Aku punya cerita

Aku punya cerita "kompilasi film"

"Sial...."Adel baru saja selesai dengan pekerjaannya di kantor. Malam itu, langit gelap tanpa bintang, hanya disinari re...
19/10/2024

"Sial...."

Adel baru saja selesai dengan pekerjaannya di kantor. Malam itu, langit gelap tanpa bintang, hanya disinari remang-remang lampu jalan yang temaram. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, dan jalanan menuju rumahnya begitu sepi. Hawa dingin menusuk, menambah suasana sunyi yang mencekam.

Adel mempercepat langkahnya, tas kerjanya dijinjing erat. Dia merasakan sesuatu yang aneh, seolah ada yang mengawasi dari kejauhan. Namun, dia mencoba mengabaikannya, berpikir bahwa itu hanya perasaannya saja setelah hari yang melelahkan.

Saat dia melewati sebuah gang sempit yang biasa dia lewati untuk mempercepat perjalanan, suara langkah kaki terdengar samar di belakangnya. Langkah itu tidak seperti langkah manusia biasa, bunyinya seperti sesuatu yang diseret. Adel memberanikan diri untuk menoleh ke belakang, dan saat itu jantungnya berdegup kencang. Ada sosok mengerikan yang mengikutinya—sesosok wanita dengan tubuh yang hanya setengah, tanpa kaki. Wajahnya pucat dengan mata kosong yang memandang tajam ke arah Adel. Tubuhnya melayang rendah, dan bagian bawahnya hanya berupa potongan tubuh yang berlumuran darah.

Adel terkejut dan langsung berlari sekencang-kencangnya. Nafasnya tersengal-sengal, tapi suara seretan itu semakin mendekat. Setiap kali Adel menoleh, sosok itu semakin dekat, dengan tangannya yang dingin dan pucat seperti hendak meraih Adel.

“Jangan... jangan mendekat!” Adel berteriak dengan sisa tenaganya, tapi sosok itu tak mengindahkannya. Semakin cepat Adel berlari, semakin cepat juga hantu itu mengejarnya.

Sesampainya di depan rumah, Adel terpaksa berhenti karena kunci rumahnya terjatuh saat berlari tadi. Dia gemetar saat mencoba merogoh tasnya mencari kunci cadangan. Sosok setengah badan itu sudah tepat di belakangnya, mengulurkan tangan. Mata Adel membesar saat dia bisa merasakan hawa dingin yang berasal dari sosok itu.

Tiba-tiba, dari dalam rumah, lampu teras menyala terang, dan sosok itu menghilang begitu saja, seolah dibakar cahaya. Adel terjatuh ke tanah, masih menggenggam kunci di tangannya. Tubuhnya menggigil tak karuan. Di dalam rumah, ibunya yang mendengar keributan di luar segera keluar.

"Ada apa, Adel?" tanya ibunya panik.

Dengan suara yang bergetar, Adel menceritakan apa yang terjadi. Sang ibu mendengarkan dengan seksama, lalu menghela nafas panjang.

"Itu bukan pertama kalinya ada yang melihatnya," ucap ibunya lirih. "Dulu, di gang sempit yang kamu lewati, ada wanita yang meninggal dalam kecelakaan, tubuhnya terpotong. Sejak saat itu, dia sering terlihat mengejar orang-orang yang melewati gang itu sendirian, terutama di malam hari."

Adel hanya bisa terdiam. Malam itu menjadi malam yang takkan pernah bisa dia lupakan, bayang-bayang sosok setengah badan itu terus menghantuinya setiap kali dia pulang larut malam.

"Tercegat makhluk tinggi"Pada suatu malam yang sunyi, Jejen dan Oding, dua sahabat karib, tengah melakukan ronda malam d...
19/10/2024

"Tercegat makhluk tinggi"

Pada suatu malam yang sunyi, Jejen dan Oding, dua sahabat karib, tengah melakukan ronda malam di kampung mereka. Malam itu terasa lebih gelap dari biasanya, dan udara dingin menyelimuti setiap sudut jalan.

"Jen, perasaan gua gak enak," bisik Oding sambil melihat ke kanan dan kiri. "Kampung sepi banget, ya?"

