Lukman Fauzi Story

Lukman Fauzi Story Setiap kisah adalah cermin perjalanan — tentang masa lalu yang membentuk hari ini, dan hari ini yang menuntun masa depan. Cerita bangsa, makna kehidupan.

Melihat masa lalu, memahami hari ini. Selamat datang di "Tahukah Kalian?"! 🌟
Halaman ini didedikasikan untuk menghormati Jenderal Besar H.M. Soeharto, Presiden ke-2 RI, dan mendukung penuh pengusulannya sebagai Pahlawan Nasional. 🏅

Sebagai Bapak Pembangunan, beliau berjasa besar dalam:
🌾 Kemajuan pertanian (Revolusi Hijau)
🏗️ Pembangunan infrastruktur
📈 Stabilitas ekonomi bangsa

Selain itu, hala

man ini juga menyajikan berbagai konten menarik seputar:
🗳️ Kehidupan politik
🤝 Isu sosial
🎭 Budaya yang menginspirasi

Mari bersama mengenang dan menghormati dedikasi beliau yang membawa Indonesia menuju kejayaan! 🇮🇩✨

17/11/2025

Saya mendapat lebih dari 287.000 tanggapan pada postingan saya minggu lalu! Terima kasih semuanya atas dukungan Anda! 🎉

12/11/2025

“Ingat Bu, Sejarah Tak Bisa Dimonopoli”

Ingat, Bu… B**g Karno juga dulu pernah menjadi mandor romusha pada masa pendudukan Jepang. Itu bukan hinaan, tapi fakta sejarah yang tercatat jelas.
Saat itu, rakyat Indonesia dipaksa kerja tanpa upah, kelaparan, tersiksa, bahkan meninggal demi kepentingan perang Jepang.
B**g Karno—dalam segala kebesarannya—ada di dalam sistem itu. Ia bekerja bersama penjajah dengan dalih strategi politik, agar bisa tetap bertahan dan mencari celah untuk bangsa ini. Tapi faktanya, jutaan rakyat kecil tetap menjadi korban kerja paksa.
Jadi kalau sekarang ada yang berkata,
“Kalau bukan B**g Karno yang membaca proklamasi, Indonesia masih jadi budak,”
mohon maaf, itu pandangan yang terlalu sempit.
Bangsa ini merdeka bukan karena satu tokoh membaca teks, tapi karena jutaan rakyat menolak dijadikan budak — oleh penjajah maupun oleh mereka yang merasa paling berjasa.

Kemerdekaan bukan milik keluarga, partai, atau nama besar mana pun.
Kemerdekaan ini hasil cucuran darah petani, pelajar, santri, buruh, dan pejuang tanpa nama.
Mereka tak butuh panggung, tak butuh disebut pahlawan — tapi tanpa mereka, tak akan ada proklamasi yang bisa dibacakan.

Jadi Bu, hormati sejarah sebagaimana adanya.
B**g Karno memang bapak bangsa, tapi rakyatlah ibu kandung kemerdekaan.
Tanpa rakyat, semua gelar tinggal legenda.





Soeharto: Panglima Strategis di Balik Operasi TrikoraDi balik gagahnya semangat Trikora, ada sosok yang berdiri teguh di...
11/11/2025

Soeharto: Panglima Strategis di Balik Operasi Trikora

Di balik gagahnya semangat Trikora, ada sosok yang berdiri teguh di garis depan perencanaan militer Indonesia: Mayor Jenderal Soeharto. Saat Indonesia menghadapi tekanan Belanda yang ingin menjadikan Papua Barat sebagai negara boneka, Soeharto memimpin Komando Mandala dengan ketegasan dan strategi yang matang.

Dengan ketelitian seorang pemimpin militer ulung, Soeharto menyiapkan pasukan dan armada laut, termasuk kapal perang andalan KRI Irian 201, agar setiap langkah menuju pembebasan Papua Barat dapat dijalankan tanpa celah. Keberanian dan kepemimpinannya memastikan mobilisasi pasukan berlangsung tertib, sementara koordinasi dengan jalur diplomasi tetap dijaga untuk mencegah konflik besar.

Soeharto bukan hanya seorang panglima; ia adalah simbol disiplin, kecerdikan, dan keteguhan bangsa Indonesia. Berkat kepemimpinan strategisnya, Trikora berhasil menggabungkan Irian Barat ke Indonesia dengan keberhasilan diplomasi dan kesiapan militer yang sempurna.

