Comments
Isuk- - isuk srengengene lagi metu Si Bu.
Nyuwun pangestu kang putro badhe sinau.
Bedhug - bedhug srengengene wayah tengah Si Mbah.
Bingah-bingah kang putro wayah wangsul sekolah.
Asem
TABUT PERJANJIAN
Tabut Perjanjian merupakan sebuah peti dari kayu akasia, yang disalut dengan emas dari sisi luar dan dalam. Di atasnya dipasang dua citra kerub tiga dimensi yang mengembangkan sayap mereka menaungi ‘katup’ yang bisa digeser dan biasa disebut ‘tutup pendamaian’.
Hakim sekaligus Panglima Paling Mulia Israel Kuno, Musa bin Amram menaruh setidaknya tiga benda di dalamnya, yaitu ‘bokor berisi manna/roti para malaikat’, ‘tongkat Harun yang berbunga badam’ dan yang paling keramat dari semuanya adalah ‘dua loh hukum assyahadat’. Sejak Musa meninggal, tidak seorangpun yang merasa berhak untuk menambahi atau mengurangi apapun ‘isi’ dari tabut itu.
Empat abad lamanya Tabernakel/Kemah Suci Musa bertahan dengan segala aktivitas ritual di dalamnya. Pada penghujung millenium pertama sebelum kelahiran Kristus, Salomo bin Daud membangun Hekal Baitullah di Bukit Moriah, Yerusalem. Pada bagian paling belakang Hekal, terdapat ‘Devir’/Ruang Mahakudus, yang dipisahkan dari Ruang Kudus dengan sebuah bentangan kain yang disebut ‘Tabir’/Gorden.
Devir dibangun di atas ‘Bemah’, atau lantai yang dibuat lebih tinggi ketimbang Ruang Kudus. Di dalamnya, Salomo meletakkan Tabut yang dinaungi oleh ‘dua citra kerub tiga dimensi’ yang bersalutkan emas. Dan selama Bangunan Suci ini bertahan empat abad lamanya, Tabut itu tetap bersemayam di Devir. Tabut ini hilang sejak Hekal Salomo dimusnahkan oleh Nebukadnezar pada tahun 587 sebelum Kristus dilahirkan.
Sungguhpun terdapat ‘cerita’ tentang Nabi Yeremiyahu yang menyembunyikan ‘Tabut’ itu dalam tempat yang aman, namun hingga hari ini, kita tidak pernah melihatnya lagi, sebagai wujud asli yang dibuat Musa di Gurun Pasir, namun hanya rekonstruksi-nya saja yang dibuat oleh para ahli berdasarkan keterangan dalam halaman-halaman Perjanjian Lama. Dan cerita ini banyak menginspirasi para skenariowan/skenariowati Hollywood untuk menciptakan aneka film sehubungan dengan ‘Tabut’ ini.
Dalam penghayatan iman para Pemazmur dan Nabi, Tabut diyakini sebagai ‘Tahta Allah’, tentu dalam ungkapan yang dapat kita baca dari halaman-halaman Perjanjian Lama, ‘Engkau Yang Bertahta Di Atas Kerubim’. Siapapun yang duduk di atas Tahta, maka ada kewajiban bahwa Dia musti ditaati, karena Dia (yang dalam konteks budaya lebih dari dua millenium lampau, disebut Raja) memiliki kewenangan menentukan kehidupan ataupun kematian kita.
Sejak Musa, dua Loh Batu Assyahadat itu disemayamkan dalam Tabut. Itulah penegasan bahwa Allah memerintah di atas hukum, keadilan dan kebenaran.
Dalam ritus pengurbanan, pada Hari Raya Penebusan/Hagg Yom Kippur, Imam Agung masuk ke depan ‘Tahta’ mewakili seluruh Umat, memercikkan ‘darah kurban’ sebagai pendamaian bagi segala dosa dan pelanggaran manusia. Ritus pemercikan darah kurban di depan Tahta, itu memaksa umat untuk ‘merefleksikan’ segala kegagalan mereka untuk mentaati Raja mereka.
