Bali GO Viral

Bali GO Viral ☆☆☆☆☆
Bali - Indonesia - Dunia
DM/WA for Credit or Content Removal!

📲 +62 899-3850-409 (WA)

Pemerintah Kabupaten Tabanan mengambil serangkaian langkah mitigatif untuk meredam gejolak sosial pasca penyegelan 13 un...
08/12/2025

Pemerintah Kabupaten Tabanan mengambil serangkaian langkah mitigatif untuk meredam gejolak sosial pasca penyegelan 13 unit usaha di kawasan Jatiluwih. Kebijakan ini ditempuh untuk menjaga stabilitas sosial, melindungi ekonomi warga, serta memastikan persoalan tata ruang tidak berkembang menjadi konflik horizontal di tingkat masyarakat.

Langkah pertama yang ditempuh adalah membuka ruang dialog terbuka antara pemerintah daerah, tokoh adat, perwakilan petani, dan pelaku usaha lokal. Melalui audiensi tersebut, pemerintah berupaya menyerap langsung aspirasi warga serta memetakan dampak sosial-ekonomi yang ditimbulkan akibat penyegelan usaha.

Sebagai bentuk keberpihakan pada perlindungan ekonomi masyarakat, pemerintah daerah menyiapkan Skema Penghapusan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) bagi lahan pertanian warga di kawasan WBD Jatiluwih. Kebijakan ini ditujukan untuk meringankan beban petani agar tetap mampu mempertahankan aktivitas pertanian mereka di tengah tekanan ekonomi.

Selain itu, pemerintah juga mendorong jaminan penyerapan hasil panen melalui mekanisme badan usaha milik daerah. Dengan kebijakan ini, hasil pertanian warga diharapkan tetap terserap pasar dengan harga yang layak, sehingga kesejahteraan petani tidak tergerus akibat polemik kebijakan.

Dalam rangka menjaga kondusivitas wilayah, pemerintah mengusulkan pembukaan sementara segel terhadap unit usaha terdampak sebagai bagian dari kebijakan transisi. Langkah ini dimaksudkan sebagai solusi jangka pendek sambil menunggu penataan ulang aspek legalitas dan tata ruang secara menyeluruh.

Pemerintah daerah menegaskan bahwa pendekatan represif bukanlah pilihan utama. Fokus kebijakan diarahkan pada mitigasi risiko sosial, perlindungan ekonomi warga, serta pencarian solusi win-win antara penegakan aturan tata ruang dan keberlanjutan hidup masyarakat lokal.

Kasus Jatiluwih menjadi contoh penting bahwa pembangunan dan konservasi harus dibarengi dengan strategi mitigasi sosial yang matang. Pemerintah berharap langkah-langkah ini mampu menjaga stabilitas wilayah sekaligus membangun kepercayaan publik terhadap kebijakan yang diambil.

Hamparan hijau sawah terasering Subak Jatiluwih di Kabupaten Tabanan yang selama ini menjadi ikon warisan dunia kini ber...
08/12/2025

Hamparan hijau sawah terasering Subak Jatiluwih di Kabupaten Tabanan yang selama ini menjadi ikon warisan dunia kini berbalut seng dan plastik hitam. Pemandangan yang biasanya memikat wisatawan mendadak berubah menjadi simbol kekecewaan para petani. Mereka memasang penutup di lahan sebagai bentuk protes atas penyegelan bangunan usaha yang dianggap telah menghambat aktivitas ekonomi mereka.

Menanggapi situasi tersebut, Bupati Tabanan, I Komang Gede Sanjaya, menyampaikan bahwa pemerintah daerah tidak menutup mata terhadap aspirasi petani. Ia secara terbuka menyatakan komitmennya untuk mengakomodir suara masyarakat Jatiluwih melalui dialog dan mekanisme resmi. Menurutnya, petani bukan pihak yang harus disudutkan, melainkan aktor utama yang menjaga kelestarian sawah dan sistem subak.

Ia menjelaskan bahwa Jatiluwih merupakan bagian dari Warisan Budaya Dunia (WBD) yang diakui UNESCO karena kekuatan sistem Subak-nya, tata kelola air secara gotong royong, keharmonisan manusia dengan alam, dan ikatan sosial antarpetani yang hidup melalui filosofi Tri Hita Karana. “Konsep dasar WBD Subak bukan sekadar status, melainkan tanggung jawab kita untuk melibatkan petani dalam setiap kebijakan,” tegasnya.

