Mohamad Samsul Hadi

Mohamad Samsul Hadi Santri nDalem bagian korah-korah

Syekh Bela-Belu (Hasanuddin Banten) – Pendakwah Misterius dari Ujung Barat JawaDi antara banyak kisah penyebaran Islam d...
04/10/2025

Syekh Bela-Belu (Hasanuddin Banten) – Pendakwah Misterius dari Ujung Barat Jawa

Di antara banyak kisah penyebaran Islam di Nusantara, nama Syekh Bela-Belu atau Hasanuddin Banten bagaikan bayangan samar yang menyimpan teka-teki. Tidak banyak catatan resmi yang menulis tentangnya, namun setiap serpihan cerita yang diwariskan dari mulut ke mulut selalu meninggalkan rasa ingin tahu yang mendalam.

Konon, ia datang ke pesisir barat Jawa pada masa awal kekuasaan Kesultanan Banten. Sebagian menyebutnya seorang ulama keturunan Arab, sebagian lagi percaya ia adalah bangsawan Jawa yang memilih jalan dakwah. Yang jelas, Syekh Bela-Belu dikenal sebagai sosok pendatang misterius: muncul di kampung-kampung pesisir hanya pada malam tertentu, berbicara lembut, lalu menghilang sebelum fajar.

Keistimewaannya bukan sekadar pada cara mengajar, tetapi juga karomah yang sering diceritakan. Warga setempat mengatakan ia mampu berjalan di atas air ketika menyeberangi selat Banten, dan kadang terlihat di dua tempat berbeda dalam waktu yang sama. Kisah-kisah ini membuat banyak orang datang bukan hanya untuk belajar agama, tetapi juga untuk sekadar melihat sosoknya secara langsung.

Namun yang paling menggugah adalah petuahnya:

“Barangsiapa mengenal dirinya, ia akan mengenal Tuhannya. Tapi janganlah merasa mengenal sebelum menundukkan hawa nafsu.”

Kalimat ini membuat murid-muridnya terus merenung. Syekh Bela-Belu mengajarkan bahwa ilmu agama tidak hanya dihafalkan, tetapi harus dihidupkan dalam laku sehari-hari. Ia menekankan kesederhanaan, menjauhi kemewahan, dan menolak jabatan, meskipun Sultan Banten pernah menawarkan kedudukan penting kepadanya.

Hingga akhir hayatnya, keberadaan makam Syekh Bela-Belu masih diperdebatkan. Ada yang mengatakan ia dimakamkan di sekitar Kasemen, Banten; ada p**a yang percaya ia kembali ke tanah leluhurnya tanpa jejak. Misteri inilah yang membuat kisahnya terus dibicarakan dari generasi ke generasi.

Syekh Abdul Muhyi Pamijahan – Penjaga Rahasia Gua Riyadhoh TasikmalayaDi pedalaman selatan Jawa Barat, tepatnya di sebua...
03/10/2025

Syekh Abdul Muhyi Pamijahan – Penjaga Rahasia Gua Riyadhoh Tasikmalaya

Di pedalaman selatan Jawa Barat, tepatnya di sebuah desa bernama Pamijahan, Tasikmalaya, berdiri sebuah gua yang seolah menyimpan napas sejarah: Gua Safarwadi, atau yang lebih dikenal sebagai Gua Riyadhoh. Di tempat inilah seorang ulama besar bernama Syekh Abdul Muhyi menapaki jalan panjang menuju kesempurnaan spiritual, meninggalkan jejak kisah yang membuat siapa pun sulit berhenti membaca.

Awal Perjalanan: Pencari Ilmu yang Tak Pernah Kenyang

Syekh Abdul Muhyi lahir di Mataram pada abad ke-17. Sejak muda, ia dikenal haus ilmu dan tekadnya mengantarkan ke berbagai pusat keilmuan Nusantara. Ia berguru kepada para ulama besar, hingga akhirnya menempuh perjalanan jauh ke tanah suci Mekkah. Di sana, beliau mendalami tasawuf, ilmu yang menekankan kebersihan hati dan kedekatan dengan Sang Pencipta. Gurunya, Syekh Abdul Karim al-Makky, bahkan berpesan agar Abdul Muhyi kembali ke tanah Jawa untuk menyebarkan ilmu sekaligus menjalankan misi yang penuh rahasia.