Jejen hanya mengangguk, menenangkan dirinya sambil menggenggam erat senter kecil di tangannya. Tiba-tiba, langkah kaki berat terdengar dari arah ujung jalan. Keduanya berhenti, menajamkan pendengaran.

"Ssst... ada yang datang," kata Jejen dengan suara bergetar.

Dari kegelapan, muncul sosok tinggi besar, jauh lebih tinggi dari manusia biasa. Matanya merah menyala, dan tubuhnya diselimuti bayang-bayang hitam pekat. Jejen dan Oding terpaku di tempat, tidak bisa bergerak karena rasa takut yang menjalar.

Makhluk itu melangkah mendekat, suara kakinya seperti menghentakkan bumi. "Siapa yang berani ronda di sini?" suara seraknya terdengar seperti guntur di telinga mereka.

Oding, yang biasanya pemberani, kini tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Jejen mencoba berbicara, namun suaranya tersangkut di tenggorokan. Dalam hati mereka hanya bisa berdoa agar makhluk itu tidak mendekat lagi.

Namun, saat jaraknya tinggal beberapa meter, tiba-tiba makhluk itu berhenti. Seperti mengamati mereka dengan matanya yang tajam. Beberapa detik terasa seperti berjam-jam, hingga akhirnya, tanpa alasan yang jelas, makhluk itu berbalik dan menghilang ke dalam kegelapan.

Jejen dan Oding, yang seluruh tubuhnya gemetar, segera lari tunggang langgang ke pos ronda. Mereka tak berani lagi melanjutkan ronda malam itu. Sesampainya di pos, napas mereka masih tersengal-sengal.

"Jen, besok kita ajak yang lain kalau ronda. Gua gak mau ngalamin itu lagi," kata Oding dengan suara bergetar.

Jejen hanya mengangguk, masih syok dengan apa yang baru saja mereka alami.

"Pertemuan di Jalan Sepi"Sinta, seorang wanita muda yang baru saja pulang kerja, berjalan tergesa-gesa di jalan setapak ...
14/10/2024

"Pertemuan di Jalan Sepi"

Sinta, seorang wanita muda yang baru saja pulang kerja, berjalan tergesa-gesa di jalan setapak yang gelap. Malam itu ia kemalaman karena ada pekerjaan yang mendesak. Jalanan sepi, hanya terdengar suara angin yang sesekali berhembus pelan dan dedaunan yang bergesekan.

Lampu-lampu jalan yang jaraknya berjauhan hanya memberi sedikit penerangan. Sesekali Sinta melirik jam di tangannya, berharap segera sampai di rumah. Namun, semakin jauh ia melangkah, perasaan tidak nyaman mulai menyelimuti dirinya. Ada sesuatu yang aneh, seperti ada yang mengawasinya.

Tiba-tiba, di depan sana, di bawah lampu jalan yang remang, muncul sosok seorang nenek tua. Tubuhnya bungkuk, rambutnya panjang dan putih, serta pakaiannya lusuh. Nenek itu berdiri diam, menghalangi jalan Sinta. Wajahnya tidak terlihat jelas karena tertutup bayangan, tetapi ada sesuatu yang mengerikan dari sosoknya.

Sinta berhenti sejenak, merasa ragu. "Apa yang dilakukan nenek itu di sini, malam-malam begini?" pikirnya. Dia mencoba melangkah mundur, namun kakinya terasa berat, seolah-olah tidak bisa bergerak.

Nenek itu kemudian mengangkat wajahnya. Sepasang mata merah menatap Sinta tajam. Wajah keriputnya menyeringai, memperlihatkan gigi-gigi hitam yang mengerikan. "Kau... pulang... terlambat," suara nenek itu serak, tetapi terdengar jelas di telinga Sinta.

Dengan napas tertahan, Sinta berbalik, berusaha lari secepat mungkin. Namun, setiap kali dia menoleh ke belakang, nenek itu selalu ada, semakin dekat. Suara langkah kaki tua itu terdengar menyeret di belakangnya, semakin mendekat. Jantung Sinta berdegup kencang, kepanikan merayap di tubuhnya.

Tiba-tiba, tangannya terasa dingin, seperti ada yang mencengkeram pergelangan tangannya. Dia menjerit, namun tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Saat itu, nenek itu berdiri tepat di hadapannya, dengan wajah yang penuh amarah.