Rakyat melihatnya sebagai pilar kekuatan bangsa: tegas tanpa arogan, tangguh tanpa menindas, dan selalu menempatkan kepentingan negara di atas nama individu. Kehebatan Soeharto dalam Trikora menjadi bukti nyata bahwa kepemimpinan sejati lahir dari keberanian bertindak dan kebijaksanaan dalam menghadapi tantangan.

🔰 “Dari Garis Depan hingga Pusat Strategi — KOSTRAD Siaga 24/7”Pada 6 Maret 1961 berdirilah satuan elite yang menjadi uj...
11/11/2025

🔰 “Dari Garis Depan hingga Pusat Strategi — KOSTRAD Siaga 24/7”
Pada 6 Maret 1961 berdirilah satuan elite yang menjadi ujung tombak pertahanan bangsa: Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (KOSTRAD).
Di bawah komando pertama Soeharto, saat itu berpangkat Mayjen, KOSTRAD mengawali langkahnya menyongsong panggilan sejarah: mobilisasi cepat, operasi lintas udara-darat, dan kesiapan total mempertahankan kedaulatan.

📍 Titik awalnya — operasi  Trikora — di mana KOSTRAD diperintahkan untuk memastikan Irian Barat tetap bagian dari NKRI.
Dengan mobilitas tinggi, struktur komando yang ramping, lalu kepercayaan dari pucuk negara, KOSTRAD langsung memantapkan diri sebagai kekuatan strategis bangsa.

💥 Hari ini, lebih dari sekadar satuan cadangan: KOSTRAD adalah simbol kesiapan, disiplin, dan pengabdian tanpa jeda.
Kita menghargai dedikasi mereka, karena menjaga kemerdekaan bukan tugas sekali, tapi tugas setiap saat.

🎖️ Untuk seluruh prajurit KOSTRAD — terima kasih atas pengorbanan kalian. Bangga menjadi bagian dari bangsa yang kalian lindungi.

Negara ini bukan kantor cabang partai kalian!Jangan seenaknya nyuruh pemerintah tunduk sama kemauan partai.Emangnya pres...
11/11/2025

Negara ini bukan kantor cabang partai kalian!
Jangan seenaknya nyuruh pemerintah tunduk sama kemauan partai.
Emangnya presidennya petugas partai kalian?!

Kalian teriak soal “suara rakyat”,
padahal yang kalian dengar cuma suara sendiri.
Ngaku paling pro rakyat, tapi kebijakan malah bikin rakyat menjerit.

Pak Harto mungkin tak sempurna, tapi jasanya nyata — bukan drama!
Beliau membangun bangsa ini dari nol, bukan dari pencitraan.

Jangan ajari bangsa ini soal pahlawan,
sementara kalian sendiri tuli terhadap sejarah dan buta terhadap kebenaran!

🔥 POLITIK DENDAM: SIAPA PUN BUKAN KAWANDrama penetapan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional kembali menyulut bara.Megawati...
11/11/2025

🔥 POLITIK DENDAM: SIAPA PUN BUKAN KAWAN

Drama penetapan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional kembali menyulut bara.
Megawati—yang disebut menolak keras langkah itu—dianggap tak rela sejarah berbalik memuliakan sosok yang berseberangan dengan sang ayah.

Di ruang opini publik, narasi yang berseliweran makin liar:
Habibie disebut bayang-bayang Orde Baru,
Gus Dur dianggap membuatnya tergelincir,
SBY dilabeli pengkhianat,
Jokowi dinilai menusuk perasaan,
Prabowo pun kini disebut angkat kaki meninggalkan.

Dalam narasi itu…
semua musuh, semua salah—kecuali dirinya.
Cermin? Seolah tak pernah jadi lawan.


“Estafet Pramuka: Dari Perintis Soekarno, Dihidupkan Soeharto”Gerakan Pramuka di Indonesia pertama kali diresmikan pada ...
11/11/2025

“Estafet Pramuka: Dari Perintis Soekarno, Dihidupkan Soeharto”

Gerakan Pramuka di Indonesia pertama kali diresmikan pada era Presiden Soekarno,
tepatnya 14 Agustus 1961 melalui Keppres No. 238/1961.
Inilah tonggak lahirnya wadah pendidikan kepanduan nasional,
yang bertujuan membentuk generasi muda berkarakter, berakhlak, dan cinta tanah air.

