Arinal Hidayah Amsur

Arinal Hidayah Amsur Master of Ceremony • Interpreter Arabic • Teacher Arabic • Designer • Photografer • Muballigh • Imam

01/04/2025

Ziarah Kubur dan Renungan Sirkulasi Kehidupan

Ziarah kubur di momentum hari Raya Idul Fitri menjadi sangat jamak dilakukan oleh umat muslim khususnya di Indonesia. Rasa-rasanya ada yang kurang jika tidak menyempatkan diri untuk menziarahi kuburan keluarga yang telah mendahului.

Sebab di momentum inilah, orang bisa meluangkan waktu terlebih jika terikat dengan suatu pekerjaan. Dan di hari Raya Idul Fitrilah orang diberikan kesempatan untuk mudik dan bertemu sanak keluarga di kampung.

Namun, Ziara Kubur tidak hanya menyaksikan hamparan kuburan dan ornamen ciri khasnya tapi juga menghadirkan renungan.

Orang-orang yang telah mendahului Kita, adalah orang-orang yang dilengkapi dengan ketokohannya. Ia menjadi tokoh di masanya. Ia pernah menjadi sangat berjasa bagi banyak kehidupan orang lain. Ia bagai bak pahlawan yang sangat berjasa. Ia pernah membuat satu terobosan, kebijakan dengan segala maslahatnya.

Tapi yang namanya kehidupan pastilah ada akhirnya. Allah punya skenarionya. Bahwa sehebat apapun di masanya, Ia akan berakhir. Ia punya masa dan akan terhenti menggunakan masa itu.

Dan limit kehidupan itu hanya Dia-lah yang tahu. Ia menjadi rahasia bagi semua orang. Namun ini tentu punya hikmah dan alasan tersendiri.

Anda bisa membayangkan, jika semua orang terus-terusan hidup? Tidak ada istilah kematian. Maka yang mungkin terjadi adalah keruwetan. Sebab menyaksikan orang yang hidupnya satu dekade merupakan satu peristiwa besar, sebab orang itu tidak bisa lagi berbuat apa-apa. Dan akan menjadi urusan keluarganya.

Dan kematian itulah menciptakan sirkulasi udara bagi kehidupan selanjutnya. Selain itu, mengirimkan pesan jika ingin menjadi testimoni yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian adalah berbuat baiklah. Buatlah peran, buatlah kebijakan. Sehingga itu menjadi cerita yang indah bagi pemilik masa selanjutnya.

Kematian menjadi alarm, menghadirkan kesadaran untuk terus berupaya melakukan kebaikan, dan jangan ada celah untuk melakukan hal-hal yang tidak berguna apalagi tidak baik.

01/04/2025

Idul Fitri: Bahagia dan Membahagiakan

Satu potongan ceramah yang sangat menginspirasi di hari Idul Fitri ini oleh Syakh Dr. Yusuf al Qardawi

Ramadan dan Idul Fitri menghadirkan dua pesan istimewa;

Satu pesan Rabbani, bahwa setiap individu mempush dirinya agar meningkatkan ketaqwaan dan mengekang syahwatnya. Bahkan membatasi diri dari hal-hal yang berlebihan meskipun itu halal. Bersikap proporsional terhadap sesuatu dan merutinkan diri dengan ibadah-ibadah yang menunjang peningkatan ketaqwaan, baik puasa, solat wajib disempurnakan dengan solat sunnah dan ibadah yang lainnya.

Dan ibadah ini, jika didawamkan akan sangat membahagiakan, membuat hati menjadi sangat sehat, meningkatkan rasa syukur, tawadhu’, rendah hati, sangat mudah berlapang dada.

Dua Pesan Insani, yaitu membahagiakan orang lain terutama yang sangat membutuhkan. Dalam bulan puasa, ada satu syariat yang menjadi penyempurna dari rangakian ibadah seorang muslim yaitu Zakat Fitrah.

Apa pesan Zakat Fitrah bagi umat muslim? Yaitu berbagi. Dimana berbagi identik dengan membahagiakan orang lain. Membuat orang lain merasa diperhatikan, bahkan ketika mereka dalam keterpurukan.

Begitupun dengan Hari Raya Idul Adha. Syariat yang diawali dengan sholat, usai melaksanakan dianjurkan agar cepat memotong hewan qurban.

