Kita Yang Bercerita

Kita Yang Bercerita Larut dalam cerita seperti menyelam ke dalam dunia yang berbeda.

23/12/2025

Aku tidak sedang mengejar pujian,
aku hanya ingin berdiri di kakiku sendiri.
Menjadi manusia yang utuh,
yang kelak mampu membantu lebih banyak manusia,
dan membahagiakan mereka
yang setia hadir saat hidupku paling rapuh.
Jika langkahku pelan, itu karena tujuanku tulus.

23/12/2025

Mereka melihatku berlari mengejar mimpi,
tanpa tahu aku sedang menahan perih.
Aku membayar rasa sakit dengan usaha,
menghidupkan hal yang katanya mustahil,
dan menata ulang hidupku pelan-pelan.
Jika hari ini aku terlihat kuat,
percayalah, itu hasil dari banyak luka yang kupeluk sendiri.

23/12/2025

Tidak semua perjalanan membawa kita pergi jauh.
Ada yang justru mengajak pulang ke diri sendiri.
Pada akhirnya,
perjalanan terjauh manusia
adalah belajar menerima,
mengikhlaskan,
dan berdamai dengan takdir.

22/12/2025

Tenang, ya.
Semua sabar yang kamu simpan hari ini
tidak pernah benar-benar sia-sia.
Kelak, di satu waktu yang tepat,
kamu akan tersenyum paling bahagia,
menikmati keindahan yang lahir
dari lelah dan doa yang tak pernah berhenti.
Percaya saja,
waktu itu pasti datang.

22/12/2025

Butuh berapa kali hati retak,
sampai akhirnya dipertemukan dengan yang benar-benar tepat?
Jika patah ini masih terjadi,
mungkin bukan untuk menghukummu,
melainkan sedang menuntunmu
pada cinta yang tidak perlu ditebak dan diperjuangkan sendirian.

22/12/2025

Sedang kuusahakan satu nama,
yang kehadirannya masih Tuhan simpan rapat.

Ia yang kelak datang sebagai keindahan,
sebagai jawaban dari doa-doa yang selama ini kusemogakan.
Semoga saat waktunya tiba,
hadirnya benar-benar membawa tenang.

22/12/2025

Setiap orang punya waktunya sendiri untuk berduka.
Ada yang cepat, ada yang bertahun-tahun.

Sebab kehilangan tidak pernah datang dengan aba-aba,
dan mengikhlaskan bukan soal selesai atau tidak,
melainkan tentang belajar hidup berdampingan dengan rindu,
sepanjang usia.

15/12/2025

Dulu kupikir kehilangan itu soal kehilangan sosoknya.
Ternyata yang lebih menyakitkan adalah rindu
yang tak bisa lagi diarahkan pada siapa pun.

Berapa kali pun kita memanggilnya dalam hati,
kenyataan tetap menolak menghadirkannya kembali.
Dan di situlah sakitnya—
menyadari bahwa ia benar-benar sudah tidak menjadi bagian hidup kita.

15/12/2025

Ada hal-hal yang tidak bisa kita genggam,
meski sudah kita perjuangkan sekuat itu.

Kadang justru penolakan kita terhadap takdir
yang membuat langkah terasa makin berat.
Semakin melawan, semakin sesak.
Semakin bertahan, semakin lelah.

Mungkin kita hanya perlu belajar menerima,
bahwa tidak semua hal ditakdirkan untuk tinggal.

15/12/2025

Ada luka yang tidak akan kembali seperti semula,
ada hati yang tidak bisa pulih sepenuhnya.

Namun di balik semua itu,
kamu memilih menjahitnya sendiri—
pelan, rapuh, tapi tetap berani.

Kini lukamu tidak sempurna,
tapi ia tumbuh menjadi sesuatu yang indah.
Karena untuk menjadi indah,
kita tidak harus kembali utuh.

15/12/2025

Kadang jawaban paling menyakitkan justru yang paling sederhana:
bukan kamu orangnya.

Sebesar apa pun usahamu,
setulus apa pun hatimu,
jika ia tidak melihatmu sebagai rumah,
maka kamu hanya akan terus menunggu yang tidak pernah kembali.

Bergegaslah pergi,
sebelum dirimu habis untuk seseorang yang tidak pernah menginginkanmu.

15/12/2025

Cinta seharusnya jadi tempat paling pasti,
bukan ruang yang membuatmu terus menebak-nebak.

Kalau di tengah perjalanan kamu justru bertanya,
“apakah aku benar dicintai?”
mungkin jawabannya sudah terlihat dari rasa ragu yang tak kunjung reda.

Kadang, bukan cintanya yang hilang—
tapi memang tidak pernah ada sejak awal.

Address

Sidoarjo
61262

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Kita Yang Bercerita posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share