Namun perjalanan Pramuka tidak berhenti di sana.
Bahwa seorang anak Indonesia harus tumbuh dengan karakter,
bukan hanya gelar dan ilmu.

Di bawah kepemimpinan Presiden H. M. Soeharto,
benih yang ditanam itu disiram, dirawat, dan dibuat tumbuh lebih kokoh.
Di era Soeharto, Pramuka bahkan menjadi salah satu ekstrakurikuler wajib,
menghidupkan kembali semangat pembinaan karakter
di setiap sekolah, dari kota hingga desa.

Pramuka hidup — benar-benar hidup.
Di lapangan tempat anak-anak ditempa,
bukan dengan pidato panjang,
tapi dengan pengalaman nyata:
berkemah di hujan, bangkit setelah jatuh,
belajar memimpin, belajar peduli,
dan mencintai negeri ini dalam diam… namun sungguh-sungguh.

Di masa itu, seragam cokelat bukan sekadar pakaian sore hari,
melainkan lambang kedewasaan lebih awal:
• disiplin
• gotong royong
• kemandirian
• kepemimpinan
• cinta tanah air

Nilai yang membuat banyak dari mereka tumbuh
menjadi pribadi kuat —
yang siap menghadapi hidup.

Di sinilah makna kepemimpinan terlihat jelas:
pemimpin sejati bukan datang untuk menghapus,
bukan mengganti demi meredupkan nama sebelumnya…
tetapi justru melanjutkan dan meningkatkan kebaikan yang telah dimulai.

Itulah estafet yang pernah berjalan indah:
Soekarno merintis,
Soeharto menguatkan.

Dua masa, satu tujuan:
membentuk manusia Indonesia
yang tidak hanya pintar,
tetapi juga berjiwa.

Warisan ini bukan sekadar kenangan,
melainkan pengingat:
bahwa bangsa besar dibangun
oleh pemimpin yang menghargai sejarah
dan menumbuhkan kebaikan yang sudah ada.

Hari ini, tugas itu kembali pada kita.
Bukan untuk mengulang masa lalu,
tetapi untuk merawat apinya —
agar tetap menyala di hati generasi berikutnya.

✅ Peran Singkat

✅ Soekarno → pendiri & peresmian Pramuka (1961)
✅ Soeharto → penguat, pembina, dan penghidup Pramuka di sekolah





“Nasionalisme yang Pernah Membara — dan Harus Hidup Lagi”Dulu, setiap Senin pagi adalah momen yang sakral.Anak-anak seko...
11/11/2025

“Nasionalisme yang Pernah Membara — dan Harus Hidup Lagi”

Dulu, setiap Senin pagi adalah momen yang sakral.
Anak-anak sekolah berdiri tegak di bawah sinar matahari,
menatap bendera Merah Putih yang perlahan naik ke langit.
Suara lagu Indonesia Raya menggema,
dan setiap liriknya menggugah rasa bangga —
bahwa kita ini bangsa besar,
bangsa yang berdaulat, dan mencintai negerinya.

Itulah masa ketika nasionalisme bukan sekadar kata,
tapi napas kehidupan sehari-hari.
Di era Presiden H. M. Soeharto,
semangat cinta tanah air ditanam sejak kecil —
melalui upacara, pelajaran Pancasila,
dan kebiasaan sederhana yang membentuk karakter bangsa.

Pernah ada masa bendera dihormati,
bukan sekadar simbol.
Anak bangsa diajar mencintai negeri
tanpa perlu berteriak berlebihan.
Kini, suaranya keras…
tapi hatinya sepi.

Bendera bukan sekadar kain merah putih,
tapi lambang kehormatan.
Upacara bukan formalitas,
tapi wujud rasa hormat pada para pejuang.

Sekarang?
Sering kali nasionalisme hanya jadi slogan.
Banyak yang hanya lantang berteriak:
“NKRI !!! PANCASILA !!!”
namun tanpa benar-benar memahami,
menghayati, dan menjaganya dalam tindakan sehari-hari.
Padahal tanpa cinta tanah air yang tumbuh dari hati,
semua pembangunan tak punya jiwa.

