30/12/2024
Sejarah Karedok
Asal usul Desa Karedok konon berawal dari sebuah perkampungan yang terletak di seberang Sungai Cimanuk. Daerah ini dulunya merupakan wilayah Sumedang Larang atau Negara Mayeuti (sebutan orang pada saat itu). Ketika itu terjadi musibah tanah longsor di sawah lamping dan menimpa sebuah kampung, menyebabkan penduduk kampung tersebut harus pindah ke Kampung Rancakeong atau Babakan Dobol. Tersebutlah dua keluarga yang ada di tempat itu yang kemudian berkembang menjadi 710 jiwa. Perkembangan yang dimikian pesatnya itu dimungkinkan karena daerah ini merupakan daerah yang subur, sehingga banyak pendatang yang akhirnya menetap di sana.
Saat itu Sumedang dipimpin oleh seorang bupati bernama Pangeran Aria Suria Atmadja yang senang “ngalintar” (menangkap ikan di sungai dengan menggunakan jala atau kecrik). Ketika ia ngalintar lagi di Leuwi Kiara yang merupakan aliran Sungai Cimanuk, ia merasa lelah kemudian beristirahat di sebuah kampung yang disebut Kampung Dobol. Pada saat ia beristirahat, masyarakat setempat mengetahui bahwa yang sedang beristirahat itu adalah dalem atau bupati, dan dengan rasa hormat warga kampung itu menyuguhkan hidangan berupa karedok terong, yakni jenis makanan khas Sunda untuk teman nasi (saat makan). Ada tiga macam karedok, yaitu karedok leunca, karedok terong, dan karedok kacang panjang. Karedok leunca bahannya hanya dari buah leunca yang masih hijau atau tidak terlalu tua. Bumbunya terdiri atas garam, terasi, cikur (kencur), gula, bawang putih, serta surawung (kemangi). Bumbunya dihaluskan terlebih dahulu dalam coet dengan mutu (ulekan) disusul leunca dan surawung diaduk dengan bumbu hingga padu dan siap dihidangkan. Karedok terong bahannya terutama buah terong (terung) berwarna hijau keputih-putihan. Bumbunya terdiri atas garam, terasi, gula merah, kencur, asam, dan oncom. Biasanya keredok terong ini juga bisa dicampur atau ditambah lalap lain seperti kacang panjang, bonteng (mentimun), toge atau kubis, dan surawung (kemangi). Terung, kacang panjang, mentimun, kol diiris, kecuali kemangi dan toge. Kemudian dimasukkan ke dalam coet atau ulekan untuk diaduk dengan bumbu yang sudah disiapkan dan dihaluskan hingga padu. Sedangkan ka-redok kacang panjang prosesnya sama dengan karedok terong, namun ditambahkan cabe.
Konon, ketika dalem beristirahat di Desa Dobol ini dihidangkan karedok terong. Setelah dalem mencicipi kare-dok tersebut ia merasakan kenikmatan yang luar biasa atas jamuan masyarakat kampung tersebut. Kenikmatan makan karedok terong itu dibicarakannya kepada Sesepuh Sumedang. Setelah mendengar cerita dalem tersebut, Sesepuh Su-medang merasa penasaran, kemudian dia pun mengajak re-kan-rekannya ngalintar ke Leuwi Kiara di aliran Sungai Cimanuk yang berdekatan dengan Kampung Dobol. Begitu p**a pada saat Sesepuh Sumedang beristirahat di sana, dia dan rekan-rekannya pun dijamu karedok yang sama dengan perjamuan yang disuguhkan kepada Dalem Aria Suria At-madja. Kenikmatan yang sama dapat dirasakan saat menyan-tap perjamuan tersebut, sehingga mulai saat itu Kampung Dobol berubah namanya menjadi “Kampung Karedok” dan sekaligus sebagi nama desa, yakni “Desa Karedok” hingga sekarang.