kabar karena sudah lama mereka berdua tidak bertemu.
“ oh iya tadi kamu habis pesen ramuan untuk bapakmu, emang bapak sakit apaan sob ? ” tanya Aryo penasaran.
“ ramuan untuk bapak, sudah dua tahun bapak sakit strook stadium 4. Tadinya bapak hanya bisa berbaring ditempat tidur aja, tapi habis minum ramuan dari bang Kurnia sekarang udah bisa bangkit dari tempat tidur ” terang Tomo.
“ udah stadium 4 sekarang bisa bangun sendiri sob, wah manjur bener ramuan itu setahu gua kalau udah stadium 4 susah untuk sembuh ” jelas Aryo
“ makanya ini emak nyuruh gw pesen lagi ramuan tersebut ke bang Kurnia ” jawab Tomo sambil menyeruput es kelapa mudanya.
“ eh itu rumah bang Kurnia dimana sob alamatnya ?? barangkali nanti gw butuh ama dia ” tanya Aryo
“ lumayan jauh sih rumahnya, gampanglah ntar kalau loe mau gw anterin kerumahnya ” jawab Tomo.
Setelah cukup ngobrolnya dan menghabikan es kelapa mudanya, akhirnya mereka berdua saling berpamitan untuk pulang kerumah masing-masing.
Sesampainya dirumah, Tomo segera menuju kekamar bapaknya untuk mengecek kondisi kesehatannya.
Terlihat pak Hamdan sedang tidur miring menghadap kedinding.
Setelah mengecek kondisi ayahnya, Tomo langsung kebelakang untuk berwudhu dan menjalankan sholat Dhuhur.
Setelah sholat dia langsung istirahat tidur sebab nanti malam mendapat jatah ronda malam.
***
Kembali kecerita bang Kurnia.
Setelah Tomo pulang, bang Kurnia segera keluar rumah untuk mendatangi pasien yang meminta tolong kepadanya.
Sebenarnya profesi bang Kurnia bukanlah seorang dukun atau praktisi, tetapi berhubung dia sering menolong orang lewat sentuhan tangannya, maka banyak orang yang datang untuk minta tolong bantuannya.
Setelah selesai menolong pasien- pasiennya, bang Kurnia segera bergegas menuju kerumah mbah Budi untuk meminta tolong mencarikan bahan ramuan ajaib yang dipesan Tomo.
“ permisi kulo nuwun…. ” salam bang Kurnia sambil membuka pintu rumah mbah Budi.
“ eh kamu to bos… wes kene duduk dahulu, tak buatin kopi ya ” jawab mbah Budi dan langsung kebelakang untuk membuatkan kopi kesukaan bang Kurnia.
Begitu kopinya datang bang Kurnia langsung menyeruputnya setelah itu baru mengutarakan maksud kedatangannya, “ jadi gini mbah, tadi pagi Tomo mampir kerumah. Katanya diam mau pesen lagi ramuan ajaib kaya yang kemarin ” terang bang Kurnia.
“ wah kalau sekarang susah bos, kamu kan tahu untuk cari tulang bahan baku ramuan ajaib ngak bisa sembarangan, harus pas saat kita membuat lubang makam jenazah ” terang mbah Budi.
“ ya kalau itu sih saya tahu mbah, yang penting saya ngomong dahulu ke mbah barang kali dalam seminggu ini ada orang meninggal mbah bisa carikan bahan tulang seperti biasanya ” jawab bang Kurnia sambil menyeruput kopinya.
“ tapi kalau feelingku mungkin tiga harian lagi akan ada orang meninggal ” jelas bang Kurnia menyakinkan.
“ ya semoga aja dalam tiga hari kedepan akan ada pesenan membuatkan lubang makam jenazah, tapi biasanya feelingmu jarang meleset bos ” jawab mbah Budi sambil membakar rokok kretek kesukaannya.