Lebih jauh, Sanjaya menegaskan bahwa aspirasi petani tidak akan diabaikan. Pemkab Tabanan, kata dia, akan membuka ruang pertemuan formal dengan perwakilan petani, tokoh adat, dan pengelola kawasan. Tujuannya adalah mencari model pengelolaan yang adil, lahan tetap terlindungi, tetapi kehidupan petani juga terjamin. Ia menolak anggapan bahwa pemerintah berpihak sepihak, dan memastikan setiap suara dari lapangan akan dicatat dan dipertimbangkan.

Di tengah polemik ini, para petani berharap komitmen tersebut benar-benar diwujudkan dalam kebijakan nyata, bukan hanya pernyataan. Bagi mereka, Jatiluwih bukan kawasan wisata belaka, melainkan sumber hidup dan identitas. Aksi pemasangan seng menjadi penanda bahwa mereka ingin dilihat, didengar, dan diakomodasi dalam sistem yang selama ini mereka jaga.

Situasi ini menjadi momentum penting untuk mengembalikan ruh Subak Jatiluwih sebagai warisan dunia yang hidup, bukan sekadar citra. Ketika aspirasi petani mulai dibuka ruangnya, harapan untuk harmoni antara pelestarian dan kesejahteraan perlahan muncul kembali.

Bali itu selalu jadi magnet. Pulau dengan budaya yang kaya dan pariwisata yang mendunia ini nggak pernah berhenti meneri...
07/12/2025

Bali itu selalu jadi magnet. Pulau dengan budaya yang kaya dan pariwisata yang mendunia ini nggak pernah berhenti menerima pendatang. Ada yang datang untuk kerja di sektor pariwisata, ada yang merantau cari peluang usaha, ada juga yang sekadar mencoba peruntungan hidup baru. Kehadiran mereka bikin Bali semakin dinamis, tapi di sisi lain juga menimbulkan tantangan: bagaimana menata penduduk musiman tanpa bikin warga asli merasa terbebani.

Dulu, pemerintah daerah pernah punya jawaban, KIPEM (Kartu Identitas Penduduk Musiman). KIPEM dipakai untuk mendata pendatang yang tinggal sementara di Bali. Tujuannya jelas, biar desa adat dan pemerintah bisa tahu siapa saja yang datang dan tinggal. Tapi kenyataannya, sistem lama ini sering bikin ribet. Warga asli Bali kadang ikut kena aturan, padahal mereka sudah punya KTP Bali. Ditambah lagi, aturan nasional bilang setiap orang cuma boleh punya satu identitas resmi. Akhirnya, KIPEM lama dianggap nggak relevan dan dihentikan.

Nah, di sini mimin punya usulan, KIPEM baru yang khusus berlaku untuk pendatang non-KTP Bali. Jadi warga asli Bali tetap aman, nggak ada tambahan beban. KIPEM hanya jadi kewajiban bagi mereka yang datang dari luar provinsi atau yang nggak punya KTP Bali.

Usulan mimin ini sederhana tapi penting. Warga asli Bali yang sudah punya KTP Bali nggak perlu registrasi tambahan. KIPEM hanya berlaku buat pendatang luar provinsi.

Pendatang wajib lapor ke desa adat atau banjar tempat mereka tinggal. Data mereka dicatat, masa berlaku KIPEM dibatasi enam bulan sampai satu tahun sesuai izin tinggal atau kontrak kerja. Biaya administrasi juga ringan, dan hanya dikenakan pada pendatang. Dengan begitu, KIPEM bukan beban buat warga lokal, tapi instrumen buat menata arus penduduk musiman.

Mimin percaya, desa adat dan banjar itu kunci banget di Bali. Dengan KIPEM khusus non-KTP Bali, desa adat bisa lebih mudah mengawasi pendatang. Pendatang wajib lapor, desa adat mencatat, dan pemerintah daerah bisa memantau.

Dengan cara ini, desa adat bisa menjaga harmoni sosial, memastikan pendatang nggak bikin masalah, dan tetap melindungi warga lokal. KIPEM jadi alat yang memperkuat peran desa adat, bukan melemahkannya.