Mari kita akui dengan jujur:
Banyak nilai baik dari masa itu yang justru hilang hari ini.
Kedisiplinan, rasa hormat, dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia —
semua itu adalah warisan berharga
yang seharusnya tidak ditinggalkan, melainkan diteruskan.

Kita tidak harus kembali ke masa lalu,
tapi kita bisa mewarisi semangatnya.
Program-program baik seperti penanaman nilai Pancasila,
pendidikan karakter, dan rasa bangga sebagai bangsa
harus dihidupkan lagi — dengan cara yang relevan untuk zaman ini.

Karena bangsa yang besar bukan hanya yang maju teknologinya,
tapi yang kuat akar jiwanya.
Dan dulu, di masa Pak Harto,
akar itu pernah tumbuh dengan kokoh.

“Dulu, nasionalisme membara.
Sekarang, tinggal bagaimana kita menyalakan apinya lagi —
bukan sekadar berteriak NKRI! Pancasila!”


🎙️ "Ternyata EYD Adalah Warisan Pak Harto"Banyak yang tak menyadari, bahwa hingga hari ini — setiap huruf yang kita tuli...
10/11/2025

🎙️ "Ternyata EYD Adalah Warisan Pak Harto"

Banyak yang tak menyadari, bahwa hingga hari ini — setiap huruf yang kita tulis, setiap kalimat yang kita rangkai, bahkan setiap naskah resmi yang kita buat — semuanya masih menggunakan aturan yang lahir di masa Presiden Soeharto.

📜 Tahun 1972, melalui Keputusan Presiden No. 57 Tahun 1972, Presiden Soeharto meresmikan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) — sebagai bentuk cinta dan ketertiban bangsa dalam berbahasa.
Sebuah langkah besar untuk membangun bangsa yang tertib berpikir, tertib menulis, dan tertib berbicara.

Langkah ini bukan sekadar soal ejaan,
tapi simbol modernisasi dan keteraturan berpikir bangsa.
Dengan EYD, bahasa Indonesia menjadi lebih sederhana, logis, dan siap dipakai di dunia pendidikan, pemerintahan, dan ilmu pengetahuan.

🔹 Dari sinilah bahasa Indonesia menjadi lebih teratur dan mudah dipahami dunia.
🔹 Dari sinilah kita belajar menulis dengan satu aturan yang sama — dari Sabang sampai Merauke.
🔹 Dan hingga kini, lebih dari 50 tahun kemudian, sistem ejaan itu masih menjadi dasar yang kita gunakan setiap hari.

🇮🇩 Jadi, kalau hari ini kita menulis dengan benar, sadar atau tidak, kita sedang menggunakan warisan intelektual dan kebijakan pendidikan dari Pak Harto.
Bukan sekadar ejaan — tapi simbol keteraturan, disiplin, dan kemajuan bangsa.

10/11/2025

“Dr. Meutia Hatta, putri Proklamator B**g Hatta…
menyampaikan pesan yang menembus nurani bangsa.

‘Jangan lupakan jasa besar Pak Harto dalam membangun negeri ini.’

Sebuah pengingat yang sederhana,
namun bermakna dalam bagi generasi hari ini.

Di bawah kepemimpinan Pak Harto,
Indonesia berdiri tegak, mandiri, dan berdaulat.

Dari sawah hingga bendungan,
dari sekolah hingga jalan-jalan penghubung antar daerah —
semua lahir dari tekad membangun negeri, bukan sekadar berkuasa.

Waktu boleh berganti,
tapi sejarah tak boleh dilupakan.

Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai
jasa para pemimpin yang berbuat nyata untuk rakyatnya.

Hari ini, mari kita belajar dari keteladanan itu.
Dari keberanian, dari kerja keras,
dari cinta tanah air yang tak pernah padam.”

Saya baru saja menghubungi 75 rb pengikut! Terima kasih atas dukungan berkelanjutan. Saya tidak mungkin berhasil tanpa A...
10/11/2025

Saya baru saja menghubungi 75 rb pengikut! Terima kasih atas dukungan berkelanjutan. Saya tidak mungkin berhasil tanpa Anda semua. 🙏🤗🎉

Address

Slawi

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Lukman Fauzi Story posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Lukman Fauzi Story:

Share