“ yo wes ini aku titip rejeki dari keluarga Tomo, semoga aja dalam seminggu ini mbah dapat tulang sesuai yang aku pesan, dan jangan lupa dibakarkan sekalian biar aku tidak repot ” pinta bang Kurnia sambil menyerahkan lima lembar uang lima ratusan ribu. Setelah menghabiskan kopinya, bang Kurnia pamitan pulang.
Singkat cerita sekitar empat harian mbah Budi datang berkunjung kerumah bang Kurnia.
“Assalamualaikum bos...” salam mbah Budi begitu melihat bang Kurnia lagi duduk santai didepan rumahnya.
“eh kamu mbah, ayo sini duduk dulu tumben kesininya malam-malam mbah ? ” tanya bang Kurnia sambil menyiapkan satu bangku untuk duduk mbah Budi. “ sebelum kita lanjut ngobrol aku buatin kopi dulu aja ya mbah, gak buru-buru toh ? ” lalu bang Kurnia segera bangkit dari duduknya dan langsung kebelakang untuk membuatkan secangkir kopi untuk tamu yang ditunggu-tunggunya itu. Selesai membuatkan secangkir kopi lalu bang Kurnia segera bergegas kedepan sambil membawa dua gelas kopi hitam.
“ini mbah kopinya disruput dulu biar enak ngerokoknya” pinta bang Kurnia sambil membakar sebatang rokok juga.
“oh iya, piye mbah pesenan saya sudah ada atau belum ? ” tanya bang Kurnia penasaran.
“makanya malam-malam gini saya bertamu ya tidak lain untuk nganter pesenan ini ” jawab mbah Budi sambil menyerahkan sebungkus buntalan kain sebesar kotak rokok.
“Alhamdulillah akhirnya dapat juga pesenan saya, ya moga-moga aja ini bisa jadi obat untuk bapaknya Tomo ” jawab bang Kurnia dengan tersenyum lega.
“tapi gini bos, simbah tetap minta kalo abu ini dirahasiakan ya, yang tahu masalah ini cuman kita berdua loh ” pinta mbah Budi dengan muka agak tegang.
“ya iyalah mbah, tenang aja ojo kuatir. Lagian saya juga tidak mau membuat pasien resah, yang terpenting pasien bisa sembuh dari sakitnya dan bisa beribadah lagi dan semoga pemilik abu tulang ini juga mendapat kebaikan dari ibadah pasiennya” terang bang Kurnia menyakinkan.
“Amienn....” jawab mbah Budi dengan lega.
Setelah niat awalnya disampaikan, lalu mereka berdua terlibat obrolan santai dan tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 wib.
“wah bos ngak terasa udah jam 01.00 wib saya pamit dulu ya kasihan istri dirumah sendirian ” pamit mbah Budi begitu sadar kalau waktu sudah dinihari.
“ yo wis ini saya ada sedikit rejeki buat istri dirumah dan ntar kalo ada tulang lagi saya pesen dibawakan aja untuk stok buat ramuan ajaib. ” kata bang Kurnia sambil menyerahkan lima lembar uang ratusan ribu rupiah.
Lalu mbah Budi segera bergegas pulang setelah menerima uang dari bang Kurnia, setelah itu bang Kurnia lanjut kebelakang, untuk mandi dan bersiap sholat malam untuk segera meracik ramuan ajaib pesenan Tomo.
Esok harinya bang Kurnia segera bergegas kerumah Tomo, untuk mengantar ramuan ajaib pesenannya.
“Assallamualaikum...” salam bang Kurnia sambil mengetuk pintu rumah keluarga Tomo.
“Waalaikumsallam ...” jawab seseorang dari dalam rumah sambil membukakan pintu. “Eh bang Kurnia ayo silahkan masuk ” pinta Tomo begitu membuka pintu dan melihat yang datang adalah bang Kurnia yang dinantinya selama ini.
“silahkan duduk dulu bang....saya kedalam sebentar”, lalu Tomo segera kedapur untuk membuatkan secangkir teh untuk bang Kurnia. Dengan secangkir teh ditangan Tomo bergegas kedepan lagi untuk menemui bang Kurnia.
“ini bang diminum dulu tehnya mumpung masih hangat” pinta Tomo mempersilahkan.