Kalau KIPEM khusus non-KTP Bali benar-benar diterapkan, mimin yakin dampaknya bakal terasa nyata:

𝗞𝗼𝗻𝘁𝗿𝗼𝗹 𝘀𝗼𝘀𝗶𝗮𝗹 𝗹𝗲𝗯𝗶𝗵 𝗸𝘂𝗮𝘁 karena pendatang terdata dan desa adat lebih mudah mengawasi.

𝗟𝗮𝘆𝗮𝗻𝗮𝗻 𝗽𝘂𝗯𝗹𝗶𝗸 𝗹𝗲𝗯𝗶𝗵 𝗮𝗱𝗶𝗹 karena pemerintah bisa menyesuaikan fasilitas sesuai jumlah pendatang.

𝗞𝗲𝗮𝗺𝗮𝗻𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗻𝗶𝗻𝗴𝗸𝗮𝘁 karena identitas pendatang jelas dan aparat lebih mudah bekerja.

𝗣𝗲𝗺𝗯𝗮𝗻𝗴𝘂𝗻𝗮𝗻 𝗯𝗲𝗿𝗸𝗲𝗹𝗮𝗻𝗷𝘂𝘁𝗮𝗻 karena data pendatang bisa dipakai untuk perencanaan ekonomi dan lingkungan.

KIPEM bukan sekadar kartu atau aturan tambahan. Usulan mimin ini bisa jadi simbol bagaimana Bali memadukan tradisi dengan tata kelola modern. Desa adat tetap jadi pusat kontrol sosial, tapi ada sistem administrasi yang jelas dan transparan.

KIPEM khusus non-KTP Bali sebagai solusi yang adil. Warga asli Bali tetap tenang, pendatang jelas statusnya, dan pemerintah punya data yang bisa dipakai untuk perencanaan.

KIPEM baru bukan sekadar administrasi, tapi cara Bali menjaga harmoni sosial sambil tetap terbuka bagi mereka yang datang untuk berkontribusi positif.

Di kaki pegunungan dan dataran tinggi Bali, terbentang sawah terasering yang memesona mata dan hati. Dari Jatiluwih, Cat...
07/12/2025

Di kaki pegunungan dan dataran tinggi Bali, terbentang sawah terasering yang memesona mata dan hati. Dari Jatiluwih, Catur Angga Batukaru, Subak Sembung, Subak Pakerisan, hingga Subak Mengwi, setiap hamparan padi menuturkan kisah tentang keseimbangan hidup, kerja keras petani, dan filosofi Tri Hita Karana yang melekat erat dalam kehidupan masyarakat Bali. Namun di balik panorama hijau itu, tersembunyi jaringan wilayah penyangga, desa, hutan resapan, aliran sungai, dan pemukiman tradisional, yang diam-diam menjaga agar Subak tetap hidup, menyalurkan air ke sawah, dan melindungi warisan budaya dari arus modernisasi.

Subak bukan sekadar sistem irigasi. Ia adalah jiwa dan nadi budaya Bali, di mana manusia, alam, dan Tuhan bersatu dalam harmoni. UNESCO mengakui Subak sebagai Warisan Budaya Dunia, tetapi pengakuan itu tak semata tentang lanskap yang indah; yang lebih penting adalah zona penyangga, yang mempertahankan keseimbangan ekologi, sosial, dan budaya. Di sinilah garis pertahanan Subak berada, tanpa sorotan kamera atau headline berita, tetapi sangat vital bagi kelangsungan sistem pertanian tradisional.

Di Jatiluwih, zona penyangga melingkupi desa-desa yang memelihara tradisi, hutan-hutan kecil sebagai resapan air, dan permukiman yang harus selaras dengan lanskap sawah. Di Catur Angga Batukaru, lereng gunung dan aliran sungai menjaga agar air tetap jernih dan mengalir stabil ke sawah. Subak Sembung menjaga lahan pertanian tetap utuh dari gempuran pembangunan pariwisata, sementara Subak Pakerisan dan Subak Mengwi menyeimbangkan sawah, desa, dan hutan agar sistem Subak tetap berfungsi.

