03/08/2025
*Intisari kajian LEMBUTNYA RASULULLAH KEPADA UMMATNYA - Ust, Abu Haedar Yulianto*
Sabtu, 9 shafar 1447 / 2 Agustus 2025
Nabi sholallahu alaihi wasalam adalah hamba Allah yang sempurna akhlaknya. Beliau mengajarkan kepada ummatnya untuk berlemah lembut kepada siapapun, hal ini beliau tunjukan dengan sikap² beliau di dalam beriteraksi dengan para sahabat dan kaum muslimin di sekeliling beliau sholallahu alaihi wasalam.
عن عائشة رضي الله عنها قالت: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : «إن الله رفيق يحب الرفق في الأمر كله». وعنها أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «إن الله رفيق يحب الرفق، ويعطي على الرفق، ما لا يعطي على العنف، وما لا يعطي على ما سواه».
[صحيح] - [الحديث الأول: متفق عليه. الحديث الثاني: رواه مسلم]
_Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anha- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah Mahalembut dan menyukai kelembutan dalam segala hal." Dari Aisyah juga, bahwasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah Maha lembut dan menyukai kelembutan, Dia memberi pada kelembutan apa yang tak diberikan pada kekasaran dan apa yang tidak diberikan pada selainnya". _
[Hadis sahih] - [Diriwayatkan oleh Muslim - Muttafaq 'alaih]
Lembutnya akhlak Rasulullah juga beliau tunjukkan ketika beliau mengimami sholat kemudian ada dari salahsatu jamaah yang bersin dan seorang yang lainnya menjawabnya.
_Dari Muawiyah bin Al-Hakam Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, “Ketika aku sedang shalat bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tiba-tiba ada orang yang bersin, maka aku pun membalasnya, ‘Yarhamukallah.’ Maka orang-orang pun kemudian melotot kepadaku. ‘Aduh, kenapa kalian kok melihatku seperti itu?’ Maka mereka pun kemudian memukul paha-paha mereka dengan tangan mereka, maksudnya menyuruhku diam. Ketika aku melihat mereka menyuruhku diam, lalu aku pun diam.”_
_Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah selesai shalat, demi ayah dan ibuku-maksudnya sebagai tebusannya-aku belum pernah melihat seorang guru yang paling bagus tata cara mengajarnya sebelum beliau, tidak p**a setelah beliau. Demi Allah, beliau tidak menghardikku, tidak p**a memukulku, tidak p**a mencaciku. Kemudian beliau bersabda, “Sesungguhnya shalat ini tidak boleh dimasuki ucapan manusia. Shalat ini hanyalah tasbih, takbir, dan membaca Al-Qur’an.” Atau seperti itu yang diucapkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam._
_Lalu aku berkata, “Wahai Rasulullah, aku baru saja meninggalkan masa jahiliah dan Allah telah mendatangkan kepadaku Islam. Di antara kami ada yang s**a mendatangi dukun.”_
_Maka Rasulullah bersabda, “Jangan kamu datangi mereka.”
_Aku berkata lagi, “Di antara kami ada orang yang s**a tathayyur (menganggap sial dengan suara burung atau angka tertentu, hari tertentu).” Maka Rasulullah bersabda, “Itu sesuatu yang mereka temukan di hati mereka, maka janganlah tathayyur itu menghalangi mereka (artinya, jangan sampai perasaan yang tidak benar itu membuat mereka tidak jadi safar).” Berkata Ibnu Shihab, “Janganlah itu mencegah kalian.”_
_Aku berkata lagi, “Wahai Rasulullah, di antara kami ada orang-orang yang menggaris (maksudnya meramal).” Maka Rasulullah bersabda, “Dahulu ada seorang nabi dari para nabi yang juga menggaris. Siapa yang sesuai dengan garisnya para nabi maka silahkan saja (maksudnya celaan, artinya tidak mungkin bisa melakukan seperti yang dilakukan oleh nabi, karena nabi berdasarkan wahyu. Kalau mereka berdasarkan ramalan yang tidak ada sama sekali dasarnya. Ini batil.)._
_Aku memiliki seorang hamba sahaya wanita, wahai Rasulullah. Dia s**a menggembalakan kambing-kambingku di sebelah Gunung Uhud, yaitu di Jawwaniyyah (sebuah tempat di bagian utara Kota Madinah dekat Uhud). Suatu hari, aku menengok kambing-kambingku, ternyata serigala telah pergi membawa seekor kambingku. Sebagai manusia, aku marah, maka aku pun menamparnya sekali._
_Maka aku [pun mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Rasulullah menganggap perbuatanku yang menempeleng hamba sahaya itu sebagai sesuatu yang berat, karena itu termasuk kezaliman. Lalu aku berkata, “Wahai Rasulullah, apakah aku merdekakan saja budak itu?” Kata Rasulullah, “Coba bawa dia kepadaku.” Maka aku datang membawa budak wanita tersebut. Rasulullah bersabda kepada si budak itu, “Di mana Allah?” Dia menjawab, “Di langit.” Rasulullah bertanya lagi, “Siapa aku?” Dia menjawab, “Engkau adalah utusan Allah.” Rasulullah bersabda, “Merdekakan dia karena sesungguhnya dia seorang mukminah.” _
(HR. Muslim)
Hadits ini, MasyaAllah, bercerita tentang seorang sahabat yang baru masuk Islam. Dan begitu lembutnya akhlak Rasulullah kepadanya. Kita bisa mengambil faedah dari hadits ini.