"Jangan pulang terlalu malam, Nak...," bisik nenek itu, sebelum perlahan-lahan menghilang menjadi kabut.

Sinta terjatuh, gemetar, tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Di tengah jalan yang sunyi itu, hanya dia dan bayangan malam yang menyaksikan kengerian yang baru saja dialaminya.

"Di cegat pocong"Lukman dan Tarno baru saja selesai nongkrong di warung kopi langganan mereka. Malam itu terasa lebih di...
14/10/2024

"Di cegat pocong"

Lukman dan Tarno baru saja selesai nongkrong di warung kopi langganan mereka. Malam itu terasa lebih dingin dari biasanya, dan kabut tipis mulai menyelimuti jalanan desa. Mereka memutuskan untuk pulang bersama, berjalan melewati jalan setapak yang biasa mereka lalui, jalan yang sepi dan gelap, dikelilingi oleh pepohonan tinggi.

"Lu ngerasa gak, Man, suasananya beda ya malam ini?" tanya Tarno, sambil melirik ke kiri dan kanan.

Lukman hanya tersenyum kecil, mencoba menutupi rasa takut yang mulai merayapi dirinya. "Udah lah, No. Jangan parno. Ini cuma kabut biasa."

Namun, baru beberapa langkah mereka berjalan, terdengar suara aneh dari arah semak-semak. Suara kain yang terseret di tanah, semakin lama semakin jelas. Keduanya langsung berhenti, dan mata mereka terpaku pada sesuatu yang muncul di ujung jalan setapak.

Di depan mereka, berdiri sosok putih tinggi, terbungkus kain kafan yang lusuh. Pocong. Matanya kosong menatap lurus ke arah mereka, dan tanpa suara, sosok itu melompat-lompat perlahan mendekat. Wajahnya pucat, menyeramkan, dengan mulut terbuka seperti menahan jeritan yang tak pernah keluar.

Lukman dan Tarno terpaku di tempat. Tubuh mereka kaku, kaki mereka seolah menolak perintah untuk bergerak. Pocong itu semakin dekat, hanya beberapa meter di depan mereka sekarang.

"Lukman... ini beneran, kan?" Tarno berbisik, suaranya bergetar.

Lukman tidak menjawab. Tubuhnya gemetar hebat, keringat dingin membasahi wajahnya. Tiba-tiba, pocong itu berhenti, seakan menunggu sesuatu. Detik demi detik berlalu dengan lambat, dan dalam hening yang mencekam itu, Tarno tidak tahan lagi. Ia berteriak dan langsung berlari, meninggalkan Lukman yang masih terpaku.

Lukman mencoba bergerak, tapi tubuhnya terasa berat, seakan ada sesuatu yang menahannya. Ketika ia akhirnya bisa melangkah mundur, pocong itu kembali melompat mendekat dengan kecepatan yang mengerikan. Jeritan Lukman menggema di malam yang kelam, menyatu dengan kabut yang semakin tebal.

Malam itu, hanya Tarno yang kembali ke desa, tapi ia tak pernah lagi bercerita tentang apa yang terjadi pada Lukman. Orang-orang hanya menemukan sandal Lukman yang tertinggal di jalan setapak itu, basah oleh embun dan dingin oleh malam yang sepi.

"Bakso malam"Di suatu malam yang dingin dan berkabut, Jajang, seorang penjual bakso keliling, mendorong gerobaknya menyu...
12/10/2024

"Bakso malam"

Di suatu malam yang dingin dan berkabut, Jajang, seorang penjual bakso keliling, mendorong gerobaknya menyusuri jalanan sepi di pinggiran desa. Malam itu terasa lebih sunyi dari biasanya, dan suara langkah kakinya serta roda gerobaknya menggema di antara pepohonan tua yang menjulang di tepi jalan.

"Bakso... bakso!" serunya pelan, berharap ada seseorang yang tertarik membeli.

Tiba-tiba, dari kejauhan, Jajang melihat sesosok bayangan hitam berdiri di bawah pohon beringin tua. Bayangan itu tak bergerak, hanya memandang ke arahnya dengan mata yang sayu, seolah menunggu. Merasa sedikit merinding, tapi tetap berpikir itu mungkin hanya seorang pelanggan biasa, Jajang mendekat.