Namun, kenyataan menuntut kewaspadaan. Data terbaru menunjukkan ancaman nyata terhadap Subak. Bali kehilangan 1.000 hingga 2.000 hektare lahan pertanian per tahun, sebagian besar beralih fungsi menjadi vila, hotel, dan fasilitas pariwisata. Di Jatiluwih, luas sawah menyusut dari 303 hektare menjadi 270 hektare, hilang 33 hektare sawah produktif. Di perkotaan seperti Denpasar, Subak kehilangan 36,2% lahannya dalam 13 tahun terakhir. Tekanan modernisasi tidak berhenti di tanah; air pun terseret. Sektor pariwisata kini menyedot hingga 65% air bersih Bali, bersaing dengan kebutuhan irigasi. Hutan-hutan di zona penyangga, yang seharusnya menjadi resapan air, semakin menipis, meningkatkan risiko kekeringan dan banjir.

Akibatnya, masalah di wilayah penyangga muncul satu per satu. Sawah yang dulu luas kini terfragmentasi, padi digantikan beton dan kolam renang villa. Aliran air yang dulu stabil kini terganggu oleh konsumsi manusia yang tak terkendali. Jumlah petani menyusut karena pendapatan pertanian rendah, generasi muda memilih pekerjaan di sektor pariwisata, meninggalkan Subak dalam ketergantungan pada mereka yang tersisa. Lanskap budaya dan ekologi Subak mulai retak karena pembangunan di zona penyangga, yang seharusnya menjadi pelindung, kini menjadi titik risiko.

Meski begitu, harapan masih ada. Upaya pengelolaan terus dilakukan. Pemerintah dan komunitas menetapkan regulasi dan zonasi protektif, menegaskan batas inti dan zona penyangga. Tradisi dan sistem pengelolaan air melalui water-temple diperkuat agar aliran air tetap lancar dan budaya tetap hidup. Model agro-wisata dan ekowisata berkelanjutan mulai diterapkan, melibatkan petani sebagai pelaku ekonomi sekaligus menjaga Subak tetap lestari. Moratorium konversi lahan produktif ditegakkan, dan edukasi generasi muda terus digalakkan agar mereka tertarik meneruskan warisan leluhur yang begitu berharga.

Zona penyangga Subak bukan sekadar latar pemandangan indah; ia adalah perisai hidup bagi warisan budaya dunia. Di sanalah keseimbangan diuji, antara manusia dan alam, tradisi dan modernitas. Jika semua pihak bersinergi, zona penyangga akan tetap menjadi garda pelindung Subak, memastikan bahwa lanskap hijau yang memesona dan filosofi hidup yang tertanam di dalamnya tidak hilang ditelan waktu. Tetapi jika diabaikan, statistik kehilangan lahan, air, dan petani bisa menjadi cerita duka tentang rapuhnya warisan dunia yang tak ternilai.

Di mata dunia, Subak Bali adalah mahakarya leluhur, sistem irigasi yang menyeimbangkan alam, manusia, dan budaya, diakui...
07/12/2025

Di mata dunia, Subak Bali adalah mahakarya leluhur, sistem irigasi yang menyeimbangkan alam, manusia, dan budaya, diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia. Tapi di lapangan, “mahakarya” ini sedang dijual habis-habisan. Villa, homestay, kafe, jalan baru, semuanya tumbuh di atas fondasi Subak. Dunia bangga, petani meringis.

Di Jatiluwih, terasering hijau yang viral di media sosial menjadi spot selfie dan konten viral. Tapi air yang dulu mengalir lancar kini harus berkelok menghindari pondasi bangunan. Petani tetap menanam, tapi mereka kini bukan penguasa sawah, melainkan tamu di tanah mereka sendiri. Tanah turun-temurun, kini dihargai sebagai investasi. Bagaimana mungkin sistem yang menyejahterakan ribuan orang bisa bertahan jika semua pemangku kepentingan hanya berpikir untung sesaat?

Lereng Batukaru menunjukkan wajah lain dari kehancuran yang tak tampak, hutan yang menyimpan mata air terus menyusut. Pepohonan ditebang, diganti tanaman komoditas. Debit air berubah, pola tanam terganggu, alam kehilangan kontrol. Air yang seharusnya menjadi nyawa Subak kini dipaksa menyesuaikan kehendak manusia.

Danau Batur, sumber kehidupan, juga mulai kehilangan kejernihannya. Limbah rumah tangga, pupuk kimia, sampah wisata, semuanya mengendap. Air tetap mengalir, tapi kualitasnya menurun. Sungai Pakerisan, dulunya suci, kini menampung buih tipis plastik dan limbah manusia. Subak masih hidup, tapi darahnya sudah tercemar.