Lalu apa makna hewan qurban ini bagi muslim? Ini adalah tentang memastikan tidak ada orang yang kekurangan gizi. Memastikan makanan yang dimakan halal dan baik untuk dikomsumsi.

[KHUTBAH IDUL FITRI 1446 H]“Fantasyiru fil Ardh” (Bertebaranlah di Atas Muka Bumi)Khatib: Ustadz Arinal Hidayah Amsur, S...
29/03/2025

[KHUTBAH IDUL FITRI 1446 H]

“Fantasyiru fil Ardh” (Bertebaranlah di Atas Muka Bumi)

Khatib: Ustadz Arinal Hidayah Amsur, S.Sos
Imam: Ustadz Kamaruddin, S.Ag., M.Pd

Waktu: 1 Syawal 1446 H/ Senin, 31 Maret 2025 M

Tempat:
Lapangan Pondok Pesantren Nurul Jibal Kaloling, Dusun Bilalang, Desa Kaloling, Kec. Sinjai Timur

Media Sosial:
FaceBook: Pesantren Nurul Jibal
Instagram:
TikTok:

25/03/2025

PEMBISIK

Ada satu diksi dalam hadist Nabi yang cukup menyita perhatian Saya adalah istilah bithonan بطانة yang artinya pembisik.

Dalam hal kekuasaan, istilah ini tidak bisa dipisahkan dan memiliki peran yang sangat strategis. Sebab Ia bisa menjadi mata dan telinganya pemimpin yang sedang berkuasa. Apa yang disampaikan, agenda yang dikehendaki akan memiliki peluang diakomodir.

Karenanya, jika si Pembisik punya agenda tersulubung akan sangat berbahaya. Begitupun sebaliknya, jika agendanya demi kemaslahatan bersama maka akan menciptakan dampak yang luar biasa.

Di antara hadits yang menyinggung pembisik ini adalah:

‎مابعث الله من نبي ولا إستخلف من خليفة، إلا كانت له بطانتان؛ بطانة تأمره بالمعروف وتحضه عليه، وبطانة تأمره بالشر وتحضه عليه. والمعصوم من عصم الله

“Tidaklah Allah ‘azza wa jalla mengutus seorang Nabi atau mengangkat seorang khalifah [pemimpin], melainkan padanya ada dua pengawal [orang dekat, orang kepercayaan, atau pembisik]; pembisik yang memerintahkan perkara baik dan ia mendukungnya serta pembisik yang memerintahkan perkara buruk dan ia mendukungnya. Orang yang terpelihara, adalah yang dijaga Allah ‘azza wa jalla.” (HR. Al-Bukhari dari shahabat Abu Sa’id al-Khudri dan Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhumaa).

Karena demikian strategisnya peran pembisik ini, tidak jarang banyak pemimpin yang tergelincir dalam kewenangannya.

Ummul Mukminiin ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anhaa menuturkan sabda Rasulullaah ﷺ berikut ini:

‎إذا أراد الله بالأمير خيرًا جعل له وزير صدق؛ إن نسي ذكَّره، وإن ذكَر أعانه، وإذا أراد به غير ذلك جعل له وزير سوء؛ إن نسي لم يذكِّره، وإن ذكَر لم يُعِنه

“Apabila Allah ‘azza wa jalla menghendaki kebaikan bagi seorang pemimpin, maka Allah jadikan baginya menteri (amir) yang baik; jika pemimpin lupa ia mengingatkannya, jika pemimpin ada dalam kebenaran ia membantunya. Dan apabila Allah ‘azza wa jalla menghendaki selain itu [bukan kebaikan] bagi seorang pemimpin, maka Allah jadikan baginya menteri (amir) yang buruk; jika pemimpin lupa ia tidak mengingatkannya, jika pemimpin ada dalam kebenaran ia tidak membantunya.” (HR. Abu Dawud dengan sanad jayyid berdasarkan persyaratan Imam Muslim).

Pembisik bisa berarti orang terdekatnya, keluarganya, mentri-mentrinya, aparat-aparatnya.

23/03/2025

Zoom Out View dan Zoom In View

Pernahkah Anda melihat bahwa setiap orang punya cara tersendir dalam menyelesaikan masalahnya? Ada yang betul-betul tepat dan tidak sedikit justru menambah masalahnya.