"Bakso, Bang?" tanya Jajang dengan ramah, meski hatinya mulai terasa tak nyaman.

Bayangan itu mendekat tanpa bersuara, wajahnya tertutup oleh tudung hitam. Dia mengulurkan tangan yang pucat ke arah Jajang, menunjuk gerobak baksonya. Tanpa banyak bicara, Jajang segera menyiapkan semangkuk bakso.

"Ini, Bang," katanya, sambil menyerahkan semangkuk bakso panas.

Bayangan itu menerima mangkuk bakso dengan tangan gemetar, lalu tanpa berkata-kata, mulai menyantapnya dengan lahap. Jajang hanya bisa diam terpaku, tak berani bertanya. Setiap suapan yang diambil si pembeli, udara malam semakin terasa dingin menusuk tulang.

Setelah selesai makan, bayangan itu menatap Jajang dengan tatapan kosong. Dia mengeluarkan sekeping koin kuno dari dalam jubahnya dan meletakkannya di tangan Jajang. Begitu Jajang menerima koin itu, bayangan hitam tersebut perlahan memudar, menyatu dengan kabut malam yang semakin tebal.

Jajang menatap koin di tangannya, koin tua berkarat dengan gambar yang aneh. Hatinya berdegup kencang. Tiba-tiba, terdengar suara pelan di telinganya, “Terima kasih... baksonya enak.”

Jajang tersentak, dan koin itu tiba-tiba berubah menjadi abu di tangannya, terbang dibawa angin malam. Kaki Jajang gemetar, dia segera membereskan gerobaknya dan meninggalkan tempat itu dengan cepat, sambil bersumpah tidak akan pernah jualan di sekitar pohon beringin tua itu lagi. Namun, setiap malam ketika Jajang berjualan, dia merasa selalu diawasi—seperti ada yang menunggu untuk kembali membeli baksonya.

"Hilang part²"Malam itu, suasana panggung begitu meriah. Dita, seorang biduan terkenal di kampungnya, baru saja menyeles...
12/10/2024

"Hilang part²"

Malam itu, suasana panggung begitu meriah. Dita, seorang biduan terkenal di kampungnya, baru saja menyelesaikan penampilan memukau di acara pesta rakyat. Senyum manisnya masih melekat di wajah ketika ia berjalan ke belakang panggung, siap pulang ke rumah. Namun, tak disadari oleh siapapun, di sudut gelap dekat panggung, sekelompok orang bertudung hitam tengah mengamati setiap langkahnya.

Saat Dita hendak masuk ke dalam mobilnya, tiba-tiba beberapa pria misterius menariknya dengan cepat. Mulutnya ditutup rapat, dan dalam sekejap, ia diseret masuk ke dalam sebuah mobil van yang tak ada tanda-tanda mencolok. Mobil itu melaju kencang, meninggalkan suara bising dari kerumunan yang masih bersemangat dengan acara.

Di dalam mobil, Dita berusaha melawan, tetapi sia-sia. Ia dibawa ke sebuah tempat terpencil, sebuah gubuk tua yang terlindung oleh hutan lebat. Di sana, sekelompok orang berkumpul di sekitar api unggun yang menyala terang, membentuk lingkaran. Wajah-wajah mereka ditutupi oleh topeng aneh dengan simbol-simbol tak dikenal.

Kelompok itu ternyata adalah penganut ilmu hitam yang telah lama mencari "tumbal" untuk ritual mereka. Mereka percaya bahwa suara indah Dita memiliki kekuatan gaib yang bisa memperkuat kekuatan mereka. Pimpinan mereka, seorang wanita tua dengan mata tajam dan tatapan penuh kebencian, mendekati Dita yang diikat di tengah lingkaran.

Dita, yang ketakutan namun tetap berusaha berpikir jernih, mulai menyadari bahwa hidupnya berada di ujung tanduk. Namun, di dalam hatinya, ia berdoa dan berharap ada keajaiban yang bisa membebaskannya dari cengkeraman kelompok sesat ini.