Di Taman Ayun, pusat koordinasi spiritual Subak, pembangunan menggerogoti ruang suci. Jalan diperlebar, bangunan menempel ke zona penyangga. Ruang hening tempat keputusan penting diambil kini tereduksi oleh kebisingan modern. Sistem Subak yang sudah bertahan ratusan tahun mulai kehilangan “ruh”nya.

Ironisnya, status Warisan Budaya Dunia kerap dijadikan alat promosi pariwisata. Label internasional dipakai untuk menarik wisatawan, tapi perlindungan nyata? Hampir tak terlihat. Petani jarang diajak bicara, regulasi sering hanya ada di atas kertas. Dunia bangga, tapi Subak perlahan dijual dan dieksploitasi.

Air tetap mengalir, sawah tetap hijau. Tapi luka mulai terlihat. Subak Bali sedang diuji, apakah ia sekadar simbol di mata dunia, atau sistem hidup yang harus dijaga dengan serius? Jika langkah nyata tak segera diambil, generasi berikutnya hanya akan melihat Subak sebagai latar Instagram, bukan kehidupan.

Ini bukan sekadar soal alam atau budaya. Ini soal keadilan, tentang siapa yang berhak memutuskan nasib tanah dan air di p**au yang kita cintai. Saat dunia bangga, petani menderita. Saat media menyanjung, Subak retak. Waktunya bertindak bukan besok, tapi sekarang.

Dalam beberapa waktu terakhir, geliat para pengguna Facebook, khususnya kreator konten, mulai menunjukkan pola yang mena...
06/12/2025

Dalam beberapa waktu terakhir, geliat para pengguna Facebook, khususnya kreator konten, mulai menunjukkan pola yang menarik. Banyak akun yang sebelumnya tampak biasa-biasa saja, kini memperlihatkan tanda-tanda pertumbuhan yang cukup konsisten. Fenomena ini bukan hanya sekadar keberuntungan, tetapi hasil dari bagaimana algoritma terbaru bekerja dalam membaca aktivitas pengguna.

Salah satu ciri yang paling mudah dirasakan adalah bertambahnya pengikut baru secara perlahan namun pasti. Walau tidak melonjak drastis, akumulasi follower harian menunjukkan bahwa konten mulai diterima dan dipercaya. Pertumbuhan kecil seperti ini justru menjadi fondasi utama kenaikan yang lebih besar ke depannya.

Tanda berikutnya terlihat dari performa tayangan yang tak lagi stabil di angka yang sama. Banyak kreator mengira view tidak konsisten berarti kontennya gagal, padahal kenyataannya justru sebaliknya. Ketika angka terus bergerak naik dan turun, itu artinya sistem sedang menguji kualitas konten ke berbagai kelompok audiens. Semakin sering diuji, semakin besar peluang konten mendapat jangkauan baru.

Selain itu, kolom komentar mulai dipenuhi nama-nama yang sebelumnya tidak pernah muncul. Kedatangan orang baru adalah indikator penting bahwa distribusi konten berkembang. Munculnya komentar dari akun-akun yang tidak dikenal memperlihatkan bahwa konten telah mencapai layar pengguna yang bukan bagian dari lingkaran lama.

Pertumbuhan ini juga sangat dipengaruhi oleh kebiasaan kreator dalam memposting konten setiap hari. Kreator yang mampu menjaga konsistensi biasanya lebih mudah dilirik sistem, karena algoritma menilai mereka sebagai pengguna aktif yang layak diberi ruang lebih besar. Aktivitas rutin bukan hanya memperkuat branding, tetapi juga mempercepat proses pengenalan konten oleh Facebook.

Puncaknya adalah ketika banyak pengguna lain mengaku menemukan akun melalui fitur rekomendasi. Ketika profil mulai muncul di halaman Suggested for You atau Rekomendasi, itu pertanda bahwa algoritma sedang memberi peringkat lebih tinggi pada akun tersebut. Ini adalah sinyal kuat bahwa fase pertumbuhan benar-benar sedang berlangsung.

Meski begitu, perkembangan akun tidak terjadi secara instan. Ada sejumlah langkah penting yang perlu dijaga agar momentum tidak hilang: mempertahankan pola konten yang sudah berhasil, meningkatkan konsistensi, merespons komentar, memanfaatkan tren yang relevan, dan rutin menganalisis data harian untuk melihat jam terbaik serta performa tiap konten.