Kenapa seperti itu? Itu mungkin bisa disebabkan cara Ia melihat suatu masalah dan cara Ia mengambil keputusan. Jadi ketepatan dalam mengambil keputusan menjadi faktor penentu, masalahnya bisa selesai atau malah menambah masalah.

Nah, dalam menyelesaikan masalah dan betul-betul tepat Kita perlu Zoom Out View, melihat secara utuh suatu masalah, sehingga bisa memastikan langkah apa yang akan Kita ambil. Apakah masalah itu saling terkait atau hanya melibatkan satu unsur saja.

Selain itu, perlu juga namanya Zoom In View, yaitu melihat lebih detail dan lebih rinci suatu masalah. Mengetahui akar masalahnya, menjadi sangat penting sebab akan sangat menentukan dalam mengambil keputusan yang tetap.

Dalam organisasi, biasanya yang memiliki Zoom Out View adalah para ketua atau pimpinan. Sebab merekalah yang terbiasa atau berhadapan dengan banyak masalah, sehingga bagaimana Ia menyelesaikan masalah dan seperti apa langkah yang akan diambil.

Sementara yang berkutat pada Zoom In View adalah orang-orang tang terlibat secara langsung dengan masalah atau problem itu, sebab mereka dituntut fokus pada persoalan itu, dan bagaimana teknis penyelesaian masalahnya.

17/03/2025

FOLLOW UP

Kata ini tidak asing lagi di telinga orang-orang yang hari-harinya bergelut di institusi, komunitas, organisasi ataupun yang lainnya.

Apalagi kalau sering rapat, meeting, dan lainnya. Tapi kata ini sering sekali terabaikan begitu saja ketika orang sudah rapat ataupun meeting.

Begitu pentingnya kata ini, menjadi faktor penentu apakah hasil rapat itu bisa terealisasi atau malah berlalu begitu saja, sampai diingat saat rapat kembali.

Faktor penentu dari kata follow up ini adalah pimpinan, ketua atau penanggungjawab utama. Orang-orang inilah yang penentu utama.

Ketika orang-orang ini jenuh menagih atau men-folllow up hasil keputusan, maka keputusan itu tinggallah sebuah kenangan. Atau kata lain, hanya menghabiskan waktu untuk rapat. Ngga pernah ada hasil yang maksimal.

Kasar-kasarnya, kalau ngga bisa/berani memfollow up, lebih baik nda perlu menghabiskan waktu untuk rapat.

Pada akhirnya, orang-orang ini terlihat sibuk karena bisa meeting sana sini, tapi nda menghasilkan apa-apa.

14/03/2025

Puasa sebagai Instrumen Kepekaan Sosial

Pernahkah Anda mendengar hadis tentang Nabi menganjurkan jika memasak Sayur agar memperbanyak kuahnya?

“Wahai Abu Dzar, apabila kamu memasak sayur (daging kuah) maka perbanyaklah airnya dan berilah tetanggamu” [HR. Muslim]

Apa yang ada dibayangan pembaca mendengar atau membaca hadist tersebut? Yah itulah yang penulis ingin uraikan pada kesempatan ini.

Penulis sendiri, Ketika membaca hadist itu merasa kok Islam perhatian banget kepada orang lain. Sampai sekecil itu diperhatikan.

Dari sini Kita mengerti betapa islam itu menjadi ‘Rahmat bagi seluruh alam’ Sebab kasih Sayang yang diterapakan dapat dimulai pada hal-hal kecil.

Hadis ini tentu dalam konteks kepedulian kepada sesama, bahwa setiap muslim sangat sensitif atau peka dengan urusan muslim lainnya.

Lalu bagaimana dengan puasa?

Setidaknya ada dua yang yang sangat bersentuhan langsung dengan kepekaan sosial.

Pertama, syariat Puasa mengantarkan Kita pada gerbang kepekaan sosial yang tinggi. Letaknya dimana? Apa yang Anda rasakan ketika tidak minum dan tidak makan? Tentu lapar.

Ketika Anda lapar, pernahkan terbayang bagaimana kondisi sesama muslim atau manusia itu kelaparan? Tidak ada yang bisa mereka makan ataupun minum dan betapa banyak dibelahan dunia yang lain yang sengaja dimiskinkan, sengaja dibuat lapar agar tidak berdaya? Itu adalah kenyataan pahit yang hari ini masih terjadi.