Namun, sebelum ritual dimulai, suara dari luar hutan menggema—terdengar seperti sirine polisi. Ternyata, seorang kru panggung yang curiga melihat mobil misterius tersebut melapor kepada polisi. Dalam hitungan detik, pas**an polisi bersenjata mengepung gubuk itu. Sekte itu panik, mencoba melarikan diri, tapi tak ada jalan keluar.

Dita berhasil diselamatkan tepat pada waktunya, meski trauma akan peristiwa itu membekas dalam dirinya. Kelompok sesat itu pun ditangkap, dan ritual gelap yang mereka rencanakan tak pernah terlaksana. Meski selamat, malam itu menjadi pengalaman yang takkan pernah Dita lupakan.

"Hilang...."Robin adalah seorang musisi berbakat yang namanya mulai melejit di dunia musik. Suara khas dan lagu-lagu pen...
11/10/2024

"Hilang...."

Robin adalah seorang musisi berbakat yang namanya mulai melejit di dunia musik. Suara khas dan lagu-lagu penuh emosi membuatnya semakin dikenal. Namun, tiba-tiba, Robin menghilang. Tak ada kabar, tak ada jejak, hanya pesan singkat di ponsel asistennya: "Aku akan kembali sebelum konser besok."

Ketika hari konser tiba, Robin tak muncul. Para penggemarnya bingung, dan manajemennya panik. Polisi segera dihubungi, tapi tak ada tanda-tanda keberadaan Robin. Semua orang hanya bisa bertanya-tanya, ke mana musisi muda itu pergi?

Beberapa hari kemudian, seorang penyelidik swasta bernama Ardi ditugaskan untuk mengusut kasus ini. Penyelidikan membawa Ardi ke kehidupan pribadi Robin yang tertutup, dan di sinilah dia menemukan sesuatu yang mengerikan. Robin ternyata sedang terlibat dengan sebuah sekte rahasia yang disebut "Cahaya Hitam", sebuah kelompok sesat yang mempercayai kekuatan supranatural untuk mengendalikan pikiran dan jiwa orang lain.

Ardi menemukan petunjuk di ruang pribadi Robin: sebuah catatan kecil yang penuh dengan simbol-simbol aneh dan nama-nama anggota sekte. Dalam catatan itu, Robin menulis bahwa dia merasa terancam, bahwa sekte tersebut mengincarnya untuk sebuah ritual "pengorbanan jiwa", yang konon akan memberikan kekuatan abadi bagi pemimpin sekte.

Penyelidikan semakin gelap ketika Ardi berhasil melacak lokasi pertemuan sekte tersebut, sebuah bangunan tua di pinggiran kota. Di sana, di sebuah ruang bawah tanah yang gelap dan penuh dengan simbol-simbol mistis, Ardi menemukan Robin. Dia terbaring di tengah lingkaran ritual, tampak tak sadarkan diri.

Dengan cepat, Ardi berusaha menyelamatkan Robin sebelum ritual selesai. Pertarungan dengan para anggota sekte terjadi, dan Ardi nyaris tertangkap. Namun, dengan kecerdikannya, dia berhasil membebaskan Robin dan kabur dari tempat itu.

Setelah selamat, Robin bercerita bahwa sekte tersebut telah membayangi hidupnya selama berbulan-bulan. Mereka percaya bahwa jiwa Robin adalah kunci untuk mencapai keabadian. Meskipun dia selamat, Robin tahu bahwa sekte tersebut mungkin akan kembali mengincarnya.

Misteri hilangnya Robin akhirnya terungkap, namun ancaman dari sekte itu masih membayangi, meninggalkan pertanyaan: akankah mereka menyerah begitu saja, atau justru akan terus memburu sang musisi?

"Lubang hitam"Di sebuah kota kecil di Amerika Serikat, setiap malam, langit cerah mendadak berubah menjadi gelap gulita ...
11/10/2024

"Lubang hitam"

Di sebuah kota kecil di Amerika Serikat, setiap malam, langit cerah mendadak berubah menjadi gelap gulita di satu titik tertentu. Fenomena aneh ini terjadi tepat di tengah malam, di mana sebuah lubang hitam misterius muncul di atas kota. Tak ada yang tahu dari mana asalnya, tetapi kehadirannya selalu disertai dengan perasaan takut yang menghantui para penduduk.