Lima tanda tadi menjadi bukti bahwa banyak akun sebenarnya sedang berada di jalur pertumbuhan tanpa disadari. Perubahan kecil yang terus berulang biasanya justru menjadi pintu menuju peningkatan besar. Selama kreator terus menjaga ritme dan interaksi, algoritma akan semakin memberi ruang bagi konten mereka untuk menjangkau lebih banyak audiens.

Tiang listrik di Jalan Pulau Moyo Selatan, Pedungan, mendadak memunculkan semburan api yang membuat warga dan pengendara...
06/12/2025

Tiang listrik di Jalan Pulau Moyo Selatan, Pedungan, mendadak memunculkan semburan api yang membuat warga dan pengendara panik, Sabtu (6/12/2025). Kejadian tepat di depan minimarket itu berlangsung cepat, namun cukup memicu keramaian karena percikan api terlihat cukup besar dari kejauhan. Warga yang melihat langsung segera menghubungi petugas, dan beberapa menit kemudian tim damkar tiba di lokasi untuk melakukan pendinginan dan pengamanan area.

Situasi akhirnya dapat dikendalikan tanpa menimbulkan korban atau kerusakan tambahan. Warga diimbau meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi korsleting, terutama pada jaringan listrik tua atau kabel yang tampak menghitam.

PLN dijadwalkan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan tidak ada sambungan yang berpotensi memicu kejadian serupa. Masyarakat juga diminta segera melapor jika melihat tanda-tanda kerusakan kabel demi mencegah risiko kebakaran.

Pemerintah Provinsi Bali memasuki fase baru dalam pengelolaan sampah. Gubernur Bali Wayan Koster secara resmi menetapkan...
06/12/2025

Pemerintah Provinsi Bali memasuki fase baru dalam pengelolaan sampah. Gubernur Bali Wayan Koster secara resmi menetapkan penutupan permanen TPA Suwung pada 23 Desember 2025, langkah yang sekaligus mengakhiri praktik open dumping yang selama puluhan tahun menjadi persoalan lingkungan paling menonjol di Bali.

Penutupan ini merupakan tindak lanjut dari Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 921 Tahun 2025, yang mewajibkan penghentian total sistem open dumping dalam waktu 180 hari sejak 23 Mei 2025. Kebijakan tersebut keluar setelah dilakukan penyelidikan atas pelanggaran Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 dan Peraturan Daerah Bali Nomor 5 Tahun 2011, yang menempatkan TPA Suwung dalam sorotan nasional.

Dalam surat resmi yang ditandatangani 5 Desember 2025, Gubernur Koster menginstruksikan dua pemerintah daerah, Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, untuk menghentikan seluruh aktivitas pembuangan sampah ke TPA Suwung setelah tanggal penutupan. Instruksi itu bersifat final, tanpa pengecualian.

Namun penutupan bukan sekadar menghentikan aliran sampah. Gubernur menegaskan bahwa pemerintah daerah wajib mempercepat operasional sistem alternatif mulai dari TPS3R, TPST, Tebe Modern, hingga pemanfaatan mesin pencacah dan dekomposer. Seluruh upaya itu harus ditopang satu elemen kunci, pemilahan sampah organik dan non-organik dari tingkat rumah tangga.

Pemkab dan Pemkot diminta segera melakukan sosialisasi masif kepada masyarakat, melibatkan desa adat, banjar, kelompok warga, dan lembaga lingkungan. Sementara itu, koordinasi teknis bersama Dinas Lingkungan Hidup provinsi dan kabupaten/kota diminta segera digelar guna menyusun SOP yang konsisten dan mudah diterapkan.

Gubernur Koster menutup suratnya dengan pesan yang menjadi penegasan moral, “Agar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan penuh rasa tanggung jawab demi Bali yang bersih.”

Penutupan TPA Suwung menjadi momen penting dalam perjalanan Bali menuju tata kelola sampah yang modern, terukur, dan berkelanjutan. Transformasi ini mengubah paradigma lama, yang bergantung pada pembuangan massal, menjadi sistem berbasis kemandirian, kesadaran, dan gotong royong.

Bonnie, lahir Mei 1999 dengan nama asli Tia Billinger, menempuh perjalanan hidup yang jauh dari kesan masa kecilnya di d...
06/12/2025

Bonnie, lahir Mei 1999 dengan nama asli Tia Billinger, menempuh perjalanan hidup yang jauh dari kesan masa kecilnya di desa Derbyshire. Dari sekolah sederhana di Friesland School, Sandiacre, hingga panggung dunia maya, Bonnie berhasil membangun kisah yang memicu kontroversi sekaligus kekaguman.