Pamijahan dan Gua yang “Memanggil”

Sekembalinya ke tanah air, Abdul Muhyi melakukan perjalanan panjang ke barat, hingga akhirnya tiba di wilayah pegunungan Tasikmalaya. Menurut riwayat, beliau “dipandu” oleh isyarat gaib ke sebuah gua yang dalam dan sunyi. Di sanalah ia melakukan riyadhoh (tirakat dan ibadah intensif) selama berhari-hari, bahkan berminggu-minggu, dalam gelap yang hanya diterangi sinar lampu minyak. Gua itu dipercaya memiliki lorong tembus gaib menuju Mekkah, meski hingga kini tak seorang pun berani membuktikannya.

Karomah dan Pesan Tersembunyi

Penduduk sekitar sering menyaksikan kejadian di luar nalar. Kadang terdengar lantunan dzikir meski gua tampak kosong. Ada p**a kisah tentang air gua yang tak pernah kering, dipercaya membawa keberkahan. Namun, Syekh Abdul Muhyi selalu menekankan bahwa mukjizat bukanlah tujuan, melainkan tanda kekuasaan Allah bagi mereka yang mendekat dengan hati suci.

Warisan Dakwah dan Jejak Abadi

Setelah puluhan tahun berdakwah, Pamijahan berubah menjadi pusat ilmu dan spiritualitas. Syekh Abdul Muhyi mengajarkan Islam dengan pendekatan penuh kelembutan, menggabungkan nilai tasawuf dan syariat sehingga mudah diterima masyarakat Sunda. Makamnya yang berada tak jauh dari Gua Riyadhoh kini menjadi tempat ziarah ribuan peziarah setiap tahunnya, yang datang untuk berdoa, mengambil air berkah, atau sekadar merasakan ketenangan.

Syekh Maulana Malik Ibrahim - Pelopor Dakwah Damai di Tanah JawaDi kota Gresik, Jawa Timur, terdapat sebuah makam tua ya...
02/10/2025

Syekh Maulana Malik Ibrahim - Pelopor Dakwah Damai di Tanah Jawa

Di kota Gresik, Jawa Timur, terdapat sebuah makam tua yang tidak pernah sepi dari para peziarah. Di balik nisan batu yang kokoh itu, bersemayam seorang tokoh besar yang menjadi pintu masuk penyebaran Islam di Pulau Jawa: Syekh Maulana Malik Ibrahim, atau yang sering disebut Sunan Gresik.

Beliau diperkirakan tiba di pesisir utara Jawa sekitar akhir abad ke-14, jauh sebelum nama Wali Songo dikenal luas. Asal-usulnya disebut dalam berbagai versi; ada yang menyebut beliau datang dari Samarkand di Asia Tengah, ada p**a yang mengatakan dari Gujarat, India. Terlepas dari perdebatan itu, sejarah mencatat kehadirannya membawa warna baru dalam kehidupan masyarakat Jawa kala itu.

Ketika pertama kali menjejakkan kaki di Gresik, masyarakat masih memeluk kepercayaan Hindu-Buddha dan animisme yang kuat. Syekh Maulana Malik Ibrahim tidak datang dengan pedang atau paksaan, melainkan dengan senyum, ilmu, dan keteladanan. Beliau memulai dakwahnya dari hal-hal sederhana: membantu para petani meningkatkan cara bercocok tanam, mengajarkan teknik irigasi, dan memberikan nasihat tentang kebersihan serta kesehatan. Ia dikenal piawai meracik obat-obatan herbal, sehingga banyak warga yang datang meminta pertolongan. Pelayanan tanpa pamrih ini membuat masyarakat menaruh rasa hormat dan percaya, hingga perlahan mereka tertarik mempelajari Islam.

Kehebatan Syekh Maulana Malik Ibrahim bukan hanya pada kemampuannya berdakwah, tetapi juga dalam membangun pondasi sosial. Beliau mendirikan langgar kecil untuk tempat salat dan mengajar Al-Qur’an, mendidik generasi muda agar mengenal tauhid tanpa meninggalkan kearifan lokal. Bahkan dalam interaksi sehari-hari, beliau selalu menekankan nilai kasih sayang, kejujuran, dan keadilan, sehingga dakwah Islam tumbuh secara alami tanpa pertentangan besar.