Lubang hitam itu muncul di langit tanpa suara, seperti celah yang menyedot cahaya di sekitarnya. Penduduk yang penasaran pernah mencoba meneliti fenomena ini, namun setiap kali mereka mendekat ke lokasi munculnya lubang hitam, alat-alat mereka berhenti bekerja, dan tubuh mereka merasakan tarikan gravitasi yang kuat, seakan mereka hampir tersedot masuk.

Suatu malam, seorang ilmuwan bernama Dr. Rachel Montgomery, yang telah mempelajari fenomena ini selama bertahun-tahun, memutuskan untuk melakukan eksperimen terakhirnya. Dengan peralatan khusus, dia mendekati titik di mana lubang hitam selalu muncul. Saat jarum jam menunjukkan pukul 00:00, langit di atasnya terbuka dan lubang hitam yang besar kembali terlihat. Tapi kali ini, sesuatu yang berbeda terjadi.

Rachel melihat sesuatu bergerak di dalam lubang hitam itu—sesuatu yang tampak seperti bayangan, berbentuk seperti manusia. Sebelum dia sempat menyadari apa yang terjadi, bayangan itu mendekat dan sebuah suara berbisik di telinganya, "Kamu tidak seharusnya ada di sini."

Keesokan paginya, Rachel ditemukan tak sadarkan diri di tempat kejadian. Dia selamat, tetapi tak bisa mengingat apapun tentang apa yang dilihatnya malam itu. Namun, sejak saat itu, lubang hitam misterius tersebut tak pernah muncul lagi di langit kota kecil itu. Penduduk pun merasa lega, tetapi pertanyaan tetap ada: Apa sebenarnya lubang hitam itu? Dan siapa sosok yang dilihat Rachel di dalamnya?

Cerita itu tetap menjadi misteri yang tak terpecahkan, mengundang rasa ingin tahu, namun juga ketakutan yang tak terkatakan.

"Tertidur di pemakaman"Ace dan Kodir adalah dua sahabat yang s**a melakukan hal-hal konyol. Suatu malam, mereka memutusk...
10/10/2024

"Tertidur di pemakaman"

Ace dan Kodir adalah dua sahabat yang s**a melakukan hal-hal konyol. Suatu malam, mereka memutuskan untuk nongkrong di sebuah pemakaman tua di pinggir desa. Mereka hanya ingin uji nyali dan menghabiskan malam dengan bercanda dan menantang satu sama lain. Tanpa terasa, malam semakin larut, dan mereka pun mulai merasa lelah. Dalam keadaan setengah sadar, keduanya tertidur di atas batu nisan yang sudah tua dan ditumbuhi lumut.

Saat fajar masih jauh, Ace terbangun oleh suara bisikan. Awalnya, ia mengira Kodir yang sedang mengigau, tapi ketika membuka matanya, ia melihat Kodir masih tertidur pulas. Suara itu semakin jelas, seperti datang dari segala arah, memanggil namanya dengan lirih, "Ace... Ace... keluar dari sini... sebelum terlambat..."

Ace gemetar dan berusaha membangunkan Kodir. Namun, saat ia menyentuh pundak Kodir, tiba-tiba tubuh sahabatnya terasa dingin, sangat dingin seperti es. Mata Kodir tiba-tiba terbuka lebar, tetapi tatapannya kosong. Ace terkejut dan segera mundur. Kodir bangkit perlahan, dengan gerakan kaku dan wajah yang tak lagi menampakkan ekspresi.

"Ace, kita tidak pernah keluar dari sini..." suara Kodir terdengar jauh berbeda, seperti ada yang lain yang berbicara melalui dirinya.

Ace berlari menuju pintu gerbang pemakaman, tapi kakinya terasa berat, seakan ada tangan-tangan tak terlihat yang menariknya kembali. Saat ia menoleh ke belakang, seluruh pemakaman berubah. Batu nisan di sekelilingnya tampak lebih tinggi, dan sosok-sosok samar berdiri di setiap sudut, menatapnya dengan mata kosong.