Setelah meminum tehnya bang Kurnia mengeluarkan bungkusan plastik dari dalam kantong celananya. “ini mas pesenan ramuan ajaib untuk obat ayahnya dan maaf kalo kelamaan nunggunya sebab cari bahan bakunya yang agak susah” kata bang Kurnia sambil menyerahkan bungkusan dari kantong celananya yang berisi ramuan obat pesenan Tomo.
“Alhamdulillah akhirnya datang juga obat untuk bapak bang, makasih banget loh ini sudah mau mengusahakan ramuan obat demi kesembuhan bapak” jawab Tomo menerima ramuan pesenannya dengan tersenyum bahagia.
“oh iya keadaan bapak gimana mas, apa sudah mendingan sejak minum ramuan yang pertama dulu ” tanya bang Kurnia penasaran.
“Alhamdulillah bang semenjak minum ramuan obat dari bang Kurnia dulu, sekarang bapak sudah bisa duduk sendiri dan bisa wudhu sendiri tanpa harus dipegangi, semoga dengan ramuan yang kedua ini kondisi bapak bisa pulih normal seperti sedia kala ” jawab Tomo bahagia.
“yang penting ramuan kedua ini nanti dihabiskan, dan Insyaaallah bapak bisa pulih sehat kembali seperti dahulu kala” harap bang Kurnia.
Setelah mengobrol sebentar dan menyelesaikan pembayaran lalu bang Kurnia pamitan pulang untuk melanjutkan kegiatan rutinnya dikebun dikala pagi hari sebelum ada tamu yang datang meminta tolong.
Sementara itu setelah bang Kurnia pamitan pulang, Tomo segera bergegas kedalam kamar menemui bapaknya untuk meminumkan ramuan obat dari bang Kurnia itu.
Singkat cerita sudah lima hari semenjak meminum ramuan ajaib dari bang Kurnia kondisi kesehatan pak Hamdan semakin membaik.
Sekarang beliau sudah bisa bangun dari tempat tidurnya dan bisa jalan–jalan kedepan diwaktu pagi hari.
Banyak tetangga yang keheranan dan merasa senang begitu melihat pak Hamdan sudah sembuh total dari penyakit strook yang dideritanya selama ini.
Para tetangga keheranan sudah dua tahunan ini pak Hamdan cuma bisa terbaring diatas tidur semenjak menderita penyakit strook stadium empat, bahkan dokter sudah memvonis jika pak Hamdan sudah tidak bisa normal lagi seperti dahulu, tetapi karena semua adalah takdir Tuhan yang bisa membalikkan keadaan dalam sekejap.
Sekarang pak Hamdan benar-benar sembuh seperti sedia kala bahkan sekarang beliau terlihat lebih bugar dibanding dahulu.
***
Kembali kecerita awal.
Malam itu Tomo mendapat giliran ronda.
Waktu sudah menunjukkan pukul 21.30 wib, Tomo sudah bersiap untuk berangkat meronda, tiba-tiba pintu rumahnya ada yang mengetuk dan mengucapkan salam.
Dengan segera pintu rumahnya dibuka dan ternyata yang bertamu adalah sahabatnya Aryo.
“Assalamualaikum Tom, maaf malam-malam nganggu kamu” salam Aryo. “kamu mau keluar ya Tom” tanya Aryo yang melihat Tomo membawa senter dan berkalung sarung.
“Eh kamu Yok, iya nih aku mau berangkat ngeronda. Ada perlu apaan kok tumben malam-malam begini kamu kesini? ” tanya Tomo penasaran.
“Maaf ya Tom kalau aku nganggu, tapi ada sesuatu yang pengen aku tanyakan kekamu Tom” terang Aryo dengan muka agak tegang.
“Ya udah gini aja, yuk ikut aku ke pos ronda ntar kita ngobrol disana aja sebab aku gak enak sama warga kalau berangkat ngerondanya telat” ajak Tomo.
Lalu mereka berdua siap-siap berangkat ke pos ronda yang ada diujung gang.
