15/11/2025
"HAUL MAMA GENTUR KE- 81"
HADIRILAH & SYIAR'KAN LAH HAUL MAMA SEPUH AL-ALIM AL-ALAMAH AL-ARIF BILLAH MAMA SYATIBI ROHIMAHULLAHU TA'ALA KE- 81
Yang Akan di Laksanakan pada tanggal 13,14,15 Jumadil Akhir 1447 H
Atau Tanggal 3,4,5 Desember 2025
Mudah-mudahan kita bisa bersama Hadir dan Ikut serta Berpartisipasi dalam kegiatan mulia ini.
Nb : PATUHI ATURAN HAUL DAN JAGA ADAB-ADAB YANG TELAH DI TENTUKAN.
____
BIOGRAFI MAMA KH AHMAD SYATHIBI AL-QONTURI (MAMA GENTUR)
Al-Alim Al-Allamah Al-Kamil Al-Waro
Asy-Syaikh Ahmad Syathibi bin
Muhammad Sa’id Al-Qonturi Asy-
Syanjuri Al-Jawi Asy-Syafi lahir di Gentur, Warukondang, Cianjur, JAwa Barat, Hindia Belanda sekitar tanggal 12-18 dan sekitar tahun 1253H/ 1837M kemudian wafat di Cianjur, Indonesia pada Rabu 14 Jumadil Akhir 1365H, tanggal 15 Mei 1946M. Beliau, memiliki nama kecil Adun, namun setelah pulang dari Mekkah namanya diganti menjadi Dagustani. Ahmad Syatihibi Al-Qonturi atau lebih dikenal dengan Mama Gentur adalah salah satu sosok ulama Tatar Pasundan yang bergelar Al-Alim Al-’Allamah Al-Kamil Al-Wara. Beliau adalah anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Mama Hajji Muhammad Sa’id dan Ibu Hajjah Siti Khodijah. Kakak kandungnya antara lain Hajjah Ruqiyah (pengajar Pondok Pesantren Cipadang, Cianjur), Mama Hajji Ilyas (alias Mama Hajji Yahya, pengajar Pondok Pesantren Babakan Bandung, Sukaraja, Sukabumi), dan adik kandung yakni Mama Hajji Muhammad Qurthubi (alias Mama Gentur Kidul, pengajar Pondok Pesantren Gentur, Warungkondang, Cianjur).
Mama Gentur memulai pendidikannya dengan belajar di Pesantren Keresek. Kata Mama Keresek, “Kalau Ananda mau punya ilmu yang besar, besok mama antar ke paman mama yaitu Pangersa Mama Ajengan Muhammad Adzro’i di Bojong, sebab dalam waktu sekarang ini para sepuh yang punya ilmu yang besar di tiap kabupaten juga kebanyakan adalah yang nyantri ke paman mama tersebut, yaitu Syekh Muhammad Adzro’i, Bojong, Garut”. Mama Gentur menginap semalam di keresek, besoknya kemudian diantarkan ke Pesantren Bojong. Kemudian pertama kali masuk pesantren Bojong, beliau disumpah bahwa tidak memiliki ilmu sihir.
Selama dipesantren Bojong beliau cukup makan dengan talas yang dicuilkan ke dalam sambel roay dan tidak pernah makan yang enak dengan rupa-rupa makanan. Karunia kecerdasan dan katajaman ilmunya, hanya dalam waktu 40 hari mondok di Bojong beliau sudah hafal kitab Yaqulu (Nazom Maqsud, dalam ilmu shorof), Kailany (ilmu shorof), Amrithy (ilmu nahwu), Alfiyah (ilmu nahwu dan shorof), Samarqondy (ilmu bayan), dan Jauhar Maknun (ilmu ma’ani, bayan dan badi). Mama Gentur menetap di Pesantren Bojong hanya setahun, hal ini dikarenakan gurunya
yakni Syekh Muhammad Adzro’i menyuruh untuk menemani Kyai Muhammad Rusdi berguru ngaji di Pesantren Gudang Tasikmalaya yang sudah menetap selama empat tahun. Kyai Rusdi merupakan salah satu santri Bojong, disaat Mama Gentur mulai mondok di Pesantren Bojong tersebut Kyai Rusdi sudah genap tiga tahun. Ketika Ajengan Muhammad Rusdi sudah genap dua tahun di Bojong juga oleh gurunya yaitu Syekh Muhammad Adzro’i sudah disuruh muqim sebab sudah Allamah, hanya saja ayahnya dan kakeknya belum mengizinkan. Sebab menurut pendapat kakeknya yaitu Syekh Utsman berkata kepada Syekh Muhammad Adzro’i, Bojong, “Ajengan khawatir masih remaja, baru usia 17 tahun entar jadi Kyai nunggul dan takut kasar bahasanya.” Kemudian dijawab oleh Mama Bojong, “Tidak akan jadi Kyai nunggul Mang Haji, saya yang bertanggung jawab, bahkan santrinya juga putra-putra saya dan
santri-santri saya.” Kemudian dijawab lagi oleh kakeknya, “Ajengan semoga berkenan yntuk menambah lagi ilmunya kepada cucuku itu, agar cucuku itu ilmunya semakin
bertambah matang, fahamnya semakin bertambah jenius.”Setelah berkomunikasi dengan kakeknya, kemudian Mama Bojong menyuruh Kyai Rusdi ngaji ke Mama
Syuja’i, Gudang, Tasikmalaya, ditemani oleh Mama Gentur. Ketika Mama Gudang sedang mengajar dihadapan Kyai Rusdi, dagu dan badan beliau bergetar dikarenakan sungkan akan ilmunya Kyai Rusdi tutur Mama Gentur.