Ketika wafat pada tahun 1419 M, kepergian beliau meninggalkan jejak yang sangat mendalam. Makamnya di Gresik kini menjadi salah satu pusat ziarah terpenting di Nusantara, menandakan betapa besar jasa dan cintanya kepada masyarakat Jawa. Hingga hari ini, kisah Syekh Maulana Malik Ibrahim tetap menjadi teladan bahwa dakwah yang penuh kelembutan dapat menembus hati jauh lebih kuat daripada kata-kata keras.

Hikmah untuk Kita:
Kebaikan yang tulus, ilmu yang bermanfaat, dan kesabaran adalah kunci menyebarkan kebenaran. Seperti Syekh Maulana Malik Ibrahim, mari kita mulai dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar—dengan cara yang damai, penuh kasih, dan menghargai tradisi.

Syekh Jumadil Kubro – Leluhur Para Wali NusantaraNama Syekh Jumadil Kubro menjadi salah satu tokoh kunci dalam sejarah I...
01/10/2025

Syekh Jumadil Kubro – Leluhur Para Wali Nusantara

Nama Syekh Jumadil Kubro menjadi salah satu tokoh kunci dalam sejarah Islam Nusantara. Beliau sering disebut sebagai “kakek para wali”, karena banyak keturunan dan muridnya kelak menjadi tokoh penting penyebaran Islam di tanah Jawa, termasuk Wali Songo. Kisahnya bukan hanya tentang dakwah, tetapi juga tentang akar sejarah yang menghubungkan Islam di Nusantara dengan pusat peradaban Islam dunia.

Asal Usul dan Perjalanan Dakwah

Syekh Jumadil Kubro diyakini berasal dari keturunan Rasulullah ﷺ melalui jalur para sayyid dari Hadramaut, Yaman. Sebagian riwayat menyebut beliau lahir di Samarkand (Asia Tengah), kemudian menempuh perjalanan panjang melewati India, Gujarat, dan akhirnya tiba di Nusantara pada abad ke-14. Perjalanan dakwahnya membawa beliau ke berbagai wilayah: Champa (Vietnam), Palembang, dan akhirnya Pulau Jawa, jauh sebelum para Wali Songo terkenal.

Menyiapkan Akar Islam di Nusantara

Ketika tiba di Jawa, masyarakat masih memegang teguh ajaran Hindu-Buddha dan kepercayaan animisme. Syekh Jumadil Kubro berdakwah dengan pendekatan damai dan budaya. Ia menekankan pentingnya tauhid, akhlak mulia, serta toleransi.
Beliau dikenal sangat sabar dan lembut, sehingga dakwahnya diterima tanpa pertumpahan darah. Lewat jaringan keluarga dan muridnya, benih-benih Islam tertanam di berbagai kerajaan, seperti Gresik, Demak, dan Banten.

Warisan Abadi

Keturunan beliau melahirkan para wali besar, seperti Sunan Ampel, Sunan Bonang, hingga Sunan Kalijaga. Karena itulah beliau disebut “akar Wali Songo” tanpa perjuangan Syekh Jumadil Kubro, mungkin sejarah dakwah Islam di Jawa tak akan semegah sekarang.

Hikmah untuk Kita:
Syekh Jumadil Kubro mengajarkan bahwa perubahan besar dimulai dari akar yang kuat. Sebelum menumbuhkan pohon dakwah, kita harus menanam benih ilmu, kesabaran, dan keteladanan. Seperti beliau, setiap langkah kecil penuh keikhlasan akan meninggalkan jejak yang tak lekang oleh zaman.

📜 “Menanam kebaikan mungkin tak langsung terlihat, tapi kelak akan berbuah bagi generasi setelah kita.” – Pesan abadi Syekh Jumadil Kubro

Syekh Maulana Maghribi – Pelita dari Barat untuk Tanah JawaDi antara deretan ulama penyebar Islam awal di Jawa, Syekh Ma...
30/09/2025

Syekh Maulana Maghribi – Pelita dari Barat untuk Tanah Jawa

Di antara deretan ulama penyebar Islam awal di Jawa, Syekh Maulana Maghribi menempati posisi istimewa. Namanya berarti “Guru dari Maghrib” sebuah julukan yang menandakan asal-usulnya dari wilayah barat (Maghrib/Maroko). Jauh sebelum datangnya para Wali Songo, beliau telah menjejakkan kaki di Nusantara, membawa misi dakwah dan pencerahan.