Maka melalui syariat puasa kondisi itu menjadi terus relevan sebagai bahan perenungan, sehingga muncul kesadaran baru bahwa manusia itu harusnya senasib dan sepenanggungan.

Kedua, yaitu syariat Zakat. Zakat menjadi penyempurna bagi ibadah puasa yang Kita lakukan dalam sebulan lamanya. Apa keterkaitan kehidupan sosial dan Zakat yang yang Kita tunaikan?

Dalam syariat islam zakat sangat terkait dengan pendistribusian, bahkan secara khusus disebutkan ada delapan kelompok yang berhak mendapatkan distribusi itu antara lain, fakir, miskin, amil, mulaf, riqab, garimin, fi sabilillah dan terakhir ibnu sabil.

Delapan golongan itu adalah orang-orang yang ‘membutuhkan bantuan’ dari zakat yang kita salurkan dengan harapan agar mereka kembali berdaya, menjadi terhormat.

Maka melalui syariat puasa ini, mengantarkan Kita pada satu kesadaran yang paripurna tentang kodisi sosial yang terjadi. Karena tidak bisa dipungkiri, itu akan selalu kita dapati dalam kehidupan kita.

Oleh: Arinal Hidayah Amsur

14/03/2025

Realitas dan Idealistas

Waktu mondok dulu ada satu cerita yang jarang Saya lupa, yang diceritakan oleh salah satu pembina. Ceritanya begini, ada dua orang, anggaplah si A dan si B.

Keduanya sama-sama mendapat tugas mengagkat air dari tempat yang sangat jauh dengan alat seadanya.

Keduanya, baik si A dan si B sama-sama melaksanakan tugas yang diperintahkan dengan penuh semangat. Tugas itu menjadi rutinitas hari-harinya yang harus keduanya kerjakan.

Pada satu waktu, Baik si A dan si B sama-sama sudah capek dan baik tangan maupun punggungnya sudah cedera karena tugas mengangkat air itu.

Kendati begitu pikiran si A ini adalah perintah yang harus Saya kerjakan. Secedera apapun, harus tetap mengangkat Air.

Tapi si B, punya pikiran atau inisiatif sembari tetap mengangkat air, dalam perjalanan Ia terus berdiskusi dengan dirinya, bagaimana caranya agar supaya Air ini bisa berada di tempat yang diperintahkan tapi tanpa harus Saya mengangkat Air.

Dengan pikiran itu, Ia cukup terobsesi bisa mewujudkannya walaupun belum ketemu jalurnya. Tapi pikirannya sudah ada.

Berbeda dengan si A. Ia tetap dengan pekerjaannya tanpa ada pikiran sama sekali ke sana, intinya ini tugas yah harus Saya kerjakan.

Bertahun-tahun pekerjaan itu dilakoni, si A mulai sangat kewalahan. Kodisi fisik mulai menunjukan tanda-tanda ketidak sanggupannya.

Sedangkan si B semakin hari hayalan dia tentang alat itu, sudah mulai menampakkan wujudnya.

Ia mulai menciptakan penemuan baru berupa P**a Air yang bisa digunakan memindahkan air dari yang jauh itu ketempat yang lebih dekat. Sehingga, tidak harus lagi menggunakan cara kerja keras agar air itu sampai ditempat yang diiginkan.

Mungkin cerita ini mengantarkan Kita pada satu kesimpulan bahwa ada “Realitas yang harus kita jalani, tapi jangan lupa menghadirkan ide-ide yang inovatif yang mendukung laju realitas itu”

Si A memang pekerja keras, tapi si B adalah pekerja Cerdas. Jangan ragu untuk menghadirkan hal-hal baru dalam melakoni kerja-kerja realitas.

هذا من فضل ربناUsai mengikuti Islamic International Converence Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Ustadz Fathurrahma...
29/12/2024

هذا من فضل ربنا

Usai mengikuti Islamic International Converence Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Ustadz Fathurrahman, Lc., M.Si dan Ustadz Adi Hidayat memberikan arahan-arahan kepada Pengurus Majelis Tabligh Wilayah dan Korps Muballigh Muhammadiyah se Indonesia.

Hotel Hyatt Jakarta Pusat, 28 Desember 2024

Coaching Dai:Sinergitas Dakwah di Era Society 5.0
08/12/2024

Coaching Dai:Sinergitas Dakwah di Era Society 5.0

Address

Sinjai

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Arinal Hidayah Amsur posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share