Ace menjerit, namun suaranya tak terdengar. Malam itu, pemakaman menelan dua sahabat itu tanpa jejak. Hingga pagi tiba, penduduk desa hanya menemukan barang-barang mereka tertinggal di atas nisan, tapi Ace dan Kodir menghilang, seakan ditelan oleh kegelapan malam.

"Tiren"Ujo dan Ace adalah dua sahabat yang sering menghabiskan malam bersama di warung kopi dekat pemakaman tua di desan...
10/10/2024

"Tiren"

Ujo dan Ace adalah dua sahabat yang sering menghabiskan malam bersama di warung kopi dekat pemakaman tua di desanya. Malam itu, hujan rintik-rintik, dan angin dingin berhembus pelan, menambah suasana kelam. Mereka sedang asyik mengobrol tentang kejadian-kejadian aneh yang sering mereka dengar di desa.

Tiba-tiba, seorang pria tua mendekati meja mereka. Wajahnya pucat, dengan tatapan kosong, namun tetap terlihat ramah. Pria itu tersenyum lemah dan mulai berbicara, seolah sudah mengenal Ujo dan Ace sejak lama. "Malam ini gelap sekali, ya? Seperti kemarin, waktu aku pergi..."

Ace dan Ujo saling berpandangan bingung. Mereka belum pernah melihat pria ini sebelumnya. Namun, mereka membiarkan pria itu duduk dan ikut berbicara. Pria itu bercerita tentang kehidupannya di desa, tentang keluarganya, dan tentang kecelakaan tragis yang dialaminya.

"Aku meninggal kemarin," ucap pria itu tiba-tiba, membuat Ujo dan Ace terdiam. Wajah mereka berubah pucat.

"Apa maksudmu?" tanya Ujo dengan suara bergetar.

Pria itu tertawa pelan, namun tawanya terdengar aneh, kosong. "Aku sudah dimakamkan di sini, di pemakaman tua ini," katanya sambil menunjuk ke arah deretan batu nisan yang samar terlihat dalam gelap. "Aku hanya ingin mengucapkan selamat tinggal."

Ujo dan Ace membeku di tempat. Perlahan, mereka menyadari bahwa pria itu adalah salah satu orang yang mereka lihat di pemakaman kemarin—orang yang dimakamkan setelah meninggal dalam kecelakaan.

Seketika pria itu berdiri, senyumannya berubah kaku. "Terima kasih sudah mendengarkan. Aku harus pergi sekarang."

Tanpa suara, pria itu berjalan menjauh dan menghilang ke dalam gelap. Ujo dan Ace hanya bisa terpaku, merasakan bulu kuduk mereka berdiri. Mereka baru saja mengobrol dengan seseorang yang sudah meninggal...

"Kota mati"Di tengah hutan lebat, tersembunyi sebuah kota yang sudah lama ditinggalkan penghuninya, bernama Desa Arwah. ...
09/10/2024

"Kota mati"

Di tengah hutan lebat, tersembunyi sebuah kota yang sudah lama ditinggalkan penghuninya, bernama Desa Arwah. Dahulu, desa ini ramai dan makmur, tetapi suatu malam, semua penduduknya menghilang tanpa jejak. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi, dan sejak saat itu, desa itu menjadi tempat yang dihindari.

Orang-orang menyebutnya "kota mati." Rumor mengatakan, jika ada yang mencoba masuk setelah senja, mereka takkan pernah kembali. Banyak yang penasaran, tapi tak ada yang cukup berani untuk menjelajahinya, kecuali seorang pemuda bernama Raka. Ia adalah seorang peneliti urban legend, dan cerita tentang Desa Arwah menarik perhatiannya.

Dengan membawa kamera dan alat-alat lain, Raka memutuskan untuk menyusuri jalanan sunyi desa itu. Saat pertama kali memasuki gerbangnya, udara terasa aneh, terlalu dingin untuk malam musim panas. Rumah-rumah tua di sepanjang jalan terlihat utuh, tapi berdebu, seolah-olah waktu berhenti sejak malam misterius itu.

Saat malam semakin larut, Raka merasakan kehadiran yang tak terlihat. Suara langkah kaki samar terdengar di belakangnya, tapi saat ia menoleh, tak ada apa-apa. Penerangannya mulai berkedip, dan di salah satu rumah tua, ia melihat bayangan seseorang berdiri di balik jendela, menatapnya. Raka mencoba mendekat, tapi bayangan itu menghilang.