Bahkan, Mama Gudang berkata kepada Mama Gentur, “Katakan kepada Ki Rusdi segeralah bermukim. Bukankah Kang Adzro’i pun sudah menyuruhnya dan sudah ada dalam ridho guru?” Kemudian Mama Gentur menyampaikan amanat dari gurunya itu dengan sebisa-bisa bicara kepada Ajengan Muhammad Rusdi. Namun, tetap saja ayah dan kakeknya belum juga menyetujuinya. Selanjutnya, Kyai Rusdi pindah pesantren ke Cianjur sedangkan Mama Gentur terus menetap di Gudang hingga sembilan tahun lamanya di Pesantren Gudang. Ketika beliau, Mama Gentur mondok di Gudang, beliau pernah ziarah ke makam kubur di Geger Manah. Sebelumnya beliau puasa dulu selama empat puluh hari baru berangkatlah ke Geger Manah dan langsung
mendatangi juru kunci makam. Beliau disambut di rumah kuncen sembari ditanya
perihal maksud dan tujuannya, yaitu hendak ziarah tabaruk di makam keramat. Kemudian diantarlah beliau menuju makam keramat tersebut. Kira-kira jam empat subuh beliau pulang dari makam dan balik lagi ke tempat kuncen, kemudian kuncen menjamunya dengan rupa-rupa makanan. Selesai makan, beliau bertanya kepada kuncen, “Mang, malem tadi ada hujan kesini gak?” Jawab kuncen, “Ah, gak ada. Memangnya ada apa Ajengan?” Kuncen agak heran. “Waktu saya di makam sedang ziarah tiba-tiba ada hujan yang besar sekali, petir menyambar-nyambar disertai
angin yang sangat kencang. Saya melihat pohon kayu yang amat besar merunduk-runduk ke tanah seperti mau runtuh, tumbang.” Kuncen bertanya, “Terus ada apa lagi?” Jawab Mama Gentur, “Ah rahasia, saya gak sanggup menceritakannya.” Di malam itu kata penduduk kampung ada suara ayam berkokok yang terdengar jelas oleh semuanya, sedangkan di kampung tersebut tidak ada yang punya ayam yang suaranya seperti itu. Semuanya kaget akan suara ayam tersebut, kemudian diselidiki darimana sumbernya suara. Ternyata yakin bahwa suara ayam tersebut berasal dari atas pasir (Sunda : bukit atau gunung kecil), tempat makam yang diziarahi oleh Pangersa Mama Gentur.
Setelah mesantren di Gudang, Mama Gentur melanjutkan pengembaraan ilmu ke tanah Mekkah dan Mesir. Akan tetapi Ulama Mesir sama berkata, “Sudah tidak ada guru buat Ahmad Syathibi”. Hanya ada satu ulama ahli qiro’at Qur’an yang berasal dari Indonesia juga yang bermuqim di Mekkah, yaitu dari Pulau Bawean. Selanjutnya mereka saling menggurui. Mama Gentur mengajar ilmu Mantiq, ulama Bawean mengajar ilmu Qiro’at. Selanjutnya, setelah 3 tahun di Mekkah dan Mesir, beliau diminta pulang atau kembali ke daerah Tatar Pasundan untuk menjadi pimpinan dan
tauladan dari pengalaman ilmu yang sebenarnya. Akhirnya, Mama Gentur pulang ke Indonesia akan tetapi melanjutkan mengaji ke Syeikh Shoheh Bunikasih, kemudian mukim di Gentur. Sebelum muqim, beliau membaca Shalawat Nariyyah terlebih dahulu sebanyak 4444 kali dengan maksud supaya mukimnya ditambah-tambah ilmu dan tambah-tambah manfaatnya. Kealiman, kecerdasan dan ketajaman akan pengetahuannya, semasa hidup beliau mengarang sekitar 80-an kitab dalam bahasa Arab dan bahasa Sunda. Diantara beberapa karyanya seputar ilmu fiqih, ilmu bayan, ilmu nahwu, dan ilmu shorof.
