07/11/2025
Sebuah Nasihat
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Barangsiapa yang mempelajari ilmu agama dengan apa yang seharusnya ditujukan untuk mencari wajah Allah Ta’ala, namun ia mempelajarinya untuk mendapatkan bagian dari kehidupan dunia, maka tidak akan mencium bau surga pada hari kiamat kelak.”
– HR. Abu Daud dengan sanad hasan –
Beberapa minggu ini, kita disajikan dengan berita kontroversi seorang “Gus” yang tengah menjadi sorotan publik setelah videonya mencium seorang anak perempuan secara sembarangan saat berdakwah.
Dalam masyarakat bertradisi keagamaan seperti di lingkungan Nahdlatul Ulama, gelar “Gus” sejak dulu dipandang sebagai tanda kehormatan bagi putra kiai yang diharapkan memiliki karakter agama yang kuat. Namun kini, gelar tersebut tengah memasuki ruang publik yang jauh lebih luas meliputi politik, media sosial, dan budaya populer, sehingga maknanya mengalami pergeseran.
Hingga akhirnya, sosok “Gus” bisa memperoleh pop**aritas dengan sangat cepat serta mendapat perlakuan hampir seperti kebenaran mutlak.
Di sisi lain, fenomena ini juga menghadirkan bayang-bayang kontroversi: beberapa “Gus” gagal menjaga integritas moral dan etika yang diharapkan, dan terbukti dalam kasus-kasus seperti penyalahgunaan keilmuan atau perilaku tidak pantas, yang kemudian memicu kebingungan publik terhadap makna sejati gelar itu.
Gelar “Gus” sebenarnya sebuah amanah, bukan sekadar label sosial atau alat populer. Untuk mempertahankannya sebagai simbol kebijaksanaan dan kebaikan, diperlukan integritas moral yang kokoh, bukan hanya pop**aritas. Jika tidak, gelar tersebut bisa kehilangan makna.
IKAPPIM NGRUKI
Ikatan Alumni Ponpes Islam Al Mukmin
Hotline wa.me/628871146666