Menurut berbagai catatan tradisi lisan, Syekh Maulana Maghribi berlayar dari tanah Arab melalui jalur perdagangan. Perjalanannya penuh rintangan: badai samudra, perompak, dan perjalanan panjang berbulan-bulan. Namun, semangatnya untuk menyebarkan kalimat tauhid tak pernah surut. Ia tiba di pesisir selatan Jawa, tepatnya di daerah Gunungkidul dan Parangtritis (Yogyakarta sekarang), sebuah wilayah yang kala itu dikenal angker karena banyak dihuni penganut kepercayaan animisme.

Berbeda dengan pendekatan konfrontatif, Syekh Maulana Maghribi menempuh cara dakwah penuh kelembutan. Beliau mendekati masyarakat melalui silaturahmi, membantu mereka dalam kebutuhan sehari-hari, dan memadukan ajaran Islam dengan kebiasaan lokal. Dengan cara ini, penduduk setempat mulai tertarik mendengar ajaran tauhid dan mengenal Allah Yang Maha Esa.

Salah satu kisah paling terkenal adalah pertemuannya dengan Kanjeng Ratu Kidul, penguasa laut selatan dalam kepercayaan masyarakat Jawa. Dalam cerita rakyat, Syekh Maulana Maghribi dikenal sebagai wali yang mampu menundukkan kekuatan gaib laut selatan melalui doa dan zikir. Terlepas dari benar tidaknya kisah ini, pesan yang tersirat jelas: beliau menegaskan bahwa kekuasaan Allah melampaui segala kekuatan makhluk.

Syekh Maulana Maghribi juga meninggalkan jejak fisik yang masih diziarahi hingga kini. Di Parangtritis, terdapat petilasan atau makam yang diyakini sebagai tempat beliau beribadah dan menyebarkan ilmu. Banyak peziarah datang untuk berdoa, mengambil hikmah, dan merenungkan perjuangan dakwah seorang ulama yang rela meninggalkan tanah kelahirannya demi cahaya Islam.

💡 Hikmah untuk Kita:
Syekh Maulana Maghribi mengajarkan bahwa dakwah sejati dimulai dari keberanian menempuh perjalanan panjang dan kesabaran menghadapi adat yang berbeda. Mengajak orang kepada kebaikan bukan hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan keteladanan dan kepedulian.

📜 “Cahaya kebenaran akan diterima bila disampaikan dengan kelembutan, bukan paksaan.” Pesan abadi dari Syekh Maulana Maghribi

Syekh Subakir – Sang Penancap Paku Bumi JawaDi tengah legenda penyebaran Islam di tanah Jawa, nama Syekh Subakir menempa...
29/09/2025

Syekh Subakir – Sang Penancap Paku Bumi Jawa

Di tengah legenda penyebaran Islam di tanah Jawa, nama Syekh Subakir menempati tempat yang unik. Beliau dipercaya sebagai wali besar asal Persia yang datang ke Nusantara jauh sebelum era Wali Songo. Tujuannya bukan semata menyebarkan Islam, tetapi menyiapkan tanah Jawa agar aman bagi dakwah.

Pada masa itu, masyarakat Jawa masih memegang teguh kepercayaan animisme dan dinamisme. Banyak daerah dianggap angker karena dikuasai makhluk halus, terutama gunung-gunung dan hutan-hutan lebat. Dalam tradisi Jawa, tanah Jawa kala itu “belum jinak”, sehingga para pendakwah sulit menyampaikan ajaran Islam.

Syekh Subakir datang membawa misi besar. Dalam berbagai naskah kuno, beliau disebut sebagai wali yang menancapkan batu paku bumi di puncak Gunung Tidar, Magelang. Batu itu dipercaya sebagai simbol kekuatan spiritual yang menstabilkan energi bumi Jawa, menetralkan gangguan makhluk halus, dan menandai pusat p**au. Hingga kini, masyarakat menyebut Gunung Tidar sebagai “Pakuning Tanah Jawa” poros kekuatan tanah Jawa.

Selain sebagai ahli spiritual, Syekh Subakir juga dikenal sebagai guru tauhid yang lembut. Beliau mengajarkan Islam dengan penuh kearifan, menghormati adat lokal, dan mengajak masyarakat meninggalkan praktik-praktik kemusyrikan tanpa kekerasan. Dakwahnya menekankan keseimbangan antara alam, manusia, dan Sang Pencipta, sehingga ajarannya mudah diterima penduduk setempat.