Kealiman dan kecerdasan beliau tertular ke beberapa santri yang juga menjadi ulama-ulama besar di berbagai wilayah. Diantara ulama tersebut, yakini Syekh Tubagus Ahmad Bakri (Mama Sempur), Plered, Kabupaten Purwakarta, Syekh Ahmad Eumed (Mama Cimasuk), Karangpawitan, Kabupaten Garut, Syekh Zainal Alim (Mama Haur Kuning), Syekh Muhammad ‘Umar Bashri (Mama Fauzan), Sukaresmi, Kabupaten Garut, Syekh Syarifuddin, Cipaku, Darajat, Garut; Syekh ‘Izzuddin (Mama Cibatu), Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Syekh Zain Abdusshomad (Mama Gelar), Cibeber, Kabupaten Cianjur; Syekh Muhammad Hasbullah (Mama Babakan Bandung), Sukaraja, Kabupaten Sukabumi; Syekh Fudholi (Mama Gentong), Cisaat, Kabupaten Sukabumi, dan Syekh Abdusshobur (Mama Gunung Sumping), Palabuhanratu, Kota Palabuhanratu. Selain dengan santri-santri yang menjadi ulama besar. Beberapa karyanya pada berbagai bidang sebagaimana berikut ini:
1. Ilmu Fiqih
Ilmu fiqih adalah salah satu bidang ilmu yang mendalami persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat, maupun kehidupan manusia dengan Allah. Beberapa karya beliau dalam bidang ini adalah Sirojul Munir Sirojul Munir; Tahdidul ‘Ainain dan Nadzom Sulamut Taufiq. Ketiga kitab ini belum ada yang menemukan kapan dan dimana kitab tersebut dituliskan. Hal ini menjadi perhatian untuk para penulis selanjutnya untuk menggali lebih dalam mengenai kapan, dimana dan
bagaimana kontribusi beberapa karya dakalangan masyarakat.
2. Ilmu Bayan
Secara etimologi, bayan berarti jelas atau terbuka sedangkan dalam ilmu balaghah. Ilmu bayan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana metode atau cara dalam menyampaikan susatu gagasan dengan redaksi ang lebih bervarian. Awal mula ilmu ini dikembangkan oleh Abu Ubaidah Ibn Al-Matsani dengan karyanya berjudul جماز القران . Adapun karya dari Mama gentur adalah Nadzom Muqadimah Samarqandiyah, Fatahiyah, dan Nadzom Dahlaniyah. Sama halnya dengan kajian ilmu fiqih, terkait sejarah kapan dan dimana karya ini dituliskan belum ditemukan.
3. Ilmu Munadzoroh
Ilmu muadzarah adalah bagian dari ilmu agar kita mampu berdiskusi dan berdebat dengan baik. Dalam tradisi islam, kajian ini berperan sangat penting. Saking pentingnya, Imam Ghazali pernah berkata bahwa “Barangsiapa yang tidak menguasai ilmu logika, maka kerja pikirnya tidak bisa dipercaya.” Ilmu warisan Yunani ini sangat digemari oleh ilmuwan muslim di masa itu dan ilmu ini sampai-sampai dijadikan peribahasa untuk orang bodoh, “Kau pasti belum belajar manthiq.”Oleh karenanya, Mama Gentur menulis salah satu kitab bidang ilmu munadzarah yang berjudul Nadzom ‘Addudiyah. Buku tersebut juga tidak
disebutkan terkait penjelasan kapan dan dimana ditulis.
4. Ilmu Nahwu
Ilmu nahwu merupakan bagian peting dalam memahami dan mempelajari bahasa Arab. Ilmu nahwu berguna untuk mengetahui jabatan kata dalam kalimat dan bentuk huruf atau haraokat terakhir dari suatu kata. Adapun karya Mama Gentur dibidang ini adalah Nadzom Ajurumiyah. Sama halnya dengan kitab lainnya, kitab ini masih sedikit referensi untuk dipahami baik terkait waktu dan tempat proses penulisan buku ini.
5. Ilmu Shorof
Sejalan dengan pengertian dasar bahwa ilmu shorof adalah ilmu yang memetakan perubahan bentuk dari sebuah kata dasar (mufrod) ke bentuk plural (jama’). Perubahan kata bentuk juga akan berpengaruh pada perubahan makna. Karya Mama Gentur terkait bidang ini adalah Muntijatu Lathif. Kapan dan dimana buku ini dituliskan juga tidak disebutkan.