Yom Kippur, tetap dilaksanakan dalam Hekal Zerubabel Pasca-Pembuangan, meskipun Tabut/’Tahta’ sudah lenyap. Jadi Devir/Ruang Mahakudus dari Hekal Kedua hingga pemusnahannya yang final oleh Titus, hanya tinggal ‘ruang kosong’.
Shekinah/Cahaya Yang Tak Terhampiri menjadi satu kisah legenda yang sering disaksikan oleh para imam besar yang bertugas di ‘Devir’ dalam ‘ibadah Yom Kippur’. Shekinah ini hadir dengan membawa limpahan berkat ataupun kutuk, sehingga setiap imam besar yang bertugas pun, tidak berani memastikan apakah mereka bisa keluar lagi dari ‘Devir’. Karena itulah, ketika imam besar itu masuk, pada pinggangnya diikatkan tali, yang ujungnya bisa ditarik dari Ruang Kudus, saat para imam tidak lagi mendengar suara kemerincing ‘buah badam logam’ yang dipasang pada rumbai-rumbai jubah putih sang imam besar!
Akhirnya, Tabut itu sudah seharusnya lenyap. Karena simbol itu sudah mendapatkan pemenuhannya dalam kehadiran ‘Sang Firman Menjadi Manusia’, yang telah menjalani satu-satunya kehidupan terindah yang pernah diceritakan dalam dunia ini! ( Kik )
https://cekbansos.kemensos.go.id/
Kepada seluruh warga JPKP untuk mensosialisasikan link ini;
*Data Penerima Bantuan Sosial (BST, BPNT, PKH)*
Dalam *DATA BASE INI KETAHUAN SEMUA DAFTAR PENERIMA JADI TDK ADA LAGI YG BISA BOHONG - BAGI WARGA YANG MERASA BLM MASUK DAFTAR DAN MERASA MISKIN BISA MENGUSULKAN DIRINYA MELALUI DAERAH MASING-MASING DAN AKAN DIVERIFIKASI OLEH PERGURUAN TINGGI YG SDH DITUNJUK KEMENTERIAN SOSIAL*
Maret Samuel Sueken
KETUA UMUM
TOTOK KEROT
TOTOK KEROT DAN SRI ADJI JOYOBOYO DI KEDIRI. Mendengar sebutan Totok Kerot rasanya merinding dan menakutkan karena identik dengan sosok yang mengerikan. Keberadaan Arca tersebut menurut legenda terjadi karena sabda dari Raja Terkenal Sri Aji Jayabaya terhadap puteri dari daerah Lodoyo Blitar. Kalau itu benar berarti Arca Totok Kerot keberadaannya sejak Kerajaan Jayabaya Kediri. Dulu Arca ini berada dibawah pohon dan di bawah permukaan tanah, sekarang sudah dipugar dan diberi landasan dan berada di permukaan tanah (lihat Gambar). Arca tersebut sekarang bisa dan mudah dilihat dan diamati betapa tingginya nilai seni dan peninggalan sejarah bangsa kita. Letaknya di pinggir jalan raya kendaran roda empat bisa mencapai lokasi dekat Arca. Sayangnya Arca tersebut sudah tidak lengkap lagi karena salah satu tangan arca putus/patah dan patahannya tidak ditemukan
Apabila kita berkunjung atau berwisata ke Kota/ Kabupaten Kediri tidak lengkap kalau tidak melihat arca yang cukup besar dan terkenal di Kediri tersebut. Arca Totok Kerot berlokasi di Desa Bulu Pasar Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri, Sekitar 3-4 km kearah utara dari Simpang Lima Gumul Kabupaten Kediri. C***r budaya Arca Totok Kerot berada diarea persawahan masyarakat yang biasa ditanami tanaman pangan seperti jagung, padi tebu dan sejenisnya.