Lingkungan keluarga Bonnie cukup unik. Ia memiliki dua saudara tiri, seorang kakak perempuan dan adik laki-laki, yang lebih memilih menjaga privasi. Sosok ayah biologis tidak pernah dikenalnya, sehingga figur ayah bagi Bonnie adalah Nicholas Elliott, ayah tirinya, yang selalu menjadi sandaran emosional.

Bakat Bonnie dalam menari muncul sejak remaja. Ia sempat tampil di British Street Dance Championships pada 2015 bersama sang kakak, menandai awal sorotannya di dunia hiburan. Selain menari, ia juga merasakan kehidupan remaja biasa dengan bekerja paruh waktu di Poundstretcher sebelum menapaki karier profesional di bidang rekrutmen tenaga kerja.

Hubungan cinta Bonnie dengan Oliver Davidson bermula saat mereka sama-sama berusia 15 tahun dan berlanjut hingga pernikahan pada Oktober 2022. Pasangan muda ini pindah ke Australia, dan di sanalah Bonnie mulai mengeksplorasi dunia cam girl, didorong oleh dorongan Oliver. Keputusan ini membawa perubahan drastis, Bonnie meraih pop**aritas instan dengan pendapatan £5.000 per minggu. Namun, meski finansial membaik, hubungan mereka retak dan akhirnya berpisah setelah hampir satu dekade bersama.

Setelah perpisahan, Bonnie terus menekuni OnlyFans dengan strategi yang memikat audiens muda. Salah satu kontroversi terbesar terjadi September 2024, ketika ia mengungkapkan memiliki pengalaman dengan 158 mahasiswa dalam masa orientasi di Nottingham Trent University. Pop**aritasnya pun meroket, dengan kekayaan yang kini diperkirakan mencapai £3 juta dan pendapatan bulanan sekitar £600.000.

Yang mengejutkan, keluarga Bonnie justru memberi dukungan penuh. Ibunya, Sarah Billinger, bahkan berperan sebagai personal assistant, membantu urusan profesional Bonnie, termasuk mengurus acara hingga membagikan k0nd0m kepada klien.

Puncak kontroversi terjadi Januari 2025. Bonnie mengklaim telah memecahkan rekor dunia dalam jumlah hubungan s3ksual terbanyak dalam 12 jam, sebanyak 1.057 pria dari pukul 13.00 hingga 01.00 dini hari di London. Rekor ini tentu memicu perbincangan luas, baik kekaguman maupun kecaman, namun tetap memperkuat posisi Bonnie sebagai figur yang selalu menjadi sorotan publik.

Polisi di Badung, Bali, menggagalkan dugaan produksi video p***ografi di sebuah studio di Desa Pererenan setelah mendapa...
06/12/2025

Polisi di Badung, Bali, menggagalkan dugaan produksi video p***ografi di sebuah studio di Desa Pererenan setelah mendapat laporan dari warga. Saat razia, ditemukan 18 WNA, mayoritas dari Australia, termasuk artis p***o asal Inggris, Bonnie Blue alias Tia Billinger (26).

Petugas menyita sejumlah barang bukti, kamera untuk rekaman, alat kontrasepsi, dan sebuah mobil pikap biru bertuliskan “BangBus” yang diduga tempat syuting.

Pemeriksaan awal menunjukkan bahwa sebagian besar WNA yang berada di dalam studio ternyata tidak saling kenal sebelumnya, diduga hanya diajak via media sosial atau iming-iming tertentu.

Kini penyidik masih mendalami peran masing-masing orang. Publik ramai mengomentari kejadian ini, banyak yang menilai hukuman tegas perlu dijatuhkan agar Bali tetap aman dari aktivitas asusila.

Di tengah arus informasi yang makin cepat, publik sebenarnya sudah jauh lebih kritis. Namun anehnya, masih ada saja medi...
05/12/2025

Di tengah arus informasi yang makin cepat, publik sebenarnya sudah jauh lebih kritis. Namun anehnya, masih ada saja media yang justru memanfaatkan celah ini untuk memelintir fakta dan memicu kegaduhan. Baru-baru ini, muncul sebuah artikel yang dengan entengnya menyebarkan narasi bahwa Gubernur Bali menutup seluruh Indomaret dan Alfamart. Narasi yang begitu dramatis sampai-sampai mimin sempat bertanya-tanya, apa pembacanya dianggap tidak bisa membaca dokumen resmi?

