23/02/2025
Manganggung kakëduang, (tradisi perlakuan terhadap plasenta penduduk Sangihe mula-mula).
Penduduk Sangihe masa lalu menganggap bahwa Plasenta (kakëduang), sebagai Kakak dari bayi yang baru lahir (Tuhang u rariọ) dan memiliki jiwa (himukudë), sehingga harus di perlakukan secara khusus
Sebelum kakëduang,lahir dari si ibu, mereka akan menyiapkan satu buah kelapa muda dari buah kelapa hijau yang belum berisi (kahungkui bango elong).
Ketika Plasenta telah ada, maka salah satu dari keluarga si ibu akan memotong bagian atas dari kelapa tersebut dan kemudian menaruh plasenta di dalamnya, selanjutnya bagian yang dari kelapa yang dipotong tersebut digunakan lagi untuk menutup kembali pada tempat yang dipotong tersebut.
Saat akan keluar dari rumah untuk mengubur plasenta orang yang membawa plasenta tersebut diharuskan memejamkan mata atau setidak-tidaknya menundukkan kepala dan matanya harus disipitkan. Hal ini berguna agar kelak mata si anak tidak akan besar (madiringu makalenda, matan dariọ e), karena mata besar dianggap tidak cantik, tampan juga berguna supaya si anak tidak mudah kejang-kejang.
Lalu mereka akan membakar d**a, dan pada hari pertama akan diletakan sebuah lampu dinding di atas tanah tempat plasenta tersebut di tanam, untuk menjaga jiwa plasenta (kakeduang) tetap damai dan terlindungi dari kekuatan roh jahat. Hal ini dilakukan juga agar bayi yang lemah tidak terganggu dan terlindungi dari roh jahat yang diyakini akan merasuki si bayi lewat plasenta (kakeduang).
Di tempat tersebut kemudian ditanami pohon kelapa atau sagu baruk yang selanjutnya menjadi milik khusus anak tersebut.
Jika nanti tanaman itu layu, ini merupakan pertanda buruk dan anak tersebut akan ditiup untuk mencegah akibat buruk (lëhopaëng u hiwusala, hiwusala adalah formula ajaib untuk menghindari, menghapuskan kesalahan, penebusan dosa, mĕhiwusala, menghapuskan rasa bersalah).
Jika bayi atau anak tersebut menangis atau tertawa terbahak-bahak saat sedang tidur, mereka meyakini bahwa plasenta (kakëduang), sedang bercanda dengan si bayi (tetalewang i kakạ e).
Sumber tulisan.
* Sexualiteit en Huwelijk bij de Volkeren de raarde door S. Van Prag Oud-Ambtenaar Japansche zaken te Batavia. Met 32 Fotografische Afbeeldingen lndonesie Uitgegeven te Amsterdam door de N.V. Uitgevers-Maatschappij de "Gulden Ster" 20-6-1888.
*Sangireesche Teksten met vertaling en aanteekeningen uitgegeven door Dr. N. Adriani. ‘S-Gravenhage, Martinus Nijhoff. 1894.
*From Pagan to Christian door Dr. C. Kruyt. 1927.
*Sangirees-Nederlands Woordenboek met Nederlands- Sangirees register door K.G.F. steller, W.E Aebersold. 1939.
Sorotanpublik