Kebetulan posisi pos ronda bersebelahan dengan warung bu Kokom.
Sesampainya di pos ronda ternyata sudah ada beberapa orang yang berangkat.
Setelah mengisi daftar hadir Tomo memesan kopi di warung bu Kokom untuk mereka berdua.
Setelah kopinya jadi, mereka berdua mencari tempat yang enak untuk mengobrol.
“ini Yok diminum kopinya mumpung masih panas, oh iya tadi katanya kamu mau ngobrol ?” tanya Tomo sambil nyeruput kopinya.
“gini Tom, kemarin aku dapat kabar dari pak Dhe Karwo yang ada Surabaya, beliau mengabarkan kalau budhe jatuh sakit dan kebetulan sakitnya mirip kaya bapakmu yaitu strook. Sudah sekitar tiga bulanan ini budhe hanya bisa terbaring ditempat tidur. Kemarin pas ketemu kamu aku teringat akan kondisi bapakmu yang bisa pulih lagi, kira-kira bapak kamu kasih obat apa Tom ?” tanya Aryo penuh harap.
“Ooo ini masalah ramuan ajaib to...” jawab Tomo dengan tersenyum.
“ramuan ajaib......ramuan ajaib apa Tom” tanya Aryo semakin penasaran.
“iya....itu ramuan ajaib pemberian bang Kurnia...., bapak semenjak minum ramuan ajaib itu kesehatannya langsung membaik dan bisa sehat lagi seperti sekarang. ” terang Tomo serius.
“terus ramuan ajaib itu beli dimana Tom, barangkali itu bisa menjadi jalan kesehatan budhe Tom ?” tanya Aryo selanjutnya.
“kalau masalah belinya dimana jujur aku gak tahu Yok, karena ramuan ajaib itu yang ngasih bang Kurnia, dan kata bang Kurnia kemarin kalau ramuan itu mahal harganya dan susah nyarinya.“ terang Tomo sambil nyeruput kopinya yang tinggal setengah itu.
“berarti yang tahu masalah ramuan itu bang Kurnia ya..., ayo kapan aku diantar kerumah bang Kurnia biar bisa ikutan pesen ramuan ajaib itu” pinta Aryo penuh harap.
“yaudah gini aja ntar kamu tidur aja dirumahku, besok pagi kita kita datang kerumah bang Kurnia untuk pesen ramuan ajaib itu” terang Tomo.
Waktu sudah menunjukkan pukul 03.00 wib, Tomo berpamitan kepada warga yang ikut ngeronda malam itu untuk pulang dahulu.
Sekitar pukul 08.00 wib Aryo sudah selesai mandi pagi dan buru-buru membangunkan Tomo karena waktu sudah pagi.
Tiba-tiba hanphone Aryo berdering dan tampak yang menelepon adalah pak dhe Karwo.
Melihat dilayar yang tampak nama pak dhe Karwo, Aryo buru-buru mengangkatnya.
Pak dhe Karwo mengabarkan kondisi budhe memburuk dan baru saja masuk rumah sakit.
Singkat cerita setelah selesai mandi Tomo membuat dulu dua gelas teh panas untuk menghangatkan badan.
Sambil ngeteh Aryo dan Tomo terlibat obrolan yang serius perihal kabar memburuknya kesehatan budhe.
Setelah cukup mengobrolnya mereka berdua bersiap untuk pergi kerumah bang Kurnia.
Sekitar duapuluh menitan mereka berdua sampai dihalaman rumah bang Kurnia.
Tampak bang Kurnia lagi memanasi motornya untuk bersiap pergi.
“Assalamulikum....” salam Tomo begitu menghampiri bang Kurnia yang sudah naik diatas motornya.
“Waalaikumsallam.. eh kamu Tom, ayo sini masuk. Untung saja belum jalan Tom” ajak bang Kurnia sambil turun dari motornya dan berjalan memasuki rumahnya lagi.
“untung saja gak telat bang, kenalkan ini teman saya Aryo” terang Tomo memperkenalkan Aryo ke bang Kurnia.