6. Ilmu Filsafat
Ialah satu warisan intelektual ulama Sunda adalah “Manzhûmah fî ‘Ilm al-Maqûlât”: Kitab filsafat ontologis karya Syaikh Syathibi Cianjur. Kitab ini dikarang oleh Ajengan Syathibi Gentur dalam bahasa Arab dalam bentuk puisi (nazham) sekaligus penjelasan (syarah)nya. Kandungan dari karya ini memuat kajian dalam bidang ilmu yang terbilang langka, yaitu ilmu filsafat (‘ilm al-hikmah) ranah ontologi. Ontologi sendiri merupakan salah satu pembahasan filsafat yang mengkaji keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Diantara pembahasan ranah ontologi adalah tentang “kategori-kategori” (al-maqûlât/
categories) yang berjumlah sepuluh buah pembahasan (al-maqûlât al-‘asyrah/ ten categories). Kategori tersebut meliputi, yaitu (1) “al-jauhar” atau substansi [substance]; (2) “al-kamm” atau kuantitas [quantity]; (3) “al-kaif” atau kualitas [quality]; (4) “al-idhâfah” atau relasi [relation]; (5) “al-‘ain” atau kebertempatan
[where]; (6) “matâ” atau keberwaktuan [when]; (7) “al-wadh’” atau posisi [position]; (9) “al-milkiyyah” atau kepemilikan [having]; (9) “al-fi’l” atau aktivitas [activity]; dan (10) “al-infi’âl” atau pasivitas [passivity]. Kesepuluh kategori di atas dijelaskan secara rinci beserta masing-masing permisalan contohnya dalam kitab “Manzhûmah fî ‘Ilm al-Maqûlât” karya Ajengan Syathibi Gentur yang sedang kita perbincangkan ini.
Beberapa karya Mama Gentur menyebar ke berbagai daerah akan tetapi pengkajian terhadap karya-karya masih sangat kurang untuk diperdalam. Hal ini menjadi keterbatasan dalam penulisan buku ini. Sedangkan sebagian
karangannya dalam ilmu bayan ada yang menyebar sampai tanah Arab. Para Ulama Arab dan Mesir banyak yang membaca hasil karya dia dan memujinya seraya berkata, “Ternyata di Tanah Jawa ada juga ulama yang luas ilmunya”.Kecerdasan, kealiman, dan kerendahan hati beliau dalam mendidik para santri menjadikan beliau sebagai teladan dan menjadikan para satrinya ulama-ulama yang besar dan alim. Hal ini terbukti dari metode atau cara yang digunakan oleh beliau dalam mnenyebarkan ilmu ke para santri yakni beliau tidak pernah mengajarkan sesuatu yang ia sendiri belum kerjakan, artinya beliau
akan selalu mengamalkannya terlebih dahulu kemudian mengajarkannya. Beliau juga mendapatkan penghargaan dari Belanda dan Jepang. Penghargaan yang diberikan oleh belanda adalah penghargaan keamanan tanda bulan-bintang tiga dari Wilhelmina (pelafalan Sunda menjadi Wihalminak), yaitu Gubernur Hindia Belanda hal ini terkait sejarah yang dirahasiakan, mengenai lambang bulan bintang itu tidak mungkin hadiah dari Ratu Belanda. Ada rahasia yang sengaja ditutupi demi keselamatan para murid dan santri santrinya kelak. Sedangkan penghargaan dari Jepang adalah hadiah dari Tenno Heika (dilafalkan ejaan Sunda menjadi Kaisar Tenoheka) dikarenakan ideologinya yang murni hanya mengamalkan ajaran agama, tanpa ada maksud mencampuradukan politik
dan agama. Kedua penghargaan tersebut merupakan salah satu bukti akan hebatnya beliau dan karya-karya dalam menyebarkan agama islam tanpa adanya kepentingan dalam politik atau tanpa mencampur adukan politik dan agama. Selain itu, karya-karya Mama Gentur yang dibca dan diperlajari oleh ulama
Arab dan Mesir menjadikan beliau dan tanah Jawa memiliki ulama yang luas
akan ilmunya.
Dengan demikian, Mama Gentur adalah salah satu tokoh yang berperan besar dalam menghasilkan ulama-ulama besar nusantara. Selain itu, karakter beliau yang tidak ingin mencampuradukkan agama dan politik menjadi poin penting yang diakui oleh Jepang. Akan tetapi, karya-karya beliau masih belum
banyak yang mengkajinya secara mendalam. Hanya ada beberapa karya yang muncul dan masih ada beberapa karya yang belum diketahui. Hal tersebut menjadi catatan untuk dapat dipelajari lebih lanjut dan lebih dalam.
Disusun ulang Oleh : Khodim SAZIWA - MUHIBIN AULIYA WAL ULAMA
Sumber : Ensiklopedia Karya Ulama Nusantara Hal : 125 - 131
SEMOGA BERMANFAAT
SALAM SAZIWA
MUHIBIN AULIYA WAL ULAMA
hasbi robbi jallalloh Hasby Jallalloh