Meski kisah paku bumi kerap diselimuti mitos, pesan yang tersisa sangat dalam: dakwah membutuhkan keberanian, keteguhan, dan kemampuan membaca kondisi masyarakat. Syekh Subakir menunjukkan bahwa sebelum menyampaikan ilmu, seorang da’i harus menyiapkan “tanah hati” umat agar siap menerima cahaya Islam.

💡 Hikmah untuk Kita:
Perjalanan Syekh Subakir mengingatkan bahwa setiap perubahan besar dimulai dengan persiapan batin. Sebelum menanam kebaikan di hati orang lain, kita harus lebih dulu menancapkan “paku bumi” dalam diri—yakni iman yang kokoh, hati yang bersih, dan niat yang tulus.

📜 “Tanah Jawa hanya akan tenang jika hati manusia di dalamnya tenteram. Dakwah dimulai dari ketenangan jiwa.” Pesan yang diwariskan Syekh Subakir

Kisah Syekh Siti Jenar – Rahasia Manunggaling Kawula GustiDi balik sejarah penyebaran Islam di Jawa, nama Syekh Siti Jen...
28/09/2025

Kisah Syekh Siti Jenar – Rahasia Manunggaling Kawula Gusti

Di balik sejarah penyebaran Islam di Jawa, nama Syekh Siti Jenar selalu menimbulkan rasa penasaran. Beliau dikenal sebagai seorang wali sekaligus sufi besar yang memiliki pemahaman spiritual sangat tinggi. Lahir dengan nama asli Syekh Abdul Jalil, beliau menimba ilmu di berbagai pusat keilmuan Islam, baik di Nusantara maupun negeri-negeri Arab, hingga menguasai berbagai disiplin ilmu syariat, tasawuf, dan filsafat.

Syekh Siti Jenar mengajarkan konsep “Manunggaling Kawula Gusti” sebuah pemahaman bahwa manusia sejati akan menemukan kesatuan dengan Tuhan ketika berhasil menyingkirkan segala sifat duniawi. Ajaran ini bukan berarti menyamakan manusia dengan Allah, tetapi menekankan bahwa setiap insan harus lebur dalam kehendak-Nya, menanggalkan ego, dan hanya hidup untuk Allah semata.

Namun, ajaran tersebut menimbulkan perdebatan di kalangan para wali dan ulama pada masanya. Sebagian menilai pemahaman itu berisiko disalahartikan sebagai panteisme (menyamakan makhluk dengan Sang Pencipta). Perbedaan pandangan ini membuat Syekh Siti Jenar kerap dianggap kontroversial, bahkan disebut menolak sebagian tata cara dakwah resmi para Wali Songo.

Meski demikian, banyak catatan yang menyebutkan bahwa tujuan beliau bukan untuk melawan syariat, melainkan mengajak umat Islam agar tidak berhenti hanya pada kulit agama. Syekh Siti Jenar ingin setiap orang merasakan hakikat bahwa ibadah bukan sekadar ritual, melainkan perjalanan hati menuju cinta Ilahi. Beliau mengingatkan, shalat tanpa kesadaran kehadiran Allah hanyalah gerakan kosong, dan puasa tanpa pemurnian jiwa hanyalah lapar semata.

Konon, ketika para wali memutuskan untuk “mengadili” Syekh Siti Jenar, beliau menerimanya dengan penuh ketenangan. Bahkan beberapa riwayat menyebut bahwa wafatnya beliau disertai berbagai karomah, seolah menjadi tanda bahwa kedalaman spiritualnya diakui oleh langit.

💡 Hikmah untuk Kita:
Perbedaan pandangan adalah hal wajar dalam mencari kebenaran. Syekh Siti Jenar mengingatkan kita bahwa ibadah lahir harus sejalan dengan kesadaran batin. Shalat, puasa, dan zikir bukan hanya kewajiban, tetapi jalan untuk merasakan kehadiran Allah di setiap detik kehidupan.

📜 “Jangan puas hanya dengan kulit agama, karena inti dari segala ibadah adalah mengenal dan mencintai Allah.” – Pesan abadi dari Syekh Siti Jenar

Senyumin aja...
27/07/2025

Senyumin aja...

Address

Tegal

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Mohamad Samsul Hadi posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Mohamad Samsul Hadi:

Share