“perkenalkan saya Aryo bang, sahabat Tomo ” kata Aryo memperkenalkan diri sambil menjabat tangan bang Kurnia.
“saya Kurnia” jawab bang Kurnia. “ oh iya ada gerangan apakah kalian berdua pagi-pagi sudah main kesini” tanya bang Kurnia penasaran.
“begini bang, maksud kedatangan kami yaitu mau minta tolong ke bang Kurnia untuk mencarikan ramuan ajaib seperti biasanya” terang Tomo serius.
“lah emang kondisi bapak apa masih belum membaik Tom” tanya bang Kurnia kebingungan.
“Alhamdulillah kondisi bapak sudah sehat walafiat bang bahkan sekarang bapak sudah bisa jamaah seperti dahulu lagi.” Terang Tomo.
“lah terus kok masih butuh ramuan ajaib lagi, emangnya mau untuk siapa ramuan itu” tanya bang Kurnia.
“rencanaya ramuan itu mau untuk budhe bang” sela Aryo begitu melihat bang Kurnia kebingungan.
“emang budhe sakit apa Yok” tanya bang Kurnia
“budhe sakitnya mirip pak Hamdan bapaknya Tomo bang, bahkan tadi pagi pakdhe baru aja mengabarkan kalau sekarang budhe sedang dirawat dirumah sakit karena kesehatannya menurun” terang Aryo dengan muka bersedih.
“Oh untuk budhemu to Yok, kirain untuk pak Hamdan ”jawab bang Kurnia dengan datar.
“tapi yaitu Yok, ramuan ajaib itu mahal hargnya dan susah nyarinya. Makanya saya rahasiakan masalah ramuan ajaib ini dari orang-orang” terang bang Kurnia.
“saya minta tolong banget bang, harga gak masalah yang penting budhe bisa sembuh lagi, saya kasihan sama pakdhe Karwo sudah berusaha mati matian mengusahakan kesehatan budhe” terang Aryo dengan memohon penuh harap.
“ok ok akan saya usahakan, tapi saya tidak bisa janji cepat dapatnya karena ramuan itu bahan bakunya susah dapatnya ” terang bang Kurnia menenangkan Aryo yang tampak sangat sedih.
“kira-kira kapan saya bisa kesini lagi bang ?” tanya Aryo
“gini aja, siang ini akan saya carikan bahan bakunya. Kalau emang ini rejeki budhemu insyaallah dalam tiga harian ini ramuan itu bisa diambil. Tapi ingat loh saya tidak berani janji kapan dapatnya, semua tergantung dari takdir Ilahi ” terang bang Kurnia.
“ya udah kalau gitu kami pamit bang, Insyaallah sekitar tiga atau empat hari lagi nanti kami kesini” pamit Tomo dan Aryo.
Begitu pamitan mereka berdua segera pulang meninggalkan rumah bang Kurnia.
Sementara itu bang Kurnia yang tadinya berencana mau nengok kebunnya, jadi berubah berencana menuju kerumah mbah Budi, untuk memesan abu tulang sebagai bahan dasar membuat ramuan ajaib obat lumpuh.
*** baca cerita lengkapnya di KBM "Rahasia Abu Tulang Jenasah" gratissss......
Subcribe dan Like ya guyyyssssss......
https://l.facebook.com/l.php?u=https%3A%2F%2Fkbm.id%2Fbook%2Fread%2F05ddc281-3137-4c33-9ea4-82bfa9f54a63%2Fc44669db-614d-44df-9f6a-a0da6981a8dc&h=AT0A27uNyM9QGNWIM7Uc42Bh2G8uSyyjQAPbZHxI8Hhpb8LXx9bL1eNXnWHQ5LXYZRFFlkD-h16wPJyb3LWC6afv8iPYScZNTJeJlbiRBOitT5R9ukKSgnYu-TKKBN-a6v9B&s=1
Ayo bergabung dan subscribe buku misteri abu tulang Jenazah agar selalu mendapatkan informasi update chapter terbaru di buku ini dan lihat hasil karya lainnya dari boss_isa di aplikasi KBM.