Teladan yang lainnya dari Rasulullah adalah ketika ada seorang arab badui kencing di Masjid, Beliau sholallahu alaihi wasalam tidak serta merta menghardiknya.
_Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, beliau berkata, Seorang Arab Badui pernah memasuki masjid, lantas dia kencing di salah satu sisi masjid. Lalu para sahabat menghardik orang ini. Namun Nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang tindakan para sahabat tersebut. Tatkala orang tadi telah menyelesaikan hajatnya, Nabi shallallahu alaihi wa sallam lantas memerintah para sahabat untuk mengambil air, kemudian bekas kencing itu pun disirami._
(HR. Bukhari no. 221 dan Muslim no. 284)
Kemudian ada juga teladan dari Rasulullah yang menunjukan kelembutan akhlak beliau kepada ummatnya. Peristiwa ini terjadi ketika ada seorang arab badui datang kepada Nabi dan menatik selendang beliau sholallahu alaihi wasalam.
عن أنس رضي الله عنه قَالَ: كُنْتُ أمشي مَعَ رسول الله صلى الله عليه وسلم وَعَلَيْهِ بُرْد نَجْرَانيٌّ غَلِيظُ الحَاشِيَةِ، فأدْرَكَهُ أعْرَابِي فَجَبذَهُ بِرِدَائِهِ جَبْذَة شَديدة، فَنَظَرْتُ إِلَى صَفْحَةِ عَاتِقِ النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم وَقَدْ أثَّرَتْ بِهَا حَاشِيَة الرِّدَاءِ مِنْ شِدَّةِ جَبْذَتِه، ثُمَّ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، مُر لِي مِنْ مَالِ اللهِ الَّذِي عِنْدَكَ. فَالتَفَتَ إِلَيْهِ، فَضَحِكَ ثُمَّ أَمَرَ لَهُ بِعَطَاءٍ.