Padahal jika kita kembali pada fakta awal, Instruksi Gubernur Bali Nomor 6 Tahun 2025 sama sekali tidak bicara soal penutupan. Isinya jelas, penghentian sementara penerbitan izin baru untuk toko modern berjejaring. Moratorium. Bukan penggembokan. Bukan penyegelan. Bukan pembubaran. Tetapi entah bagaimana, artikel yang mengaku “kritik mendalam” itu sukses memelintir moratorium menjadi seolah-olah besok pagi seluruh minimarket gulung tikar serentak. Logika sederhana pun seakan tidak dipakai.

Yang membuatnya makin janggal, artikel tersebut menuding kebijakan ini sebagai langkah “kuno” hingga “berbahaya bagi perekonomian”. Namun ketika dicari pendukung pernyataannya, tidak ada data, tidak ada riset, tidak ada angka. Hanya opini yang dibungkus berlebihan demi memancing emosi pembaca. Padahal ketika pemerintah menjelaskan alasan moratorium, mulai dari perlindungan UMKM, penataan ritel, hingga mencegah dominasi pasar, argumen itu sama sekali tidak disentuh. Lebih mudah menjual drama daripada menghadirkan analisis jernih.

Narasi tentang minimarket yang “membunuh UMKM” pun digoreng sedemikian rupa. Padahal kenyataannya lebih kompleks. Ada UMKM yang terdampak, ada juga yang justru tumbuh karena beradaptasi. Ada studi penurunan omzet warung di beberapa kawasan, tetapi ada p**a bukti UMKM bisa berkembang ketika inovatif. Kompleksitas seperti ini hilang begitu saja, mungkin karena tidak cocok dengan skenario sensasional yang sedang dicoba dibangun.

Masalah sebenarnya bukan pada kritiknya. Pemerintah butuh kritik. Namun kritik yang sehat harus berdiri di atas data, bukan asumsi liar. Ketika berita dipoles seperti hiburan murahan yang berkedok jurnalisme, publik justru dijauhkan dari fakta. Media seharusnya menjadi pencerah, bukan penebar ketakutan.

Pada akhirnya, yang dikorbankan bukan pemerintah, bukan minimarket, tetapi kepercayaan masyarakat Bali terhadap informasi. Ketika media memilih mengarang ketimbang memverifikasi, maka yang rusak adalah fondasi kepercayaan publik.

Bali tidak membutuhkan sensasi. Bali membutuhkan berita yang jujur. Kalau ingin mengkritik, gunakan data. Kalau ingin mengulas kebijakan, pelajari dokumennya. Jangan biarkan informasi dipelintir hanya demi clicks. Karena begitu kebenaran dikorbankan, maka yang kalah adalah kita semua.

Bali tengah mempertimbangkan aturan baru untuk menertibkan Airbnb, namun langkah ini sebenarnya bukan hal baru di dunia ...
05/12/2025

Bali tengah mempertimbangkan aturan baru untuk menertibkan Airbnb, namun langkah ini sebenarnya bukan hal baru di dunia internasional. Spanyol, Prancis, Jerman, Portugal hingga New York sudah menerapkan kebijakan superketat bahkan menghentikan operasional Airbnb dalam skala besar. Banyak negara menilai Airbnb memicu lonjakan harga sewa, menekan ruang tinggal warga, serta menggerus pendapatan daerah.

Di Spanyol, lebih dari 60 ribu listing ilegal dibersihkan. Paris membatasi sewa hanya 120 hari per tahun. Berlin dan kota lain di Jerman membatasi ketat rumah kedua, sementara Portugal menghentikan penerbitan lisensi baru. New York bahkan membuat Airbnb hampir mustahil tetap berjalan.

Bali kini menilai dampak serupa, kontribusi pajak minim dan potensi kekacauan akomodasi formal. Dengan banyak negara sudah lebih dulu bertindak, Bali berada pada momen penting, ikut mengikuti tren global atau menciptakan model baru untuk menata industri akomodasi digital berbasis budaya dan kebutuhan lokal.



Address

Tabanan

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Bali GO Viral posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share