22/07/2025
Sungguh miris, SD Negeri di Blora Tak Dapat 1 Pun Murid. Padahal Sudah Jemput Bola ke TK dan Rumah Warga.
Di sebuah sudut sunyi Desa Patalan, Kecamatan Blora, berdiri SDN 1 Patalan—sekolah dasar negeri yang kini mencerminkan realita pilu dunia pendidikan kecil. Tahun ajaran 2025/2026, sekolah ini tak memperoleh satu pun murid baru. Hingga penutupan PPDB pada 7 Juni 2025, sepihanya ruang kelas I menjadi saksi bisu kekosongan harapan
Baru saja bertugas selama seminggu, kepala sekolah Dhian Mayasari menatap data dengan mata sendu. Hasil riset menunjukkan sekitar 33 siswa tersisa, namun setelah lulusnya tiga anak kelas VI, hanya 30 anak yang masih aktif bersekolah.
Di desa yang kehidupan warganya sederhana, hanya satu TK tersedia, dengan lima anak—namun tak satu pun memilih SDN 1 Patalan, mereka lebih memilih sekolah lain, entah swasta atau milik Kemenag.
Dari mengunjungi rumah-rumah warga sampai sentuh undangan ke TK, semua usaha sekolah tak mampu menumbuhkan minat. Lokasi sekolah yang terletak jauh dari jalan utama, diapit sekolah swasta dan negeri lain yang dianggap lebih baik, menambah kesunyian sekolah kecil itu
Ketika anak-anak yang tersisa dikumpulkan untuk kegiatan MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah), ruang kelas I tetap kosong. Sekolah memilih memanfaatkan ruang itu untuk lomba menggambar, mencoba menciptakan semangat di tengah kekosongan murid baru
Dinas Pendidikan Blora kini mempertimbangkan opsi regrouping—menggabungkan SDN 1 Patalan dengan SDN 2 Patalan, demi menjaga angka minimal rombongan belajar
Bagi sekolah itu, regrouping adalah gambaran nyata bahwa identitasnya bisa hilang—terhanyut bersama harapan yang belum sempat tumbuh.
Kesedihan itu terasa nyata.
Di sudut yang terlupakan, harapan anak-anak harum berubah menjadi kelam, dan kehadiran guru-guru hanya menjadi ingatan akan apa yang mungkin pernah tumbuh dalam ruang kelas itu.
Sc. Tribunnews