
25/07/2025
"Mengistirahatkan Diri dari Keinginan Mengatur"
Pernahkah kamu merasa lelah, bukan karena banyaknya pekerjaan, tapi karena keinginanmu sendiri yang tak pernah bisa diam?
Ingin ini jadi begitu. Ingin dia bersikap seperti itu. Ingin hidup mengikuti rencana sempurna yang kamu buat diam-diam di kepala.
Kamu memegang kendali erat-erat, seolah tanpa itu, hidup akan ambruk.
Padahal, yang sering membuat kita menderita bukanlah apa yang terjadi...
melainkan bagaimana kita ingin semuanya berjalan sesuai kemauan kita.
Kita ingin orang lain memahami tanpa dijelaskan.
Kita ingin dunia berjalan dengan logika kita.
Kita ingin takdir tunduk pada rancangan kita.
Dan di tengah semua itu, kita lupa...
bahwa hidup bukan sesuatu yang harus terus diatur, tapi dijalani.
Bahwa kita bukan Tuhan. Kita hanya manusia.
Ada saatnya kita perlu mundur satu langkah.
Bukan untuk menyerah, tapi untuk menyadari:
bahwa tidak semua hal harus kita pegang kendalinya.
Bahwa membiarkan sesuatu mengalir, bukan berarti kita lemah.
Tapi itu tanda kita percaya.
Percaya bahwa ada tangan tak terlihat yang jauh lebih tahu arah terbaik dari hidup kita.
Tangan yang lebih tahu kapan sesuatu harus datang, dan kapan harus pergi.
Mengatur segalanya mungkin memberi ilusi aman...
tapi menyerahkan pada Tuhan memberi kedamaian sejati.
Bayangkan sebentar...
Bagaimana rasanya jika kamu bisa berhenti memaksa semuanya sesuai rencana?
Bagaimana rasanya jika kamu bisa menerima, tanpa harus terus mengontrol?
Bayangkan tidur malam tanpa pikiran yang melayang-layang, tanpa beban "bagaimana jika", "seandainya", atau "seharusnya".
Bayangkan hidup dengan lebih ringan... karena kamu tahu, bukan kamu yang harus memegang semua.
Kamu hanya penumpang, yang perlu percaya pada sang Pengemudi.
Keinginan untuk terus mengatur adalah bentuk kegelisahan jiwa yang belum selesai berdamai.
Ia tak percaya hidup bisa berjalan baik tanpa campur tangannya.
Padahal, semakin banyak kita mencoba mengatur, semakin sering p**a kita kecewa.
Karena dunia tak pernah mau tunduk pada satu kepala saja.
Mengistirahatkan diri dari keinginan mengatur adalah bentuk ibadah yang sunyi.
Itu artinya, kita belajar percaya.
Bahwa semesta tidak kacau walau kita berhenti merancang.
Bahwa hidup tetap berjalan meski kita tidak menekan tombol-tombolnya.
Dan yang lebih indah lagi…
Tuhan justru bekerja paling hebat saat kita berhenti menghalangi-Nya dengan rencana kita yang sempit.
Jadi, mungkin inilah saatnya kamu meletakkan semua peta yang kamu gambar sendiri.
Menutup lembaran rencana yang terlalu penuh.
Dan mengucap pelan:
"Aku percaya, Tuhan. Aku lelah jadi pengatur. Aku ingin jadi penumpang yang taat."
Bukan karena menyerah…
tapi karena tahu, bahwa mengatur segalanya bukan tugas kita.
Tugas kita hanya satu: hadir sepenuh hati di setiap momen… dan percaya.
Dan kini, sebelum kamu kembali melanjutkan harimu...
Coba tanyakan ini pada dirimu sendiri:
> Apa yang selama ini terlalu keras kamu atur, padahal seharusnya kamu serahkan?
Sudikah kamu hari ini belajar percaya, dan beristirahat sejenak dari keinginan mengendalikan segalanya?