[صحيح] - [متفق عليه]
_Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Aku pernah berjalan bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sementara beliau mengenakan selendang buatan negeri Najran yang kasar tepinya. Lalu seorang badui mengejar beliau dan menarik selendang beliau dengan keras. Aku lihat di permukaan pundak beliau terdapat bekas tepi selendang, karena kerasnya tarikan orang badui itu. Lantas orang itu berkata, 'Wahai Muhammad! Perintahkanlah agar aku diberikan harta Allah yang ada padamu!' Beliau lalu menoleh padanya sembari tersenyum, kemudian beliau memerintahkan untuk memberinya pemberian." _
[Hadis sahih] - [Muttafaq 'alaih]
Kemudian ada juga contoh kebaikan akhlak Rasulullah ketika ada seorang yang datang berkeluh kesah kepada beliau, berkaitan dengan hukum mengumpuli istrinya di siang hari di Bulan Ramadhan.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوسٌ عِنْدَ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ ، فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكْتُ . قَالَ « مَا لَكَ » . قَالَ وَقَعْتُ عَلَى امْرَأَتِى وَأَنَا صَائِمٌ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ « هَلْ تَجِدُ رَقَبَةً تُعْتِقُهَا » . قَالَ لاَ . قَالَ « فَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تَصُومَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ » . قَالَ لاَ . فَقَالَ « فَهَلْ تَجِدُ إِطْعَامَ سِتِّينَ مِسْكِينًا » . قَالَ لاَ . قَالَ فَمَكَثَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَبَيْنَا نَحْنُ عَلَى ذَلِكَ أُتِىَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعَرَقٍ فِيهَا تَمْرٌ – وَالْعَرَقُ الْمِكْتَلُ – قَالَ « أَيْنَ السَّائِلُ » . فَقَالَ أَنَا . قَالَ « خُذْهَا فَتَصَدَّقْ بِهِ » . فَقَالَ الرَّجُلُ أَعَلَى أَفْقَرَ مِنِّى يَا رَسُولَ اللَّهِ فَوَاللَّهِ مَا بَيْنَ لاَبَتَيْهَا – يُرِيدُ الْحَرَّتَيْنِ – أَهْلُ بَيْتٍ أَفْقَرُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِى ، فَضَحِكَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ أَنْيَابُهُ ثُمَّ قَالَ « أَطْعِمْهُ أَهْلَكَ »
_“Suatu hari kami duduk-duduk di dekat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian datanglah seorang pria menghadap Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Lalu pria tersebut mengatakan, “Wahai Rasûlullâh, celaka aku.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apa yang terjadi padamu?” Pria tadi lantas menjawab, “Aku telah menyetubuhi istri, padahal aku sedang puasa.” Kemudian Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apakah engkau memiliki seorang budak yang dapat engkau merdekakan?” Pria tadi menjawab, “Tidak”. Lantas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, “Apakah engkau mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?” Pria tadi menjawab, “Tidak”. Lantas Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, “Apakah engkau dapat memberi makan kepada 60 orang miskin?” Pria tadi juga menjawab, “Tidak”. Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas diam. Tatkala kami dalam kondisi demikian, ada yang memberi hadiah satu keranjang kurma kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Di mana orang yang bertanya tadi?” Pria tersebut lantas menjawab, “Ya, aku.” Kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Ambillah dan bersedakahlah dengannya.” Kemudian pria tadi mengatakan, “Apakah akan aku berikan kepada orang yang lebih miskin dariku, wahai Rasûlullâh? Demi Allâh, tidak ada yang lebih miskin di ujung timur hingga ujung barat kota Madinah dari keluargaku. ” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu tertawa sampai terlihat gigi taringnya. Kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Berilah makanan tersebut pada keluargamu.”_
( HR. Bukhari, Muslim, AnNasa'i, Abu Dawud, Ibnu Majah, At Tirmidzi, Ahmad )
Ketika beliau sholallahu alaihi wasalam dakwah ke thaif kemudian beliau di lempari batu, beliau sholallahu alaihi wasalam tidak serta merta membalas perlakuan penduduk thaif, namun beliau justru menunjukkan akhlak yang mulia. Sebagaimana di sebutkan dalam sebuah hadits:
Keadaan ini diceritakan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat ditanya oleh istri tersayang, yaitu ‘Aisyah Radhiyallahu anhu :