Mengapa disebut Totok Kerot, dari berbagai informasi tidak ditemukan mengapa bernama Totok Kerot. Sebenarnya saya ingin menggali informasi yang lebih mendalam dan logis tentang arca ini namun tidak menjumpai satupun petugas yang berada disekitar tempat tersebut saat saya berkunjung kesana, mungkin masih dalam suasana idul fitri. Bukti-bukti tertulis disekitar arca juga tidak saya temukan hanya papan nama bertuliskan c***r budaya arca Totok Kerot Dwarapala, pagar besi yang mengelilingi arca yang didalamnya ada papan pengumuman larangan merusak/mengganggu dan sejenisnya yang dikeluarkan oleh BPCB Jawa Timur. Rasanya belum puas untuk mengorek keterangan yang lebih mendalam tentang keberadaan arca tersebut
Alangkah baiknya kalau c***r budaya tersebut dilengkapi dengan alur cerita yang cukup memadahi sehingga sejarah peradapan bangsa/masyarakat kita dapat tercermin dari informasi tersebut. Untuk memperoleh gambaran informasi yang lebih detail saya mencoba membaca berbagai cerita rakyat yang melegenda hingga saat ini kurang lebih kalau diceritakan adalah sebagai berikut :
“Totok kerot adalah penjelmaan puteri dari daerah Lodaya (Lodoyo) Kabupaten Blitar, yang nekat pergi ke Kerajaaan Jayabaya Kediri karena ingin diperistri oleh Raja Sri Aji Jayabaya. Menurut cerita sempat terjadi peperangan dengan pasukan kerajaan Jayabaya dan akhirnya sang puteri ditemui oleh Raja Sri Aji Jayabaya, dan apabila keinginan putri tersebut tidak dikabulkan maka peperangan akan terus dilakukan. Namun tuntutan sang puteri tersebut ditolak sehingga terjadi perang tanding diantara keduanya. Setelah terjadi peperangan ternyata puteri Lodoyo terdesak dan disabdo(sabda) oleh Raja Sri Aji Jayabaya bahwa puteri cantik tapi memiliki kelakuan seperti buto (raksasa) dan seketika putri tersebut berubah menjadi arca perempuan berbentuk raksasa. Diceritakan juga bahwa bahwa Arca Totok Kerot pernah dipindah ke di Alun – Alun Kota Kediri dan tidak mau dipindah, konon dalam waktu satu malam arca tersebut pindah lagi ketempat asalnya di Desa Bulupasar, Kecapatan Pagu Kabupaten Kediri hingga saat ini”.
Rasanya kalau legenda turun temurun tersebut diulas kembali pada Jaman yang sudah modern saat ini kira-kira kurang menarik terutama bagi anak-anak muda, karena hal-hal yang bernuansa mitos lambat laun akan menjadi hilang. Kita yang sudah terbiasa berpikir rasional kalau hanya membaca legenda rasanya kurang lengkap. Barangkali pengetahuan c***r budaya Arca Totok Kerot perlu dilengkapi dengan data-data yang relevan misalnya kapan dibuat, jenis batu, siapa pematungnya, raja yang memerintahkan, mengapa dibuat arca tersebut, mengapa terletak di desa lokasi tersebut, mengapa tangan arca yang satu putus, perlu dijelaskan yang lebih detail dan lebih rasional
Keberadaan situs budaya Arca Totok Kerot sebenarnya juga punya potensi untuk dikembangkan sebagai wisata peninggalan purbakala, namun harus terintegrasi dengan tempat peninggalan purbakala yang lain seperti Pamuksan Sri Aji Joyoboyo, Sendang Tirtakamandanu, Situs Semen, Simpang Lima Gumul. Tempat-tempat tersebut berada di kawasan yang relative berdekatan sehingga bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung di Kediri yang pada gilirannya masyarakat sekitar yang dapat diberdayakan. Semoga bermanfaat
(Kik)