Lalu, dia menemukan sebuah buku usang di tengah alun-alun kota. Isinya adalah catatan harian seseorang, mungkin salah satu warga terakhir desa ini. Dalam catatan itu, tertulis tentang suara aneh yang mulai terdengar setiap malam dan bayangan-bayangan yang menghantui desa. Catatan terakhir berbunyi, "Mereka datang, tidak ada tempat untuk lari."

Tiba-tiba, udara menjadi lebih dingin, dan Raka mendengar suara berat berbisik di telinganya, "Kamu tidak seharusnya datang." Tepat saat itu, cahaya lampu kameranya padam, dan desa yang sunyi berubah menjadi tempat di mana bayangan hidup, menutupinya dari segala arah.

Raka mencoba melarikan diri, tapi setiap jalan yang ia lewati selalu kembali ke alun-alun kota, seolah-olah desa itu sendiri tidak membiarkannya pergi. Satu-satunya hal yang terdengar adalah suara langkah kaki di belakangnya yang semakin dekat, sampai semuanya menjadi gelap.

Esoknya, orang-orang hanya menemukan kameranya, tergeletak di alun-alun kota mati. Raka tidak pernah kembali, menjadi bagian dari legenda yang semakin kelam.

"Si jengker"Di sebuah desa terpencil di kaki Gunung Jengker, sering terdengar cerita tentang makhluk misterius yang dika...
09/10/2024

"Si jengker"

Di sebuah desa terpencil di kaki Gunung Jengker, sering terdengar cerita tentang makhluk misterius yang dikatakan berkaki besar. Makhluk ini, yang disebut warga sebagai "Si Jengker", menjadi legenda turun-temurun. Orang-orang yang berani mendaki gunung sering melaporkan jejak kaki raksasa yang aneh, terdengar suara berat dari balik pepohonan, dan bayangan besar yang bergerak di tengah kabut tebal.

Suatu hari, sekelompok pendaki muda dari kota memutuskan untuk membuktikan apakah cerita itu benar. Mereka mempersiapkan diri dengan baik, membawa perlengkapan kamera, dan mendaki Gunung Jengker pada malam hari, saat kabut mulai menyelimuti puncaknya. Mereka mendengar cerita dari penduduk desa bahwa makhluk ini hanya muncul ketika kabut turun tebal, seolah menjadi bagian dari misteri gunung itu sendiri.

Saat malam semakin larut, kelompok itu tiba di sebuah dataran tinggi yang sunyi, dikelilingi oleh hutan lebat. Tiba-tiba, mereka mendengar suara berat yang menggema di antara pepohonan. Salah satu dari mereka menyalakan senter dan melihat jejak kaki raksasa di tanah, lebih besar dari ukuran manusia. Jantung mereka berdegup kencang, tetapi rasa penasaran mengalahkan rasa takut mereka.

Saat mereka berjalan lebih jauh, tiba-tiba dari balik kabut muncul sosok tinggi besar, dengan mata merah menyala yang menatap lurus ke arah mereka. Sosok itu bergerak lambat, tetapi setiap langkahnya mengguncang tanah. Salah satu pendaki mencoba mengambil gambar, namun tiba-tiba, lampu-lampu senter mereka mati secara bersamaan. Dalam kegelapan yang pekat, mereka hanya bisa mendengar langkah berat itu semakin dekat.

Keesokan harinya, tim penyelamat menemukan tenda mereka kosong di dataran tinggi, tetapi tidak ada tanda-tanda para pendaki. Satu-satunya petunjuk yang tersisa hanyalah jejak kaki raksasa yang mengarah ke dalam hutan, seolah makhluk itu telah membawa mereka jauh ke dalam misteri Gunung Jengker yang tak terpecahkan.

Sejak saat itu, tidak ada yang berani mendaki gunung di malam hari lagi. Si Jengker tetap menjadi legenda yang mengerikan, menyimpan rahasia gelapnya di balik kabut tebal Gunung Jengker.

Address

Jalan Babakan , Kampung Sungapan Rt 026/rw 006, Desa Padabeunghar
Sukabumi
43171

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Aku punya cerita posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share