هَلْ أَتَى عَلَيْكَ يَوْمٌ كَانَ أَشَدَّ عَلَيْكَ مِنْ يَوْمِ أُحُدٍ قَالَ لَقَدْ لَقِيتُ مِنْ قَوْمِكِ مَا لَقِيتُ وَكَانَ أَشَدَّ مَا لَقِيتُ مِنْهُمْ يَوْمَ الْعَقَبَةِ إِذْ عَرَضْتُ نَفْسِي عَلَى ابْنِ عَبْدِ يَالِيلَ بْنِ عَبْدِ كُلَالٍ فَلَمْ يُجِبْنِي إِلَى مَا أَرَدْتُ فَانْطَلَقْتُ وَأَنَا مَهْمُومٌ عَلَى وَجْهِي فَلَمْ أَسْتَفِقْ إِلَّا وَأَنَا بِقَرْنِ الثَّعَالِبِ فَرَفَعْتُ رَأْسِي فَإِذَا أَنَا بِسَحَابَةٍ قَدْ أَظَلَّتْنِي فَنَظَرْتُ فَإِذَا فِيهَا جِبْرِيلُ فَنَادَانِي فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ قَدْ سَمِعَ قَوْلَ قَوْمِكَ لَكَ وَمَا رَدُّوا عَلَيْكَ وَقَدْ بَعَثَ إِلَيْكَ مَلَكَ الْجِبَالِ لِتَأْمُرَهُ بِمَا شِئْتَ فِيهِمْ فَنَادَانِي مَلَكُ الْجِبَالِ فَسَلَّمَ عَلَيَّ ثُمَّ قَالَ يَا مُحَمَّدُ إِنْ شِئْتَ أَنْ أُطْبِقَ عَلَيْهِمْ الْأَخْشَبَيْنِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
_“Apakah pernah datang kepadamu (Anda pernah mengalami-Pen.) satu hari yang lebih berat dibandingkan dengan saat perang Uhud?”_
_Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Aku telah mengalami penderitaan dari kaummu. Penderitaan paling berat yang aku rasakan, yaitu saat ‘Aqabah, saat aku menawarkan diri kepada Ibnu ‘Abdi Yalîl bin Abdi Kulal, tetapi ia tidak memenuhi permintaanku. Aku pun pergi dengan wajah bersedih. Aku tidak menyadari diri kecuali ketika di Qarnust-Tsa’âlib, lalu aku angkat kepalaku. Tiba-tiba aku berada di bawah awan yang sedang menaungiku. Aku perhatikan awan itu, ternyata ada Malaikat Jibril Alaihissallam , lalu ia memanggilku dan berseru: ‘Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah mendengar perkataan kaummu kepadamu dan penolakan mereka terhadapmu. Dan Allah Azza wa Jalla telah mengirimkan malaikat penjaga gunung untuk engkau perintahkan melakukan apa saja yang engkau mau atas mereka’. Malaikat (penjaga) gunung memanggilku, mengucapkan salam lalu berkata: ‘Wahai Muhammad! Jika engkau mau, aku bisa menimpakan Akhsabain’.” _
_Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “(Tidak) namun aku berharap supaya Allah Azza wa Jalla melahirkan dari anak keturunan mereka orang yang beribadah kepada Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun jua”._
(HR Imam al-Bukhâri dan Imam Muslim).
Begitulah sambutan penduduk Thaif. Penolakan mereka saat itu sangat mempengaruhi jiwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sehingga beliaupun bersedih. Namun kesedihan ini tidak berlangsung lama. Karena sebelum beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai di Mekkah, saat melakukan perjalanan kembali dari Thaif, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapatkan pertolongan Allah Azza wa Jalla . Pertolongan ini sangat berpengaruh positif pada jiwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam , mengurangi kekecewaan karena penolakan penduduk Thaif, sehingga semakin menguatkan tekad dan semangat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mendakwahkan din (agama) yang hanif ini.
Contoh kelembutan akhlak yang lainnya dari Rasulullah sholallahu alaihi wasalam adalah ketika beliau mengimami sholat kemudian ada anak kecil yang menangis, maka beliau segera memendekkan sholatnya agar ibu dari anak tersebut bisa segera menenangkan anak tersebut.
Bahkan ketika beliau sholallahu alaihi wasalam melihat mendung yang hitam beliau merasa takut, beliau memikirkan ummatnya. Beliau takut adzab Allah turun kepada ummatnya.
Itulah sebagian dari akhlak yang di tunjukan Rasulullah sebagai teladan bagi ummatnya. Dan sebaik- bsik sikap seorang muslim adalah mencontoh akhlak beliau dan berpegang kepada sunnah - sunnah beliau sholallahu alaihi wasalam.
Di salin oleh : Abu Unaisah
_________________________________________________
*Media Sosial Kajian Kadang Temanggung*
*WhatsApp Channel* :
https://whatsapp.com/channel/0029VaNW9dv9Gv7MFbB6Ra3f
*FaceBook* :
https://www.facebook.com/kajiankadangtmg
*Instagram* :
https://www.instagram.com/kajiankadangtemanggung/
*Threads*
https://www.threads.net/
*TikTok*
https://tiktok.com/
*YouTube*
https://www.youtube.com/
*Telegram*
https://t.me/kajiankadangtemanggung
*Website* :
https://lynk.id/kakateprodig
*WhatsApp Group* :
https://chat.whatsapp.com/LxutvpDbTFL3y3vS777fzI